Showing posts with label peradaban. Show all posts
Showing posts with label peradaban. Show all posts

Aug 2, 2011

Kidung Sunda

Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan kemungkinan besar berasal dari Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tak memiliki nama. Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit (baca orang Jawa). Kemudian terjadi perang besar-besaran di Bubat, pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam peristiwa ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
kidung Sunda

Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. C.C. Berg, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya:

Kidung Sunda
Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda)

Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini.
Ringkasan

Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh.
Pupuh I

Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah.

Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya.

Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar.

Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.
Kapal jung. Ada kemungkinan rombongan orang Sunda menaiki kapal semacam ini.

Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “jung Tatar (Mongolia/Cina) seperti banyak dipakai semenjak perang Wijaya.” (bait 1. 43a.)

Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkan kedatangan para tamu. Maka sepuluh hari kemudian kepala desa Bubat datang melapor bahwa rombongan orang Sunda telah datang. Prabu Hayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka. Tetapi patih Gajah Mada tidak setuju. Ia berkata bahwa tidaklah seyogyanya seorang maharaja Majapahit menyongsong seorang raja berstatus raja vazal seperti Raja Sunda. Siapa tahu dia seorang musuh yang menyamar.

Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdi dalem keraton dan para pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, namun mereka tidak berani melawan.

Sedangkan di Bubat sendiri, mereka sudah mendengar kabar burung tentang perkembangan terkini di Majapahit. Maka raja Sunda pun mengirimkan utusannya, patih Anepakěn untuk pergi ke Majapahit. Ia disertai tiga pejabat lainnya dan 300 serdadu. Mereka langsung datang ke rumah patih Gajah Mada. Di sana beliau menyatakan bahwa Raja Sunda akan bertolak pulang dan mengira prabu Hayam Wuruk ingkar janji. Mereka bertengkar hebat karena Gajah Mada menginginkan supaya orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal-vazal Nusantara Majapahit. Hampir saja terjadi pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata, seorang pandita kerajaan. Maka berpulanglah utusan raja Sunda setelah diberi tahu bahwa keputusan terakhir raja Sunda akan disampaikan dalam tempo dua hari.

Sementara raja Sunda setelah mendengar kabar ini tidak bersedia berlaku seperti layaknya seorang vazal. Maka beliau berkata memberi tahukan keputusannya untuk gugur seperti seorang ksatria. Demi membela kehormatan, lebih baik gugur daripada hidup tetapi dihina orang Majapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya dan membelanya.

Kemudian raja Sunda menemui istri dan anaknya dan menyatakan niatnya dan menyuruh mereka pulang. Tetapi mereka menolak dan bersikeras ingin tetap menemani sang raja.
Pupuh II (Durma)

Maka semua sudah siap siaga. Utusan dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawa surat yang berisikan syarat-syarat Majapahit. Orang Sunda pun menolaknya dengan marah dan perang tidak dapat dihindarkan.

Tentara Majapahit terdiri dari prajurit-prajurit biasa di depan, kemudian para pejabat keraton, Gajah Mada dan akhirnya prabu Hayam Wuruk dan kedua pamannya.

Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi akhirnya hampir semua orang Sunda dibantai habisan-habisan oleh orang Majapahit. Anepakěn dikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya perwira Sunda yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat serdadu Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaan kepada ratu dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian bunuh diri. Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.
Pupuh III (Sinom)

Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan ini. Ia kemudian menuju ke pesanggaran putri Sunda. Tetapi putri Sunda sudah tewas. Maka prabu Hayam Wurukpun meratapinya ingin dipersatukan dengan wanita idamannya ini.

Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidak selang lama, maka mangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.

Setelah beliau diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka beliau mengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu beliau menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).

Maka raja Kahuripan dan raja Daha, yang mirip "Siwa dan Buddha" berpulang ke negara mereka karena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi.

Analisis

Kidung Sunda harus dianggap sebagai karya sastra, dan bukan sebuah kronik sejarah yang akurat, meski kemungkinan besar tentunya bisa berdasarkan kejadian faktual.

Secara garis besar bisa dikatakan bahwa cerita yang dikisahkan di sini, gaya bahasanya lugas dan lancar. Tidak berbelit-belit seperti karya sastra sejenis. Kisahnya memadukan unsur-unsur romantis dan dramatis yang memikat. Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, para protagonis cerita ini bisa hidup. Misalkan adegan orang-orang Sunda yang memaki-maki patih Gajah Mada bisa dilukiskan secara hidup, meski kasar. Lalu Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda bisa dilukiskan secara indah yang membuat para pembaca terharu.

Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal. Semuanya bisa saja terjadi, kecuali mungkin moksanya patih Gajah Mada. Hal ini juga bertentangan dengan sumber-sumber lainnya, seperti kakawin Nagarakretagama, lihat pula bawah ini.

Perlu dikemukakan bahwa sang penulis cerita ini lebih berpihak pada orang Sunda dan seperti sudah dikemukakan, seringkali bertentangan dengan sumber-sumber lainnya. Seperti tentang wafat prabu Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, penulisannya berbeda dengan kakawin Nagarakretagama.

Kemudian ada sebuah hal yang menarik, nampaknya dalam kidung Sunda, nama raja, ratu dan putri Sunda tidak disebut. Putri Sunda dalam sumber lain sering disebut bernamakan Dyah Pitaloka.

Satu hal yang menarik lagi ialah bahwa dalam teks dibedakan pengertian antara Nusantara dan tanah Sunda. Orang-orang Sunda dianggap bukan orang Nusantara, kecuali oleh patih Gajah Mada. Sedangkan yang disebut sebagai orang-orang Nusantara adalah: orang Palembang, orang Tumasik (Singapura), Madura, Bali, Koci (?), Wandan (Banda, Maluku Tengah), Tanjungpura (Kabupaten Ketapang) dan Sawakung (Pulau Sebuku?) (contoh bait 1. 54 b.) . Hal ini juga sesuai dengan kakawin Nagarakretagama di mana tanah Sunda tak disebut sebagai wilayah Majapahit di mana mereka harus membayar upeti. Tapi di Nagarakretagama, Madura juga tak disebut.

