Aug 2, 2011

Kidung Sunda

Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan kemungkinan besar berasal dari Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tak memiliki nama. Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit (baca orang Jawa). Kemudian terjadi perang besar-besaran di Bubat, pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam peristiwa ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
kidung Sunda

Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. C.C. Berg, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya:

Kidung Sunda
Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda)

Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini.
Ringkasan

Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh.
Pupuh I

Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah.

Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya.

Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar.

Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.
Kapal jung. Ada kemungkinan rombongan orang Sunda menaiki kapal semacam ini.

Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “jung Tatar (Mongolia/Cina) seperti banyak dipakai semenjak perang Wijaya.” (bait 1. 43a.)

Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkan kedatangan para tamu. Maka sepuluh hari kemudian kepala desa Bubat datang melapor bahwa rombongan orang Sunda telah datang. Prabu Hayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka. Tetapi patih Gajah Mada tidak setuju. Ia berkata bahwa tidaklah seyogyanya seorang maharaja Majapahit menyongsong seorang raja berstatus raja vazal seperti Raja Sunda. Siapa tahu dia seorang musuh yang menyamar.

Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdi dalem keraton dan para pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, namun mereka tidak berani melawan.

Sedangkan di Bubat sendiri, mereka sudah mendengar kabar burung tentang perkembangan terkini di Majapahit. Maka raja Sunda pun mengirimkan utusannya, patih Anepakěn untuk pergi ke Majapahit. Ia disertai tiga pejabat lainnya dan 300 serdadu. Mereka langsung datang ke rumah patih Gajah Mada. Di sana beliau menyatakan bahwa Raja Sunda akan bertolak pulang dan mengira prabu Hayam Wuruk ingkar janji. Mereka bertengkar hebat karena Gajah Mada menginginkan supaya orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal-vazal Nusantara Majapahit. Hampir saja terjadi pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata, seorang pandita kerajaan. Maka berpulanglah utusan raja Sunda setelah diberi tahu bahwa keputusan terakhir raja Sunda akan disampaikan dalam tempo dua hari.

Sementara raja Sunda setelah mendengar kabar ini tidak bersedia berlaku seperti layaknya seorang vazal. Maka beliau berkata memberi tahukan keputusannya untuk gugur seperti seorang ksatria. Demi membela kehormatan, lebih baik gugur daripada hidup tetapi dihina orang Majapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya dan membelanya.

Kemudian raja Sunda menemui istri dan anaknya dan menyatakan niatnya dan menyuruh mereka pulang. Tetapi mereka menolak dan bersikeras ingin tetap menemani sang raja.
Pupuh II (Durma)

Maka semua sudah siap siaga. Utusan dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawa surat yang berisikan syarat-syarat Majapahit. Orang Sunda pun menolaknya dengan marah dan perang tidak dapat dihindarkan.

Tentara Majapahit terdiri dari prajurit-prajurit biasa di depan, kemudian para pejabat keraton, Gajah Mada dan akhirnya prabu Hayam Wuruk dan kedua pamannya.

Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi akhirnya hampir semua orang Sunda dibantai habisan-habisan oleh orang Majapahit. Anepakěn dikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya perwira Sunda yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat serdadu Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaan kepada ratu dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian bunuh diri. Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.
Pupuh III (Sinom)

Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan ini. Ia kemudian menuju ke pesanggaran putri Sunda. Tetapi putri Sunda sudah tewas. Maka prabu Hayam Wurukpun meratapinya ingin dipersatukan dengan wanita idamannya ini.

Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidak selang lama, maka mangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.

Setelah beliau diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka beliau mengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu beliau menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).

Maka raja Kahuripan dan raja Daha, yang mirip "Siwa dan Buddha" berpulang ke negara mereka karena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi.

Analisis

Kidung Sunda harus dianggap sebagai karya sastra, dan bukan sebuah kronik sejarah yang akurat, meski kemungkinan besar tentunya bisa berdasarkan kejadian faktual.

Secara garis besar bisa dikatakan bahwa cerita yang dikisahkan di sini, gaya bahasanya lugas dan lancar. Tidak berbelit-belit seperti karya sastra sejenis. Kisahnya memadukan unsur-unsur romantis dan dramatis yang memikat. Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, para protagonis cerita ini bisa hidup. Misalkan adegan orang-orang Sunda yang memaki-maki patih Gajah Mada bisa dilukiskan secara hidup, meski kasar. Lalu Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda bisa dilukiskan secara indah yang membuat para pembaca terharu.

Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal. Semuanya bisa saja terjadi, kecuali mungkin moksanya patih Gajah Mada. Hal ini juga bertentangan dengan sumber-sumber lainnya, seperti kakawin Nagarakretagama, lihat pula bawah ini.

Perlu dikemukakan bahwa sang penulis cerita ini lebih berpihak pada orang Sunda dan seperti sudah dikemukakan, seringkali bertentangan dengan sumber-sumber lainnya. Seperti tentang wafat prabu Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, penulisannya berbeda dengan kakawin Nagarakretagama.

Kemudian ada sebuah hal yang menarik, nampaknya dalam kidung Sunda, nama raja, ratu dan putri Sunda tidak disebut. Putri Sunda dalam sumber lain sering disebut bernamakan Dyah Pitaloka.