Penulisan

Semua naskah kidung Sunda yang dibicarakan di artikel ini, berasal dari Bali. Tetapi tidak jelas apakah teks ini ditulis di Jawa atau di Bali.

Kemudian nama penulis tidaklah diketahui pula. Masa penulisan juga tidak diketahui dengan pasti. Di dalam teks disebut-sebut tentang senjata api, tetapi ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan usia teks. Sebab orang Indonesia sudah mengenal senjata api minimal sejak datangnya bangsa Portugis di Nusantara, yaitu pada tahun 1511. Kemungkinan besar orang Indonesia sudah mengenalnya lebih awal, dari bangsa Tionghoa. Sebab sewaktu orang Portugis mendarat di Maluku, mereka disambut dengan tembakan kehormatan.
Beberapa cuplikan teks

Di bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalam bahasa Indonesia. Teks diambil dari edisi C.C. Berg (1927) dan ejaan disesuaikan.
Gajah Mada yang dimaki-maki oleh utusan Sunda

Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.

Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.

Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.

Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.


artinya:

“Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Sama seperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.

Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur.

Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.

Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”

Raja Sunda yang menolak syarat-syarat Majapahit

[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.
Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.
Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.


artinya :

[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.
Maka ini terdengar oleh Sri Raja dan beliau menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”
“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiada akan ‘silau’ beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orang Majapahit).

Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda yang telah tewas

Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling, mara sri narapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sang nata dadi atěmah laywan.

Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning waja amanis, anrang rumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghal kamanda punyaningsun pukulun, mangke prapta angajawa.

Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkw atěmah kayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawula mangke pinanggih, lah palalun, pangdaning Widy angawasa.

Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ing duskrěti, sida kâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwus alalis, sang sinambrama lěnglěng amrati cita.

Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkin gumirih, lwir guruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang, tangising wong lanang istri, arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.


artinya:

Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu berada di tengah ia, tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan di atas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.

Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yang tak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa: “Sri Paduka, datanglah ke mari. Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa.

Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannya mereka ikut datang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku, mungkin masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh sungguh kejamlah kuasa Tuhan!

Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpa dihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akan begitulah ia yang telah tewas menyapanya. Sedangkan yang disapa menjadi bingung dan merana.

Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, beliau sang Raja semakin merana. Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga*, yang membuka kelopak bunga untuk mekar, bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria dan wanita, rambut-rambut yang lepas terurai bagaikan kabut.

*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musim kemarau. Jadi suara guruh pada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.

sumber bacaan:

wikipedia.com
C.C. Berg, 1927, ‘Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen’. BKI 83: 1 – 161.
C.C. Berg, 1928, Inleiding tot de studie van het Oud-Javaansch (Kidung Sundāyana). Soerakarta: De Bliksem.
Sri Sukesi Adiwimarta, 1999, ‘Kidung Sunda (Sastra Daerah Jawa)’, Antologi Sastra Daerah Nusantara, kaca 93-121. Jakarta: Yayasan Obor. ISBN 979-461-333-9
P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan. (hal. 528-532)

genogram kerajaan inggris



genogram kerajaan inggris (klik gambar untuk memperbesar)

Jul 31, 2011

Raja-raja Sunda

"Nihan nu rudirana pikalwah iking Bubat saba Mwang kamahatmiam ngku pasamudaya satria Sunda Tan atemohan ring nagara pada jaya mami ..."


Daftar raja-raja di Jawa Barat jeung mangsa pamaréntahanana numutkeun naskah Pangéran Wangsakerta

A. Raja-raja Salakanagara

Déwawarman I (130 – 168 )
Déwawarman II (168 – 195)
Déwawarman III (195 – 238 )
Déwawarman IV (minantu A.3, 238 – 252)
Déwawarman V (minantu A.4, 252 – 276)
Spatikarnawa Warmandéwi (istri A.5, 276 – 289)
Déwawarman VI (289 – 308 )
Déwawarman VII (308 – 340)
Déwawarman VIII (minantu A.7, 340 – 362)

B. Raja-raja Tarumanagara

Jayasingawarman Rajadiraja Guru (minantu A.8, 358 – 382)
Rajaresi Darmayawarman (382 – 395)
Purnawarman (395 – 434)
Wisnuwarman (434 – 455)
Indrawarman (455 – 515)
Candrawarman (515 – 535)
Suryawarman (535 – 561
Kertawarman (561 – 628 )
Sudawarman (adik B.8, 628 – 639)
Déwamurtyatma Hariwangsawarman (639 – 640)
Nagajayawarman (minantu B.10. 640 – 666)
Linggawarman (666 – 669)

C. Raja-raja Kendan

Resiguru Manikmaya (minantu B.7, 536 – 568 )
Suraliman Sakti (568 – 597)
Kandiawan Déwaraja (597 – 612)

D. Raja-raja Galuh

Wrétikandayun (612 – 702)
Mandiminyak (702 – 709)
Bratasénawa (709 – 716)
Purbasora (pernah suan D.2, 716 – 723)
Sanjaya (putera D.3, 723 – 732)
Tampéran Darmawijaya (732 – 739)
Manarah (Surotama, buyut D.4, 739 – 783)
Manisri (minantu D.7, 783 – 799)
Tariwulan (799 – 806)
Wéléngan (806 – 813)
Linggabumi (813 – 852)

É. Raja-raja Sunda

1. Tarusbawa (minantu B.12, 669 – 723)

2. Harisdarma (incu minantu E.1 = D5, 723 – 732)

3. Tamperan Barmawijaya ( = D.6) (732- 739)

4. Rakéyan Banga (739 – 766)

5. Rakéyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)

6. Prabu Gilingwesi (minantu E.5, 783 – 795)

7. Pucukbumi Darméswara (minantu E.6, 795 – 819)

8. Rakéyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 – 891)

9. Prabu Darmaraksa (adibeuteung E.8 )

10. Windusakti Prabu Déwageng (895 – 913)

11. Rakéyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 – 916)

12. Rakéyan Jayagiri (minantu E.11, 916 – 942)

13. Atmayadarma Hariwangsa (942 – 954)

14. Limbur Kancana (putra E.11, 954 – 964)

15. Munding Ganawirya (964 – 973)

16. Rakéyan Wulung Gadung (973 – 989)

17. Brajawisésa (989 – 1012)

18. Déwa Sanghiyang (1012 – 1019)

19. Sanghiyang Ageng (1019 – 1030)

20. Sri Jauabupati ( Détya Maharaja) (1030 – 1042)

21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja) (1042 – 1065)

22. Langlangbumi ( Sang Mokténg Kerta) (1065 – 1155)

23. Rakéyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (11 55 – 1157)

24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja) (1157 – 1175)

25. Darmasiksa Prabu Sanghiyang Wisnu (1175 – 1297)

26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman) ( 1297 – 1303)

27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung) (1303 – 1311)

F. Raja-raja Kawali

Linggadéwata (Sang Mokténg Kikis) (1311 – 1333)
Linggawisésa (minantu F.1, 1333 – 1340)
Ragamulya (Aki Kolot) (1340 – 1350)
Linggabuana (Sang Mokténg Bubat) (1350 – 1357)
Bunisora Suradipati (adi F.4) (1357 – 1371)
Niskala Wastukancana (Sang Mokténg Nusalarang) (1371 – 1475)
Ningratkancana (Déwa Niskala) (1475 – 1482)

G. Raja-raja Pakuan Pajajaran

Susuktunggal (putra F.6, 1382 – 1482)
Sri Baduga Maharaja (1482 -1521)
Surawisésa (Ratu Sangiang) (1521 – 1535)
Ratu Déwatabuana (1535 – 1543)
Ratu Sakti (1543 – 1551)
Nilakéndra (Tohaan di Majaya) (1551 – 1567)
Ragamulya Suryakancana (1567 – 1579)

sumber redaksi:bujanggamanik.wordpress.com

nama-nama raja jawa

berikut daftar nama-nama raja jawa yang pernah ada. semoga bermanfaat.
Mataram Lawas
Wangsa Syailendra

Sri Indrawarman (752-775)
Wisnuwarman (775-782)
Dharanindra (782-812)
Samaratungga (812-833)
Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya)

Wangsa Sanjaya

Sanjaya (732-7xx)
Rakai Panangkaran : Dyah Pancapana (syailendra)
Rakai Panunggalan
Rakai Warak
Rakai Garung
Rakai Patapan (8xx-838)
Rakai Pikatan (838-855), mendepak wangsa Syailendra
Rakai Kayuwangi (855-885)
Dyah Tagwas (885)
Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
Rakai Watuhumalang (894-898)
Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
Daksa (910-919)
Tulodong (919-921)
Dyah Wawa (924-928)
Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)

Medang

Mpu Sindok (929-947)
Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
Makutawangsawardhana (9xx-985)
Dharmawangsa Teguh (985-1006)

Kahuripan

Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang

(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)

Janggala

(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hinggawed tahun 1116)

Kadiri

(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)

Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
Jayabaya (1135-1159)
Rakai Sirikan (1159-1169)
Sri Aryeswara (1169-1171)
Sri Candra (1171-1182)
Kertajaya (1182-1222)

Singhasari

Ken Arok (1222-1227)
Anusapati (1227-1248)
Tohjaya (1248)
Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
Kertanagara ( 1254-1292)

Majapahit

Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
Jayanagara (1309-1328)
Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
Wikramawardhana (1390-1428)
Suhita (1429-1447)
Dyah Kertawijaya (1447-1451)
Rajasawardhana (1451-1453)
Girishawardhana (1456-1466)
Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
Girindrawardhana Dyah Wijayakarana(1468-1478)
Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? - 1486 )
Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun 1513) (1474-1519)

Demak

Raden Patah (1478 - 1518)
Pati Unus (1518 - 1521)
Trenggana (1521 - 1546)
Sunan Prawoto (1546 - 1549)

Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir, bergelar Hadiwijaya (1549 - 1582)
Arya Pangiri, bergelar Ngawantipuro (1583 - 1586)
Pangeran Benawa, bergelar Prabuwijoyo (1586 - 1587)

Mataram Baru

Daftar ini merupakan Daftar penguasa Mataram Baru atau juga disebut sebagai Mataram Islam. Catatan: sebagian nama penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa.

Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 - 1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka.
Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 - 1613)
Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)
Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 - 1677)

Kasunanan Kartasura


Amangkurat II (1680 – 1702), pendiri Kartasura.
Amangkurat III (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka.
Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger.
Amangkurat IV (1719 – 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.
Pakubuwana II (1726 – 1742), menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu pemberontakl; mendirikan Surakarta.

Kasunanan Surakarta


Pakubuwana II (1745 - 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
Pakubuwana III (1749 - 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
Pakubuwana IV (1788 - 1820)
Pakubuwana V (1820 - 1823)
Pakubuwana VI (1823 - 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa.
Pakubuwana VII (1830 - 1858)
Pakubuwana VIII (1859 - 1861)
Pakubuwana IX (1861 - 1893)
Pakubuwana X (1893 - 1939)
Pakubuwana XI (1939 - 1944)
Pakubuwana XII (1944 - 2004)
Gelar Pakubuwana XIII (2004 - sekarang) diklaim oleh dua orang, Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan.