Satu hal yang menarik lagi ialah bahwa dalam teks dibedakan pengertian antara Nusantara dan tanah Sunda. Orang-orang Sunda dianggap bukan orang Nusantara, kecuali oleh patih Gajah Mada. Sedangkan yang disebut sebagai orang-orang Nusantara adalah: orang Palembang, orang Tumasik (Singapura), Madura, Bali, Koci (?), Wandan (Banda, Maluku Tengah), Tanjungpura (Kabupaten Ketapang) dan Sawakung (Pulau Sebuku?) (contoh bait 1. 54 b.) . Hal ini juga sesuai dengan kakawin Nagarakretagama di mana tanah Sunda tak disebut sebagai wilayah Majapahit di mana mereka harus membayar upeti. Tapi di Nagarakretagama, Madura juga tak disebut.

Penulisan

Semua naskah kidung Sunda yang dibicarakan di artikel ini, berasal dari Bali. Tetapi tidak jelas apakah teks ini ditulis di Jawa atau di Bali.

Kemudian nama penulis tidaklah diketahui pula. Masa penulisan juga tidak diketahui dengan pasti. Di dalam teks disebut-sebut tentang senjata api, tetapi ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan usia teks. Sebab orang Indonesia sudah mengenal senjata api minimal sejak datangnya bangsa Portugis di Nusantara, yaitu pada tahun 1511. Kemungkinan besar orang Indonesia sudah mengenalnya lebih awal, dari bangsa Tionghoa. Sebab sewaktu orang Portugis mendarat di Maluku, mereka disambut dengan tembakan kehormatan.
Beberapa cuplikan teks

Di bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalam bahasa Indonesia. Teks diambil dari edisi C.C. Berg (1927) dan ejaan disesuaikan.
Gajah Mada yang dimaki-maki oleh utusan Sunda

Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.

Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.

Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.

Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.


artinya:

“Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Sama seperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.

Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur.

Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.

Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”

Raja Sunda yang menolak syarat-syarat Majapahit

[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.
Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.
Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.


artinya :

[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.
Maka ini terdengar oleh Sri Raja dan beliau menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”
“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiada akan ‘silau’ beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orang Majapahit).

Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda yang telah tewas

Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling, mara sri narapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sang nata dadi atěmah laywan.

Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning waja amanis, anrang rumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghal kamanda punyaningsun pukulun, mangke prapta angajawa.

Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkw atěmah kayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawula mangke pinanggih, lah palalun, pangdaning Widy angawasa.

Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ing duskrěti, sida kâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwus alalis, sang sinambrama lěnglěng amrati cita.

Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkin gumirih, lwir guruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang, tangising wong lanang istri, arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.


artinya:

Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu berada di tengah ia, tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan di atas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.

Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yang tak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa: “Sri Paduka, datanglah ke mari. Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa.

Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannya mereka ikut datang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku, mungkin masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh sungguh kejamlah kuasa Tuhan!

Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpa dihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akan begitulah ia yang telah tewas menyapanya. Sedangkan yang disapa menjadi bingung dan merana.

Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, beliau sang Raja semakin merana. Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga*, yang membuka kelopak bunga untuk mekar, bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria dan wanita, rambut-rambut yang lepas terurai bagaikan kabut.

*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musim kemarau. Jadi suara guruh pada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.

sumber bacaan:

wikipedia.com
C.C. Berg, 1927, ‘Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen’. BKI 83: 1 – 161.
C.C. Berg, 1928, Inleiding tot de studie van het Oud-Javaansch (Kidung Sundāyana). Soerakarta: De Bliksem.
Sri Sukesi Adiwimarta, 1999, ‘Kidung Sunda (Sastra Daerah Jawa)’, Antologi Sastra Daerah Nusantara, kaca 93-121. Jakarta: Yayasan Obor. ISBN 979-461-333-9
P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan. (hal. 528-532)

genogram kerajaan inggris



genogram kerajaan inggris (klik gambar untuk memperbesar)

Jul 31, 2011

Raja-raja Sunda

"Nihan nu rudirana pikalwah iking Bubat saba Mwang kamahatmiam ngku pasamudaya satria Sunda Tan atemohan ring nagara pada jaya mami ..."


Daftar raja-raja di Jawa Barat jeung mangsa pamaréntahanana numutkeun naskah Pangéran Wangsakerta

A. Raja-raja Salakanagara

Déwawarman I (130 – 168 )
Déwawarman II (168 – 195)
Déwawarman III (195 – 238 )
Déwawarman IV (minantu A.3, 238 – 252)
Déwawarman V (minantu A.4, 252 – 276)
Spatikarnawa Warmandéwi (istri A.5, 276 – 289)
Déwawarman VI (289 – 308 )
Déwawarman VII (308 – 340)
Déwawarman VIII (minantu A.7, 340 – 362)

B. Raja-raja Tarumanagara

Jayasingawarman Rajadiraja Guru (minantu A.8, 358 – 382)
Rajaresi Darmayawarman (382 – 395)
Purnawarman (395 – 434)
Wisnuwarman (434 – 455)
Indrawarman (455 – 515)
Candrawarman (515 – 535)
Suryawarman (535 – 561
Kertawarman (561 – 628 )
Sudawarman (adik B.8, 628 – 639)
Déwamurtyatma Hariwangsawarman (639 – 640)
Nagajayawarman (minantu B.10. 640 – 666)
Linggawarman (666 – 669)