Kasultanan Yogyakarta

Hamengkubuwana atau Hamengkubuwono atau Hamengku Buwono atau lengkapnya Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalogo Ngabdurahman Sayiddin Panotogomo Khalifatullah adalah gelar bagi raja Kesultanan Yogyakarta sebagai penerus Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Wangsa Hamengkubuwana tercatat sebagai wangsa yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pada masa masing-masing, antara lain Hamengkubuwana I atau nama mudanya Pangeran Mangkubumi, kemudian penerusnya yang salah satunya adalah ayah dari Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro, yaitu Hamengkubuwana III. Sri Sultan Hamengkubuwana IX pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia yang kedua.

Yang bertahta saat ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Daftar sultan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
No. Nama Dari Sampai Keterangan
1. Sri Sultan Hamengkubuwono I 13 Februari 1755 24 Maret 1792
2. Sri Sultan Hamengkubuwono II 2 April 1792 akhir 1810
3. Sri Sultan Hamengkubuwono III akhir 1810 akhir 1811
Sri Sultan Hamengkubuwono II akhir 1811 20 Juni 1812
Sri Sultan Hamengkubuwono III 29 Juni 1812 3 November 1814
4. Sri Sultan Hamengkubuwono IV 9 November 1814 6 Desember 1823
5. Sri Sultan Hamengkubuwono V 19 Desember 1823 17 Agustus 1826
Sri Sultan Hamengkubuwono II 17 Agustus 1826 2 Januari 1828
Sri Sultan Hamengkubuwono V 17 Januari 1828 5 Juni 1855
6. Sri Sultan Hamengkubuwono VI 5 Juli 1855 20 Juli 1877
7. Sri Sultan Hamengkubuwono VII 22 Desember 1877 29 Januari 1921
8. Sri Sultan Hamengkubuwono VIII 8 Februari 1921 22 Oktober 1939
9. Sri Sultan Hamengkubuwono IX 18 Maret 1940 2 Oktober 1988
10. Sri Sultan Hamengkubuwono X 7 Maret 1989 sekarang

Lihat pula: Praja Mangkunagaran

Mangkunagara I (Raden Mas Said) (1757 - 1795)
Mangkunagara II (1796 - 1835)
Mangkunagara III (1835 - 1853)
Mangkunagara IV (1853 - 1881)
Mangkunagara V (1881 - 1896)
Mangkunagara VI (1896 - 1916)
Mangkunagara VII (1916 -1944)
Mangkunagara VIII (1944 - 1987)
Mangkunagara IX (1987 - sekarang)

Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta

Paku Alam I (1813 - 1829)
Paku Alam II (1829 - 1858)
Paku Alam III (1858 - 1864)
Paku Alam IV (1864 - 1878)
Paku Alam V (1878 - 1900)
Paku Alam VI (1901 - 1902)
Paku Alam VII (1903 - 1938)
Paku Alam VIII (1938 - 1998)
Paku Alam IX (1998 - sekarang)