C. Raja-raja Kendan

Resiguru Manikmaya (minantu B.7, 536 – 568 )
Suraliman Sakti (568 – 597)
Kandiawan Déwaraja (597 – 612)

D. Raja-raja Galuh

Wrétikandayun (612 – 702)
Mandiminyak (702 – 709)
Bratasénawa (709 – 716)
Purbasora (pernah suan D.2, 716 – 723)
Sanjaya (putera D.3, 723 – 732)
Tampéran Darmawijaya (732 – 739)
Manarah (Surotama, buyut D.4, 739 – 783)
Manisri (minantu D.7, 783 – 799)
Tariwulan (799 – 806)
Wéléngan (806 – 813)
Linggabumi (813 – 852)

É. Raja-raja Sunda

1. Tarusbawa (minantu B.12, 669 – 723)

2. Harisdarma (incu minantu E.1 = D5, 723 – 732)

3. Tamperan Barmawijaya ( = D.6) (732- 739)

4. Rakéyan Banga (739 – 766)

5. Rakéyan Medang Prabu Hulukujang (766 – 783)

6. Prabu Gilingwesi (minantu E.5, 783 – 795)

7. Pucukbumi Darméswara (minantu E.6, 795 – 819)

8. Rakéyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 – 891)

9. Prabu Darmaraksa (adibeuteung E.8 )

10. Windusakti Prabu Déwageng (895 – 913)

11. Rakéyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 – 916)

12. Rakéyan Jayagiri (minantu E.11, 916 – 942)

13. Atmayadarma Hariwangsa (942 – 954)

14. Limbur Kancana (putra E.11, 954 – 964)

15. Munding Ganawirya (964 – 973)

16. Rakéyan Wulung Gadung (973 – 989)

17. Brajawisésa (989 – 1012)

18. Déwa Sanghiyang (1012 – 1019)

19. Sanghiyang Ageng (1019 – 1030)

20. Sri Jauabupati ( Détya Maharaja) (1030 – 1042)

21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja) (1042 – 1065)

22. Langlangbumi ( Sang Mokténg Kerta) (1065 – 1155)

23. Rakéyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (11 55 – 1157)

24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja) (1157 – 1175)

25. Darmasiksa Prabu Sanghiyang Wisnu (1175 – 1297)

26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman) ( 1297 – 1303)

27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung) (1303 – 1311)

F. Raja-raja Kawali

Linggadéwata (Sang Mokténg Kikis) (1311 – 1333)
Linggawisésa (minantu F.1, 1333 – 1340)
Ragamulya (Aki Kolot) (1340 – 1350)
Linggabuana (Sang Mokténg Bubat) (1350 – 1357)
Bunisora Suradipati (adi F.4) (1357 – 1371)
Niskala Wastukancana (Sang Mokténg Nusalarang) (1371 – 1475)
Ningratkancana (Déwa Niskala) (1475 – 1482)

G. Raja-raja Pakuan Pajajaran

Susuktunggal (putra F.6, 1382 – 1482)
Sri Baduga Maharaja (1482 -1521)
Surawisésa (Ratu Sangiang) (1521 – 1535)
Ratu Déwatabuana (1535 – 1543)
Ratu Sakti (1543 – 1551)
Nilakéndra (Tohaan di Majaya) (1551 – 1567)
Ragamulya Suryakancana (1567 – 1579)

sumber redaksi:bujanggamanik.wordpress.com

nama-nama raja jawa

berikut daftar nama-nama raja jawa yang pernah ada. semoga bermanfaat.
Mataram Lawas
Wangsa Syailendra

Sri Indrawarman (752-775)
Wisnuwarman (775-782)
Dharanindra (782-812)
Samaratungga (812-833)
Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya)

Wangsa Sanjaya

Sanjaya (732-7xx)
Rakai Panangkaran : Dyah Pancapana (syailendra)
Rakai Panunggalan
Rakai Warak
Rakai Garung
Rakai Patapan (8xx-838)
Rakai Pikatan (838-855), mendepak wangsa Syailendra
Rakai Kayuwangi (855-885)
Dyah Tagwas (885)
Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
Rakai Watuhumalang (894-898)
Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
Daksa (910-919)
Tulodong (919-921)
Dyah Wawa (924-928)
Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)

Medang

Mpu Sindok (929-947)
Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
Makutawangsawardhana (9xx-985)
Dharmawangsa Teguh (985-1006)

Kahuripan

Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang

(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)

Janggala

(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hinggawed tahun 1116)

Kadiri

(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)

Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
Jayabaya (1135-1159)
Rakai Sirikan (1159-1169)
Sri Aryeswara (1169-1171)
Sri Candra (1171-1182)
Kertajaya (1182-1222)

Singhasari

Ken Arok (1222-1227)
Anusapati (1227-1248)
Tohjaya (1248)
Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
Kertanagara ( 1254-1292)

Majapahit

Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
Jayanagara (1309-1328)
Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
Wikramawardhana (1390-1428)
Suhita (1429-1447)
Dyah Kertawijaya (1447-1451)
Rajasawardhana (1451-1453)
Girishawardhana (1456-1466)
Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
Girindrawardhana Dyah Wijayakarana(1468-1478)
Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? - 1486 )
Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun 1513) (1474-1519)

Demak

Raden Patah (1478 - 1518)
Pati Unus (1518 - 1521)
Trenggana (1521 - 1546)
Sunan Prawoto (1546 - 1549)

Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir, bergelar Hadiwijaya (1549 - 1582)
Arya Pangiri, bergelar Ngawantipuro (1583 - 1586)
Pangeran Benawa, bergelar Prabuwijoyo (1586 - 1587)

Mataram Baru

Daftar ini merupakan Daftar penguasa Mataram Baru atau juga disebut sebagai Mataram Islam. Catatan: sebagian nama penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa.

Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 - 1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan merdeka.
Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 - 1613)
Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)
Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 - 1677)

Kasunanan Kartasura


Amangkurat II (1680 – 1702), pendiri Kartasura.
Amangkurat III (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka.
Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger.
Amangkurat IV (1719 – 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.
Pakubuwana II (1726 – 1742), menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu pemberontakl; mendirikan Surakarta.

Kasunanan Surakarta


Pakubuwana II (1745 - 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
Pakubuwana III (1749 - 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah kerajaannya.
Pakubuwana IV (1788 - 1820)
Pakubuwana V (1820 - 1823)
Pakubuwana VI (1823 - 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa.
Pakubuwana VII (1830 - 1858)
Pakubuwana VIII (1859 - 1861)
Pakubuwana IX (1861 - 1893)
Pakubuwana X (1893 - 1939)
Pakubuwana XI (1939 - 1944)
Pakubuwana XII (1944 - 2004)
Gelar Pakubuwana XIII (2004 - sekarang) diklaim oleh dua orang, Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan.

Kasultanan Yogyakarta

Hamengkubuwana atau Hamengkubuwono atau Hamengku Buwono atau lengkapnya Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalogo Ngabdurahman Sayiddin Panotogomo Khalifatullah adalah gelar bagi raja Kesultanan Yogyakarta sebagai penerus Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Wangsa Hamengkubuwana tercatat sebagai wangsa yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pada masa masing-masing, antara lain Hamengkubuwana I atau nama mudanya Pangeran Mangkubumi, kemudian penerusnya yang salah satunya adalah ayah dari Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro, yaitu Hamengkubuwana III. Sri Sultan Hamengkubuwana IX pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia yang kedua.

Yang bertahta saat ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Daftar sultan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
No. Nama Dari Sampai Keterangan
1. Sri Sultan Hamengkubuwono I 13 Februari 1755 24 Maret 1792
2. Sri Sultan Hamengkubuwono II 2 April 1792 akhir 1810
3. Sri Sultan Hamengkubuwono III akhir 1810 akhir 1811
Sri Sultan Hamengkubuwono II akhir 1811 20 Juni 1812
Sri Sultan Hamengkubuwono III 29 Juni 1812 3 November 1814
4. Sri Sultan Hamengkubuwono IV 9 November 1814 6 Desember 1823
5. Sri Sultan Hamengkubuwono V 19 Desember 1823 17 Agustus 1826
Sri Sultan Hamengkubuwono II 17 Agustus 1826 2 Januari 1828
Sri Sultan Hamengkubuwono V 17 Januari 1828 5 Juni 1855
6. Sri Sultan Hamengkubuwono VI 5 Juli 1855 20 Juli 1877
7. Sri Sultan Hamengkubuwono VII 22 Desember 1877 29 Januari 1921
8. Sri Sultan Hamengkubuwono VIII 8 Februari 1921 22 Oktober 1939
9. Sri Sultan Hamengkubuwono IX 18 Maret 1940 2 Oktober 1988
10. Sri Sultan Hamengkubuwono X 7 Maret 1989 sekarang

Lihat pula: Praja Mangkunagaran

Mangkunagara I (Raden Mas Said) (1757 - 1795)
Mangkunagara II (1796 - 1835)
Mangkunagara III (1835 - 1853)
Mangkunagara IV (1853 - 1881)
Mangkunagara V (1881 - 1896)
Mangkunagara VI (1896 - 1916)
Mangkunagara VII (1916 -1944)
Mangkunagara VIII (1944 - 1987)
Mangkunagara IX (1987 - sekarang)

Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta

Paku Alam I (1813 - 1829)
Paku Alam II (1829 - 1858)
Paku Alam III (1858 - 1864)
Paku Alam IV (1864 - 1878)
Paku Alam V (1878 - 1900)
Paku Alam VI (1901 - 1902)
Paku Alam VII (1903 - 1938)
Paku Alam VIII (1938 - 1998)
Paku Alam IX (1998 - sekarang)

sumber redaksi : wikipedia.com

Jun 26, 2011

Pacaran : Lanjut atau Tidak

Mengambil keputusan menikahi seseorang bukanlah hal mudah, apalagi menyangkut adanya keraguan sudah tepat atau belum calon pasangan kita. Mari simak penuturan seorang perempuan, RA (22).

Saya sudah tiga tahun berpacaran. Saya memulai hubungan dengan niat tulus. Saya mencintai pacar saya dan hanya dia seorang. Tetapi, tidak demikian dengan pacar saya. Dia masih menyayangi mantan-mantannya. Dia kerap membandingkan saya dengan mereka.

Dia tidak perhatian kepada saya, suka menggoda orang lain di depan saya, suka melihat perempuan lain saat sedang bersama saya, suka meninggalkan saya apabila marah, juga suka berbohong. Saya berkali-kali berkata kepada dia untuk jujur, apabila tidak menyayangi saya tidak apa-apa dan saya akan pergi.

Baru-baru ini dia berkata, sejujurnya dia baru benar-benar menyayangi saya beberapa bulan terakhir. Sekarang dia sudah berubah dan kami berniat menikah. Tetapi, di dalam hati saya ada banyak ketakutan, terutama takut dibohongi lagi, dan tahun-tahun bersama dia saya lalui dengan merasa saya orang paling jelek untuknya.

Kadang saya merasa tidak pantas diperlakukan seperti itu dan takut itu akan terulang. Selama ini saya juga tidak bisa dekat dengan keluarga pacar. Saya malu dan takut salah bicara. Saya selalu diam jika tidak diajak bicara atau tidak ditanya. Setiap ke rumah pacar, saya selalu berdandan sopan, membawa oleh-oleh, mencuci piring bekas makan saya, dan mengucapkan terima kasih. Tetapi, saya tetap tidak bisa dekat dan diajak mengobrol. Seolah saya tidak ada di hadapan mereka.

Apakah itu artinya orangtua kekasih tidak menyukai saya? Saya menyadari diri saya tidak begitu cantik, tidak kaya, dan tidak terkenal. Saya hanya ingin diterima dan hidup bahagia. Tolong beri tahu apa yang harus saya lakukan?

RA yang baik,

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengurai masalah ini. Pertama tentang sikap pacar, usia, hubungan dengan keluarga, dan citra diri Anda.

Tentang sikap pacar. Lazimnya orang yang baru berpacaran justru menampilkan hal-hal positif dirinya, penuh perhatian, romantis, pokoknya menyenangkan hati pasangan. Bagaimana dengan pacar Anda?

Pada awal pacaran dia justru blakblakan menampilkan perilaku ”buruk”, seperti tak mampu menguasai emosi jika marah, berbohong, dan menggoda orang lain. Bahkan, ia tega menyakiti hati dengan membandingkan Anda dengan mantan-mantannya. Kemudian akhir-akhir ini dia berubah menjadi lebih baik.

Mungkin memang benar sebelumnya dia belum jatuh cinta kepadamu. Sekarang setelah dia mengaku menyayangi Anda, perlu dicermati lagi apa yang membuat ia berubah. Adakah suatu kejadian penting yang menyadarkannya, selama ini ia berhubungan dengan seorang yang sangat tulus mencintai dan baik hati pula?

Atau, coba lebih waspada (ini beda dengan berburuk sangka lho) dengan mencari tahu apakah ada penyebab lain yang membuat ia berubah. Jadi, perubahan yang terjadi padanya bisa bersifat positif atau negatif.

Tentang usia. Menurut saya, perlu waktu lebih lama untuk mengenal dia lebih jauh. Dua tahun lebih dia menunjukkan sikap berbeda dengan beberapa bulan terakhir. Yang harus dilihat adalah sikapnya yang baru saja berubah itu menetap atau tidak.

Jadi, Anda bisa memperpanjang waktu untuk menerima ajakan menikah. Alasannya, selain usia Anda memang masih muda (sayang Anda tak menyebutkan usia pacar), juga agar Anda lebih dalam mengenal dan memahami pribadinya, apakah perubahan positif yang ditunjukkan belakangan ini memang menetap dan dia benar-benar serius melanjutkan hubungan dengan Anda.

Tentang hubungan keluarga. Apabila mempertimbangkan sikap keluarganya, coba cermati lagi apakah karena memang mereka tipe orang yang angkuh dan mementingkan aspek fisik dan finansial bagi calon menantu dan ipar? Atau, karena perasaan Anda saja dan ini disebabkan rasa rendah diri karena merasa kondisi Anda tidak setara dengan mereka?

Jika berpikir positif, bisa saja mereka memang tidak mudah menerima kehadiran orang baru. Mereka berharap Anda perlu lebih aktif mengambil hati mereka, bukan mereka yang berbaik-baik kepada Anda. Anda sudah benar berperilaku sopan dan baik selama ini, lanjutkan itu tanpa keterpaksaan.

Citra diri

Beberapa kali Anda mengatakan tidak cantik, tidak kaya, sehingga merasa tidak layak berpasangan dengan dia. Ini sangat tidak produktif untuk pengembangan diri.

Jika ingin merebut hati dan menambah rasa sayang orang kepada Anda, Anda juga harus memperlakukan diri Anda sebagai sesuatu yang berharga. Bukankah Anda juga punya banyak kualitas diri positif, seperti baik hati, sabar, peka, mau menolong, dan sopan.

Yakini siapa Anda, tak perlu membandingkan dengan orang lain yang hanya akan merusak suasana hati Anda. Kualitas itu jauh lebih baik ketimbang kecantikan atau kekayaan. Dengan citra diri positif, Anda akan mendapat kekuatan serta arah jelas menghadapi kehidupan dan secara sadar Anda akan mengembangkan hal-hal terbaik Anda.

Jadi, biarkan beberapa tahun lagi Anda meniti hubungan pacaran ini. Tak usah khawatir. Kalau memang dia sayang dan kapok dengan sifat buruknya, pasti akan terbukti. Kalau tidak, Anda masih punya banyak waktu untuk bertemu orang lain yang lebih layak dan menghargaimu. Sementara itu, kembangkan juga citra dirimu, jangan biarkan siapa pun menganggap dirimu rendah dan buruk. Salam

Parodi पैर Temanan

Saya bukan teman yang baik. Sama sekali tidak. Banyak orang tahu, terutama mereka yang cukup dekat. Waduh… kalau mau diterangkan mengenai tidak baik, banyak sekali. Egois. Saya menghubungi teman hanya kalau ada perlunya. Menyapanya singkat, cepat, dan basa-basi. "Hello… pa kabar, Mas… baik kan? Gini loh…."