sumber redaksi : wikipedia.com

Jun 26, 2011

Peran dan Fungsi masyarakat

Masyarakat, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Karena kita adalah bagian dari kata tersebut, eumh yakinkah dengan pernyataan tadi?? Saya sangat yakin. Namun apakah definisi dari masyarakat dan bagaimana serta seperti apa masyarakat itu?? Mungkin akan banyak definisi serta pengertian yang muncul baik dari para ahli sosial khusus sosiolog yang memang secara khusus mempelajari tentang masyarakat maupun dari individu lainnya dari berbagai keahlian yang berbeda dalam mendefinisikan masyarakat.
Kita coba lihat defini masyarakat menurut Gabriel Tarde (bapak Psikologi Sosial, 1842-1904), menurut tarde, masyarakat itu tidak lain dari pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu mengimitasi yang lain dan sebaliknya. Ahlinya lainnya yaitu Gustave le bon (1841-1932) yang terkenal dalam lapangan psikologi massa atau ilmu orang ramai. Masyarakat ialah suatu kumpulan dari banyak orang berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan suatu hubungan atau saling keterkaitan minat dan kepentingan bersama. Sedangkan Emile Durkheim (1858-1917) mendefinisikan masyarakat sebagai berikut “masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapan kolektif.
Dari pengertian-pengertian diatas, barangkali saya mencoba mengambil satu titik temu untuk menyamakan terlebih dahulu persepsi kita tentang masyarakat. Masyarakat menurut saya merupakan suatu sistem yang mengikat kehidupan orang-orang dan merupakan suatu lingkungan yang menguasai kehidupan yang didalam terjadi interaksi sosial secara langsung dan tidak langsung. Mengikat disini memiliki arti bahwa individu tidak bisa lepas dari kelompoknya karena memiliki satu keterikatan kebutuhan dengan individu lainnya. Sebagai contoh ketika seorang petani ingin menjual hasil pertaniannya maka secara langsung maupun tidak langsung ai akan mengadakan kontak dengan individu lainnya untuk menjual barangnya. Kemudian masyarakat menguasai kehidupan memiliki arti bahwa, dalam suatu kelompok atau kumpulan dari individu-individu akan terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang pada mulanya tidak terdapat pada diri individu namun lambat laun diberikan bahkan sering kali dipaksakan. Contoh,dalam masyarakat adat “tradisional” peran seorang kepala suku adalah sebagai pemegang adat, maka nilai-nilai atau norma yang diketahui oleh kepala suku menjadi norma umum yang diberlakukan dalam masyarakat. Atau dilingkungan masyarakat kita, dimana memaksakan norma yang berlaku untuk dipatuhi oleh setiap orang dilingkungan kita, sehingga muncul kaum-kaum marginal yang dianggap menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Lalu apa yang hendak saya sampaikan lewat tulisan ini?? Eumh yah,, barang kali apa yang akan saya utarakan hanya sebatas pengetahuan seorang yang belum tahu banyak tentang berbagai pengetahuan, tapi mencoba sedikit memberi kontribusi sebisa saya lewat media ini. Eumh beberapa waktu ini pikiran saya cukup tersita dengan berbagai hal yang terjadi dilingkungan saya, entah ini merupakan suatu degradasi moral atau apapun namanya itu. Dengan tulisan ini saya ingin berbagi berbagai hal yang belum saya ketaui untuk sama-sama belajar. Pertama dari tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa untuk mengetahui dan mempelajari tingkah laku seseorang, tidak cukup hanya pribadi individunya tapi kita seimbangkan dengan lingkungan dengan tempat dia tinggal, dengan sendiri kita akan menemukan seluk beluk psikologis seseorang. Contoh, seorang teman saya berasal sari daerah X, perilakunya amat sopan dan baik, dan pasti orang yang pertama kali bertemu dengan dia sepakat bahwa orang ini sangat sopan baik. Namun setelah kenal lebih jauh, ternyata penilaian saya berubah 180 derajat, bahkan bukan hanya saya yang berkata demikian tapi beberapa orang teman saya pun mengatakan dan merasakan hal yang sama dengan saya, setelah mengenal beberapa orang dari lingkungan yang sama dengan teman saya tersebut ternyata saya menemukan suatu persamaan diantara perilaku mereka. Apakah hal ini menggambarkan suatu pembenaran atas teori yang saya utarakan?? Saya pikir ya.
Hal lain yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah, hubungan yang baik sejak kecil antara invidu dan lingkungan masyarakat, hubungan baik dengan keluarga, antara anak-anak dan orang tua, antara kakak dan adik dalam keluarga, antara kawan-kawan sepermainan di sekolah dan seterusnya adalah kerangka-kerangka hubungan sosial individu dalam bermasyarakat. Penaman nilai-nilai dan norma yang baik serta mengajari anak untuk memiliki keterampilan sosial akang berdampak pada perkembangan anak, serta anak memiliki keterampilan human relationship yang baik. Sementara akhir-akhir ini banyak dari individu-individu seolah kehilangan keterampilan tersebut, banyak individu yang memiliki jiwa sosial sangat rendah, lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan sosial, rasa persaudaraan yang memudar, rasa nasionalisme yang luntur, apakah ini pengaruh dari norma dan nilai yang diajarkan keluarga dan masyarakat telah luntur atau norma saat ini tidak lagi dimengikat seperti dulu. Eumh mungkin ini yang orang sering bilang penurunan norma dan nilai. Ah entahlah, akan banyak sekali pemikiran-pemikiran yang terlontar disini ketika saya membahas hal ini. Hanya saja teringat akan sebuah ceramah di minggu pagi di sebuah masjid bahwa “falsafah hidup Rasullah adalah sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain”. Kemudian Ustad itu berkata, jika mengaku Umatnya sudahkah kita menjalankan apa yang dicontohkan oleh nya (Nabi Muhammad SAW) jangan sampai sholat kita hanya sebatas ritual yang tidak memiliki kedalam makna yang merasuk kedalam hati sanubari, sehingga hati kita tertutup oleh kabut gelap dan sholat kita menjadi sia-sia belaka. Semoga kita tetap berada dijalan yang benar dan tidak termasuk golongan orang-orang fasik. Amin.
Lanjut ke tulisan sebelumnya, eumh barangkali saya belum bisa memberikan solusi besar, tapi ini yang saya pikirkan saat ini.
1. Sebagai seorang ibu, sudahkah mendidik anak-anak kita untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang baik dalam masyarakat?? Atau mungkin sebagai seorang ibu, terlalu sibuk dengan pekerjaan sebagai wanita karier sehingga melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Atau sibuk arisan dan pergi kesalon,, eumh,, “maaf tidak bermaksud mendiskreditkan para ibu, hanya saja banyak dari murid-murid saya mengeluhkan tentang ibu mereka yang bekerja dan kurang memperhatikan kebutuhan dasar dari anak, yaitu kasih sayang. “maaf sekali lagi tidak bermaksud untuk mendiskreditkan para ibu, karena saya yakin betul surga itu ada ditelapak kaki ibu. Sehingga sangatlah berdosa orang yang telah membuat hati seorang ibu terluka bahkan meteskan airmata. Sungguh amat berdosa orang tersebut.