Saya tak memberi kesempatan mereka membalas sapaan basa-basi itu. Saya juga tak perlu mendengar kabar teman itu, yang penting tujuan saya tercapai.

Saya bukan manusia suportif, peka terhadap hal kecil, karena terlalu malas. Buat saya tak penting meski buat orang lain penting. Saya berpikir orang bisa berpikir seperti saya, padahal tidak sama sekali. Saya teman yang munafik dan tak berani mengambil risiko pertemanan. Saya cari amannya saja.

Saya teman yang membicarakan teman. Baik atau tidak baik. Saya plin-plan mengubah jadwal pertemuan sak enak udel dewek. Saya hanya melihat dari kacamata saya, acap kali tak sensitif. Kalau bicara bahasanya kasar, jorok kata teman-teman. Terlalu to the point. Tak semua orang bisa menerima.

"That's what friends are for?"

Saya beruntung ada orang mau berteman dengan saya. Alasannya macam-macam. Ada alasan yang saya tahu, ada yang saya tak tahu. Saya malah sering kali bingung dan salut dengan mereka yang mau berteman dengan saya. Mereka seperti malaikat yang dikirim Tuhan agar saya tak sendiri. Penjahat saja masih dikirimi malaikat untuk dijadikan teman.

Ini contoh teman yang malaikat dan saya yang egois. Saya tinggal di rumah teman berbulan lamanya karena apartemen saya direnovasi. Itu berarti pembayaran listrik dan air teman saya bertambah. Tetapi, ketika teman itu membutuhkan sesuatu, saya tiba-tiba lupa membalas kebaikan dia meminjamkan tempat tinggal serta bayar air dan listrik itu.

Kalau saya menyimak lagu berjudul macam That's What Friends Are For, saya mempertanyakan kembali diri sendiri, kata for itu apa? Dari kacamata seorang manusia egois, berteman buat saya hanya for membutuhkan pertolongan. Titik. Pertolongan waktu saya sakit, waktu butuh undangan masuk ke kelab malam baru karena tak diundang, waktu butuh mobil saat tak bisa jalan karena kaki terpuntir dan kesakitan setengah mati, ketika butuh mengurus berkas administratif, dan sejuta kebutuhan lain. Buat saya teman itu sebelas dua belas dengan balai keselamatan.

Berhitung

Pernah saya bertanya kepada diri sendiri soal pertemanan. Kalau saya seorang teman, apakah saya punya kewajiban tak tertulis harus ini dan itu? Kalau saya berteman, apakah artinya harus memberi tahu seluruh kegiatan saya kepada mereka? Dan kalau saya tak memberi tahu dan kemudian mereka naik pitam, bukankah itu hak saya sebagai teman untuk tidak berbagi semua aktivitas saya?

Kalau membuat pesta apakah saya wajib mengundang teman-teman dekat bukan sahabat, supaya mereka tak tersinggung? Bagaimana kalau sesekali waktu saya ingin keluar dari pertemanan dua puluh empat jam itu tanpa menyinggung mereka? Apakah akhirnya yang dimaksud saya sebagai makhluk sosial adalah mengeliminir kehidupan pribadi?

Sekarang saya tahu mengapa saya bukan teman yang baik: saya tak mampu melakukan kewajiban serta menanggung risiko dan tuntutan pertemanan itu, dari manusia yang berharap banyak kepada saya. Sama seperti mengapa saya mau mencintai dan dicintai, tetapi tak suka risiko mencintai dan dicintai. Saya tak suka keribetannya dalam berhubungan. Belum memikirkan mood pasangan yang naik-turun.

Sama seperti mood teman-teman saya yang naik-turun. Contoh kecil saja. Ada teman yang baik, tetapi kalau bertemu di pesta tiba-tiba menjadi makhluk berbeda, menjaga jarak, seperti baru berkenalan lima hari lalu. Itu membingungkan, itu memainkan emosi, dan itu menyebalkan. Nah, itu yang tak bisa saya tanggung, tak sanggup tepatnya. Dan saya dihakimi karena ketidakmampuan saya, karena ketidakmauan berisiko.

Saya mulai mikir, ternyata jadi teman lebih berat ketimbang ujian UMPTN. Semua terkait emosi, perasaan, bukan logika. Kalaupun logika, sedikit sekali digunakan. Sampai pernah sekali waktu saya berpikir mending enggak punya teman. Banyak kewajiban tak bisa saya penuhi, yang bisa mengecewakan mereka. Karena seperti semua hal di dunia, bukan hanya karena senang melakukan, tetapi apakah mampu dilakukan. Senang dan mampu itu berbeda seperti laki dan perempuan.

Jadi, apakah berteman sama dengan berhitung? Sana kasih lima, sini wajib kasih lima? Bagaimana kalau saya hanya mampu memberi tiga, karena bukan saya tak mau, tetapi saya tak mampu? Nurani saya bilang begini, "Itulah kenapa kamu disebut egois. Bersyukurlah ada yang mau berteman dengan kamu. Mereka itu selalu mau menerima kalau lo bisanya cuma kasih tiga atau malah kurang dari itu...."

KILAS PARODI

Kalau Mau Jadi Teman, Bukan Jadi Sahabat

1. Kalau seperti saya yang berteman saja sudah membuat kewalahan, jangan berani-berani berkomitmen menjadi sahabat. Teman dan sahabat bedanya seperti musim panas dan musim dingin....

2. Huh? Komitmen? Memang ada komitmen kalau jadi sahabat? Ini jawaban nurani saya, ”Yaa... iyalahhhh….” Kalau Anda tak setuju, gak papa juga. Nurani Anda dan saya beda. Nurani orang egois dan yang tidak, itu beda!

3. Saya yakinkan Anda tak akan pernah jadi teman yang baik selamanya. Jadi, jangan coba-coba jadi teman sempurna. Sempurna itu tidak ada. Akan datang masanya kebaikan Anda akan dilupakan karena kesalahan yang Anda buat. Maka, percayalah pada peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Tetapi, saya membaca kutipan dari penulis Amerika seperti ini: You can kiss your family and friends good-bye and put miles between you, but at the same time you carry them with you in your heart, your mind, your stomach, because you do not just live in a world but a world lives in you (Frederick Buechner).

4. Siapkan diri sebelum mulut mengatakan mau berteman. Saya tersinggung ketika beberapa kali teman saya mengajak temannya berkenalan dengan saya. Jawabannya selalu sama, ”Aduh gue enggak siap, ntar dulu deh kenalan sama Samuel.”

Persiapannya lebih mental daripada mulut. Mental itu untuk menerima manusia bernama teman dengan segala perilakunya. Nah, untuk semua itu Anda benar-benar harus siap supaya jangan kesal dibuatnya.

5. Ingat, teman Anda adalah manusia! Manusia itu berubah. Kadang itu mengecewakan. Kalau itu terjadi, mulutnya dilem saja. Saya punya lem yang sekali dioleskan tak bisa dilepaskan. Hubungi saya kalau perlu satu tube.

6. Terima saja manusia itu apa adanya. Jangan ada harapan dalam berteman. Tak ada gunanya. Menerima itu gampang dikatakan, susah dilakoni. Itu pekerjaan rumah kalau Anda mau berteman. Bukankah dalam hidup ada harga dan risiko yang harus Anda bayar dan tanggung?

7. Buat jarak dengan teman. Itu penting. Kalau tidak, keretakan pertemanan lebih mudah terjadi. Makanya jangan pernah mencintai manusia 100 persen. Mereka bisa mengecewakan. Seratus persen itu cuma buat Sang Khalik. Ditanggung tak pernah mengecewakan.

8. Pilih teman Anda. Itu perlu. Kalau bisa yang membuat Anda maju ke depan dan tidak mundur ke belakang. Maksud saya, maju ke depan itu bukan ke depan jurang juga.

sebuah memori #1

oleh Fredy Ardiwinata pada 03 Januari 2010 jam 21:21

Sore itu seorang bocah sedang bermain dengan asiknya. Sebuah mobil mainan, tiruan dari bmw seri 3.5.2 berwarna hitam metalik ia pegang begitu erat. Seolah tak ingin kehilangan mainan tersebut anak itu tak mengijinkan saudara-saudaranya untuk menyentuhnya. Ia pun tak mengijinkan orang tuanya untuk meletekan mainan itu ditempat mainan lainnya selain di box tempat mobil itu bisa aman di benak si anak.
Dua tahun berlalu anak tersebut tak pernah menginginkan mainan baru, ia tetap menjaga mobil mainan bmw seri 3.5.2. ia pun menjaganya dan merawat mainan tersebut nyaris tanpa lecet sedikitpun, hampir sama persis ketika mainan tersebut ia dapatkan sebagai kado hadiah dari sang ayah. Bahkan saat usianya sembilan belas tahun pun, mainan tersbut masih terawat.