2. Ayah, seorang ayah memiliki kecenderungan untuk kaku ketika berkomunikasi dengan anaknya, sehingga sering kali menimbulkan perselisihan dengan anak, tugas seorang ayah bukan hanya memberi nafkah kepada istri dan anak, tapi lebih dari itu. Kasih sayang seorang ayah sangat diperlukan untuk keseimbangan jiwa seorang anak. So, sudahkan sosok ayah yang sejati ada dalam diri kita?? Eumh mari ita belajar mengerti dunia anak-anak, sudah sangat banyak anak-anak menjadi broken home karena sikap ayah yang tidak bersahabat dengan anak, jangan samapai kita menjadi bagian dari hal seperti itu.
3. Keluarga, bukankah setiap orang punya keluarga, disamping ayah, ibu dan kakak atau adik, ia pasti punya bibi, om, kakek nenek, sodara sepupu, ipar, ponakan. Keluarga adalah hal utama dalam membangun kerangka-kerangka seorang individu dalam memulai bermasyarakat. Lalu apa jadinya jika keluarrga tercerai berai, bukankah anak-anak yang akan jadi korban, so mari kawan jaga persaudaraan ita, ingat pepatah sunda mengatakan, “saburuk-burukna kai jati anggeur jati” yang artinya seburuk-buruknya keluarga, dia adalah keluarga kita, masih punya ikatan darah.
4. Teman, bahkan (maaf sebelumnya) seorang pelacur pun pasti punya teman. Hanya saja, apa yang bisa dilakukan oleh teman itu, apakah dia hanya diam saja melihat temannya sedang menuju lubang neraka, tentu sebagai seorang teman yang baik dan memiliki hati nurani sebagai manusia, ia akan berbuat sesuatu untuk mencegah hal itu. Bukankah telah dicontohkan oleh para sahabat nabi bagaimana suatu jalinan persahabatan itu bagaimana. Mari kawan kita jadi seorang yang lebih bertenggang rasa terhadap kawan-kawan kita, karena kita pun pasti akan membutuhkan nya, setidaknya kelak diakhirat ketika kita dihisab, kita akan memerlukan ucapan maaf dari kawan yang telah disakiti hatinya saat didunia.
5. Pemuka agama, eumh,, ya pemuka agama memiliki peranan sangat penting dalam menata kehidupan sosial,, namun saat ini peran mereka seakan luntur,, lalu apa saja yang mereka ajarkan saat ini, kenapa peran mereka bisa tergeser oleh roda jaman, bukan kah dalam islam Ulama itu pewaris para nabi, lalu kenapa saat ini nasehat-nasehat para ulama tidak dihiraukan bahkan cenderung dilecehkan?? Mari kita sama-sama merefleksikannya, bisa saja kita terlalu gelap hatinya sehingga tidak bisa menerima nasehat para alim ulama, namun bisa juga para alim ulama saat ini lebih mengedepankan popularitas, fashion dan keduniaan sehingga menimbulkan kekecewaan dimasyarakat, saya pikir sudah saat nya ulama kembali kepada khitahnya untuk menjadi penerus para nabi dengan cara-cara yang kreatif namun tidak menyimpang. Bukankah dulu wali sanga pun bisa, lalu buya hamka pun menjadi tokoh ulama yg kharismatik,,
6. Guru. . saya lebih suka menyebutnya dengan pendidik, ya, pendidik bukan pengajar. Apa saja yang mereka berikan dikelas?? Hanya sebatas teori saja kah yang diberikan, tanpa ada pembekalan tentang bagaimana teori digunakan untuk hal yang positif. Atau bahkan ketika dikelas tidak mengajarkan apa-apa, hanya dudk diam manis sambil menunggu bel pergantian jam usai lalu pulang mengambil gaji tanggal 1,, atau hanya mengejar dan menyuruh murid-murid untuk mendapat nilai yang bagus serta hanya mengukur prestasi murid dari nilai yang mereka raih.. eumh saya pikir tidak hanya demikian ,, sosok guru, memang suatu pekerjaan yang tidak sesimpel namanya,, hanya empat huruf memang,, tapi luar biasa tanggung jawab yang dipikulnya, salah memberi arahan dalam medidik, maka akan salah pula orang yang ia didik.. oleh karena itu guru harus memiliki jiwa pengabdi yang tinggi, apalagi sekarang sudah ada sertifikasi bagi guru yang katanya meningkatkan kesejahteraan guru, seharusnya di imbangi juga dengan kualitas mengajar yang lebih baik oleh para guru. Saya yakin guru-guru di Indonesia penuh dengan kebesaran jiwa dan akan menjadi pendidik yang baik. Amin.
7. Pejabat Pemerintah dan pemerintahannya,, lembaga formal yang menjaga keberlangsungan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun apa yang terlihat saat ini,, eumh tidak banyak kata yang akan tertulis disini,,, hanya saja bukankah kalian telah dibayar mahal oleh rakyat untuk tugas ini,, lalu jika rakyat tidak kunjung sejahter,, apa saja yang telah kalian lakukan,, apakah anggota dewan pekerjaannya tidur di gedung dewan?? Ataukah seorang walikota pekerjaan nya menghamburkan-hamburkan uang rakyat untuk proyek yang hanya menambah sengsara rakyat.. haloo.. kalian dibayar mahal rakyat untuk bekerja dan mengabdi kepada rakyat,, maka jadilah pejabat yang mengayomi rakyatnya. Dalam hal ini sy pernah dengar, serahkan segala urusan pada ahlinya,, itu memang benar... jika tidak ahli,, lebih baik para pejabat yang ada itu mundur saja, karena saya pikir masih banyak yang lebih layak duduk dikursi pemerintahan dan bisa dengan benar mengurusi rakyatnya. Dan bekerja penuh pengabdian adalah kunci utamanya..
8. Pihak lainnya yang terkait,, pengusaha, pelaku bisnis, kontraktor, buruh,dan lain sebagai nya,, masing punya peran dalam membangun suatu masyarakat... oleh karena itu alangkah bijak dan baiknya jika kita berperan sebaik-baiknya dalam menjalankan fungsi kita dalam masyarakat.
Wah wah,, eumh kalau dilanjutin ga bakal habis habis... eumh,, mungkin saat ini hanya sebatas ini yang bisa saya sampaikan,, mari kawan, rekan, bapak, ibu, sodara-sodara semua. Kita cipatakan suatu masyarakat yang damai, masyarakat yang harmonis dan kita minimalisasikan perpecahan diantara kita demi kesejahteraan bersama.
Terakhir kutipan yang diambil dari tafsir La tahzan
Janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya bisa kita tutupi dengan kebaikannya yang lebih banyak, anda menjadi jauh dari seseorang yang pernah anda puji latar belakangnya, yang pernah anda terima kehidupannya, yang pernah anda ketahui kemuliaannya, dan yang pernah anda ketahui kemampuan berfikirnya.
Karena anda tidak akan mendapatkan seorang pun yang sopan tanpa aib atau dosa. Coba posisikan diri anda dalam posisinya, tidaklah anda terpaksa harus melihatnya dengan ainur ridha dan tidak menilainya dengan kaca mata hawa nafsu ketika anda menempatkan diri anda dalam posisinya dan menilainya, ada sesuatu yang dapat membantu apa yang sudah inginkan dan mendekatkan diri anda kepada orang yang melakukan dosa ini.
Dan sebuah bait tak bertuan,, untuk menutup tulisan ini
Wahai Tuhan, engkaulah yang memasukan aku dengan baik-baik maka keluarkan pula dengan baik-baik.
Wahai Tuhan, engkaulah yang mengetahui bahwa diri ini mencintai perjuangan ini, maka pahamkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya saya mencintainya.
Wahai Tuhan, cintamu,nikmatnya berada dalam kekurangan ini maka sadarkanlah diri ini agar dapat tetap menikmatinya.
Semuanya telah berlalu, menjadi sebuah kenangan indah maka jangan Kau beri kami lupa atas apa yang telah terjadi. (Al-Itsar)


Sejenak kuterkenang hakikat perjuangan penuh onak dan cabaran
Bersama teman-teman arungi kehidupan oh indahnya

Berat rasanya di dalam jiwa untuk melangkah meninggalkan semua
Kasih dan cintaa…yang terbina ia kan selamanya
Selamat berjuang sahabatku
Semoga Allah berkatimu
Kenangan indah bersamamu tak kubiar ia berlalu
Berjuanglah hingga ke akhirnya
Dan ingatlah semua ikrar kita

Semoga bermanfaat,,, masukan dan kritik nya sangat ditunggu untuk perbaikan diri saya pribadi dan untuk kebaikan bersama.

Sumber Redaksi:
Psikologi Sosial, Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych.
Catatan Kuliah Sang Autismo
Buku komunikasi MH

Jun 13, 2011

5 Situs Aneh dan mengagumkan

Planet bumi kami memiliki tempat-tempat yang aneh dan sering kelihatan indah yang menginspirasi sekaligus membingungkan. Mereka mengingatkan kita bahwa bahkan di abad modern ini yang dikenal sebagai keajaiban teknis dan teknologi, ternyata masih ada tempat-tempat menakjubkan yang dapat ditemukan. Sebagian tempat unik ini ada campur tangan manusia didalamnya, namun tidak terpikirkan bahwa akan seperti itu akhirnya.
  1. PAMUKKALE – TURKEY. Kolam renang yang aneh dan ganjil yang bertingkat dan indah yaitu Pamukkale telah dihargai selama lebih dari dua milenia, namun masih sedikit yang mengenalnya sebagai keajaiban dunia. Ribuan tahun yang lalu gempa bumi secara umum terjadi di Turki, dan terbentuklah fraktur yang mengeluarkan air panas yang kuat untuk membawa air yang kaya akan kalsium karbonat ke permukaan. Ketika air menguap, bahan kapur lapisan kental dan membentuk lapisan travertine dan dengan demikian perlahan-lahan membangun tembok sepanjang waktu dengan cara yang sama yaitu membentuk stalaktit seperti di dalam gua. Rupanya Pammakale berarti Castle of Cotton tetapi Yunani-Romawi membangun sebuah kota di atasnya disebut Heirapolis – yang berarti “Holy City” atau “Sacred City”.
    situs unik
    Pamukkale is now a UNESCO World Heritage Site and the pools have been closed to the tourists that once bathed in their waters to save them from further damage.
  2. SANQINGSHAN – CHINA. Sanqingshan adalah sebuah National Park yang relatif kecil dekat kota Shangrao di provinsi Jiangxi Cina. Walaupun ukurannya kecil namun justru merupakan keindahan alam yang natural. It is officially the 7th World Heritage Site yang ternyata berada di Cina dan telah dikenal karena daya tarik yang luar biasa yang indah. Kunci mistik dari tempat ini yang luar biasa adalah kombinasi dari geologi granit yang luar biasa dalam bentuk singkapan aneh dan pilar dikombinasikan dengan variasi iklim musiman yang sering menyebabkan kabut, sehingga anda bisa melihat kabut dan matahari terbenam mencolok. Ketika mengunjungi tempat ini akan tergambar perasaan damai dan ketenangan luar biasa. Efek ini diperkuat oleh air terjun alami, kolam dan mata air. Jika mengunjungi tempat ini, Anda benar-benar melihat Bumi, Air, Angin dan Api bergabung dalam waktu.
    gambar unik
    A story that is told is that Mu-Go the “Lord of the East” wished to create a garden for the amusement of his consort “Yin” and persuaded the four elements to fuse together and create Sanqingshan as a private garden for her amusement.
  3. NINE HELLS OF BEPPU – JAPAN. Beppu, yang terletak di Pulau Kyushu Jepang, adalah produsen terbesar kedua dari air panas bumi di dunia. Terletak di daerah yang sama adalah Sembilan Neraka atau Nine Hells kolam yang masing-masing memiliki karakter yang luar biasa. The “Hells” adalah objek wisata populer di Jepang, namun sedikit dikenal di luar negeri. Tujuh dari mata air panas aneh terletak di daerah Kannawa dan dikenal sebagai: Sea or Ocean Hell (Umi Jigoku), Shaven Head Hell (Oniishibozu Jigoku), Cooking Pot Hell (Kamado Jigoku), Mountain Hell (Yama Jigoku), Devil or Monster Mountain Hell (Oniyama Jigoku,) Golden Dragon Hell (Kinryu Jigoku) and White Pond Hell (Shiraike Jigoku).Sayangnya, seperti banyak keajaiban alam yang luar biasa, daerah sekitarnya telah menjadi lebih komersial dan “norak”.
    gambar aneh
    Further away in the Shibaseki District are Blood - Pond Hell (Chinoike Jigoku) - shown above - and Waterspout Hell (Tatsumaki Jigoku).
  4. HELL’S DOOR – TURKMENISTAN. Terletak di gurun Kara-Kum Turkmenistan yaitu desa Darvaza (Derweze). Pada tahun 1971, sebuah tim prospectors Soviet diduga mengebor ke dalam sebuah lokasi besar berisi gas alam. Atap gua runtuh dan kahirnya meninggalkan seperti ambles kawah dengan diameter sekitar 60 – 70 meter. Segera menjadi jelas bahwa gas alam masih naik ke kawah dan menurut cerita bahwa keputusan dibuat untuk membakar gas emisi daripada berisiko gas yang menyebabkan keracunan lokal. Menurut berbagai sumber lubang ini telah terbakar terus-menerus sehingga diberi nama “Gerbang ke Neraka” oleh masyarakat setempat. Namun, sumber lain mengatakan bahwa itu adalah sepenuhnya fenomena alam.
    door to hell
    It is most impressive at night and the glow from its flames can be seen miles away. The inside of the crater is black from carbon build up and the heat is so intense that it is only possible to stay near the edge for a few minutes.
  5. EYE OF AFRICA – MAURITANIA. Dari atas udara, misteri di Gurun Sahara Mauritania benar-benar terlihat seperti mata manusia. Gambar bagian kiri adalah “pupil” dan jika dilihat dari Google Earth maka bagian pinggir akan mengungkapkan tebing yang membentuk sisa mata. Fenomena alam ini sebenarnya adalah sebuah struktur Richat yang disebabkan oleh kubah berbentuk simetris dimana dari segi geologi wilayah ini terbentuk dengn ribuan tahun erosi. Harap dicatat bahwa penjelasan ini tidak sepenuhnya diterima oleh komunitas ilmiah. Masih tetap ada akademisi yang percaya bahwa itu adalah dampak meteor, dan lainnya mengatakan bahwa itu disebabkan oleh ledakan nuklir bawah tanah.
    gambar aneh dan unik

    so aneh dan menakjubkan bukan???? Subhanallah....

    sumber : q-bonk.com

Jun 11, 2011

Peradaban Nenek Moyang Kita

Di zaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan banyak penemuan yang terbilang canggih. Tetapi sayang sekali banyak orang Indonesia sendiri tidak menyadarinya. Kali ini Indonesiatop.blogspot akan menulis beberapa teknologi kuno nenek moyang Indonesia.

1. Borobudur: bukti kecanggihan teknologi dan arsitektur




Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan bangunan candi yang sangat megah.

Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit.

Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal.

Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan.

Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar biasa.


2. Kapal Jung Jawa: Teknologi kapal raksasa


Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran laut lepas.

Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut Selatan”.

Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit tahun 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar.

Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," kata Couto, sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad ke-13.

Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata "Jung" digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.

Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.

Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.

Bobot jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.


3. Keris: kecanggihan teknologi penempaan logam


Teknologi logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau.

Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan materi-materi alam lainnya.

Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).

Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat.

Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu derajat celcius.

Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.

Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.


4. Benteng Keraton Buton: Arsitektur bangunan untuk pertahanan


Di Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur.

Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga / kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat disebut baluara.

Tiap pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.

Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.


5. Si Gale gale: Teknologi Robot tradisional Nusantara


Orang Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot tradisional yang dikenal dengan sebutan si gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan “tangannya” sebagai mana layaknya orang menari.

Menurut cerita, Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak.

Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia.

Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.

Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan manusia.


6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten : Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air


Nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke Keraton Surosowan.

Proses penjernihannya tergolong sudah maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik Ardi disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan Emas.

Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat dengan diameter kurang lebih 40 cm.

Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai.

Danau Tasik Ardi sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu.

Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.


7. Karinding: Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara


Ternyata nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama.

Alat musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing), pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul).

Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas.

Alat ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.

Frekuensi suara yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan terganggu konsentrasinya.

Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang menghasilkan gelombang suara. Ini adalah alat mengusir hama yang aman bagi lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.


8. Rumah Gadang: Arsitektur Rumah Aman Gempa


Para nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias jauh maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi.

Rumah gadang di Sumatera Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter.

Bentuk rumah gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan.

Rumah gadang tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur.

Selain itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi.

Batu ini berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak mempengaruhi bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersebut

Darmansyah, ahli konstruksi dari Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Sumatera Barat menyebutkan, dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh lebih maju setidaknya 300 tahun dibanding konstruksi yang ada di dunia pada zamannya.


9. Tempe: Pemanfaatan bioteknologi untuk makanan


Tempe merupakan hasil bioteknologi sederhana khas Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan.

Sebenarnya mengolah kedelai dengan ragi juga dilakukan di negara lain seperti China, Jepang, India, dll. Tetapi yang menggunakan Rhizopus hanya di Indonesia saja. Jadi kemampuan membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia.

Tempe sudah dikenal sejak berabad-abad lalu di Nusantara. Dalam bab 3 dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 telah ditemukan kata "tempe".

Kini, tempe sudah merambah manca negara, tidak saja karena rasa dan aromanya, namun juga karena kandungan gizinya. Penemuan tempe adalah sumbangan nenek moyang kita pada seni masak dunia.


10. Pranata Mangsa: Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita


Seperti kebudayaan-kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengamatan langit digunakan dalam pertanian dan pelayaran.

Dalam masyarakat Jawa dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam, dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.

Menurut Daldjoeni di bukunya "Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa", Pranata Mangsa tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.

Meskipun teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek moyang kita dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim hujan/kemarau, musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang, pengaruh bulan purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala alam tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian alam.

Sebenarnya masih banyak teknologi-teknologi yang digunakan nenek moyang kita yang tidak dituliskan disini.

Dari penemuan-penemuan itu sebenarnya sejak dulu bangsa Indonesia sudah mampu menguasai teknologi canggih di zamannya maka tidak pantas lah bila kita menyombongkan diri sebagai generasi sekarang bila kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur kita.

Nenek moyang kita telah berhasil membangun candi-candi yang sangat indah arsitekturnya dan bertahan ratusan tahun.

Nenek moyang kita juga membangun armada laut yang telah mengarungi samudra luas.

Nenek moyang kita juga telah menemukan benda-benda yang tebilang sederhana tapi banyak manfaatnya.

Itu semua bukti bahwa nenek moyang kita sangat cerdas. Penjajahlah yang telah membuat kita lemah dan kurang percaya diri. Karena itu, setelah menjadi bangsa yang merdeka kita harus dapat bangkit kembali untuk mensejajarkan diri dengan bangsa lain yang telah maju.

Sumber :
indonesiatop.blogspot.com
http://www.situsdunia.tk/2011/05/teknologi-kuno-bangsa.html