Dan 12 tahun kemudian ditempat yang sama, di pagi hari terdengar suatu percakapan,
“Apa kamu masih ingat semua ini?” suara dengan nada sedikit berat dari seorang lelaki paroh baya.
“aku tidak tahu,” gumam seorang lelaki muda dengan nada khas tempramen seorang pemuda sembilanbelas tahun.
Pemuda itu, ya ia bocah kecil yang sangat menjaga mainan kesayangannya itu. Nampaknya ia mengalami suatu perdebatan dengan seorang yang lebih usianya beberapa generasi diatasnya. Sejenak suasana hening berganti dengan perdebatan yang tak berujung.
“kenapa kau pergi waktu itu? Apakah karena aku nakal dan tak bisa diatur sehingga kau pergi dan meninggalkan aku, sementara kau hanya membawa sikecil raiden?” suara parau si pemuda terdengar sangat emosional dan menyiratkan bahwa ia butuh jawaban itu dan telah memendamnya selama ini.
“aku tahu aku tampak bodoh” pemuda itu melanjutkan pembicaraannya. “aku tahu kamu juga menganggap ku begitu.”
“tidak.” Jawab pria paruh baya itu sedikit getir seakan penuh penyesalan.
“Ya.” Kata pemuda itu. “kamu begitu. Setiap orang juga bahkan, aku sendiri.” Pemuda itu menggerakan jari kirinya disela-sela rambutnya, dan menaikannya keatas. “jika aku seperti ini tentu aku berbeda, aku Cuma tidak ingin terlihat seperti aku, tidak apa-apa bagiku terlihat bodoh, jika itu bisa membuatku jadi orang lain.” Begitu polos pemuda itu menjawab, seolah suara paraunya menghilang dan berganti dengan suara bernada angkuh.
“heudy, kamu masih sangat kecil waktu itu.” Terdengar suara pria paroh baya tersebut berusaha menenangkannya. Namun sebelum pria itu bicara lebih lanjut, heudy memotongnya.
“mengapa??? Mengapa kamu membawa raiden, dan meninggalkan aku sendirian. Papa tidak adil.” Kalimat terakhir terdengar secara sengaja menggunakan bentuk dalam bahasa ingris present-tense, menggemakan pola khas pembicaraan heudy pada masih kanak-kanak.
“aku bisa mengerti,” kata pria yang ternyata adalah ayah heudy. “pasti kesepian sekali rasanya, ditinggal sendirian seperti itu, sedang kamu masih terlalu kecil.”
“ya” suara heudy terdengar pelan, seakan-akan tidak keluar dari tubuhnya. “memang.”
“waktu papah pergi dan membawa raiden pergi, bukan berarti papah tidak sayang terhadapmu nak, papah tahu papah salah.” Kalimat pengakuan dari seorang ayah yang pergi meninggalknya.
“Lalu sekarang apa yang kau harapkan dari ku?” heudy nampak ingin mengakhiri pembicaraan ini, namun sorot matanya terlihat jelas bahwa ini belum usai. Heudy masih menyimpan rasa benci yang ia simpan rapi selama ini. “kamu pikir, kamu membuat saya lebih baik dengan saat ini kamu datang kerumah ini, rumah dimana kamu dulu pergi dan membiarkan aku sendiri dan terpenjara dalam trauma masa laluku karena kehilangan kamu?? Apa kamu pikir ini bisa mengobati semua rasa kesepian yang kamu ambil selama belasan tahun, aku terbiasa hidup tanpa kamu. Kamu menjebakku dalam situasi ini. Sama seperti yang kamu lakukan ketika menjebaku saat umurku lima tahun, kamu sengaja memberikan aku kenangan indah dengan memberikan mainan kesukaanku dan kamu pergi dengan adikku. Kamu membuatku merasa begitu berharga dan kemudian apa yang kamu lakukan??? Dan sekarang kamu datang kesini disaat semua kenangan itu hampir hilang, kamu membuka rasa sakit yg telah lama aku ingin melupakannya. Dengan semua rasa trauma karena kehilangan mu, kamu sengaja membuatku seperti ini, selalu takut akan kehilangan, selalu merasa kesepian, kamu sengaja,” Heudy merengut, heudy seolah menahan airmatanya dan menarik nafas panjang, “padahal kamu tahu bahwa aku butuh kamu.”
“aku tidak bermaksud seperti itu heudy _____” Suara ayah heudy pelan dan berusaha menyela.
“kamu sengaja! Kamu sengaja pergi, kamu sengaja hanya membawa raiden dan meninggalkan aku dengan mainan sialan itu. Kamu menciptakan aku dari kubangan kotor dan membuatku berpikir bahwa aku berbau wangi seperti bunga dan kamu melemparkan aku kedalam kubangan yang lebih kotor dari kotoran hewan.”
“Aku sayang pada mu heudy, kamu anakku dan aku ayahmu.”
“kamu punya begitu banyak kekuasaan tuan ardwint, kamu tahu aku menyayangimu amat sangat, begitu dalam dan apa yang kamu lakukan?? Kamu mendorong aku keluar pintu dan meninggalkan aku.”
“heudy,, please,, ini papah,, papah kembali buat kamu nak.”
Suasana menjadi hening, heudy masih menarik nafasnya dalam-dalam menahan rasa benci dan kesepiannya selama ini. Matanya terlihat tidak fokus, berkali-kali heudy mengalihkan pandangannya menatap keatas untuk menahan air matanya, sebelum kembali menatap mata tuan ardwint dengan tatapan menantang seolah siap jika sesuatu hal terjadi ia akan siap bertempur.
Sementara, tuan ardwint ayah heudy,, menerima semua yang anaknya katakan, ia sadar selama ini telah membuat sang anak merasakan apa yang tak semestinya ia rasakan, dan ia sadar bahwa heudy mengalami hari-hari yang sangat sulit selama ini. Tuan ardwint selama ini memang tidak pernah bertemu dengan heudy, tapi selama itu pula tuan ardwint selalu mengikuti perkembangan puteranya itu,, dengan mendatangi tempat dimana heudy sering berkumpul maupun kepada walikelas heudy di sekolah. Tuan ardwint pun tahu bahwa heudy pernah didiagnostik mengalami mutisme elektik dan juga attention deffisit disorder.

wow.. ckckckckck lagi belajar bikin cerpen... mohon masukannya.... ckckckckck

Peran dan Fungsi masyarakat

Masyarakat, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Karena kita adalah bagian dari kata tersebut, eumh yakinkah dengan pernyataan tadi?? Saya sangat yakin. Namun apakah definisi dari masyarakat dan bagaimana serta seperti apa masyarakat itu?? Mungkin akan banyak definisi serta pengertian yang muncul baik dari para ahli sosial khusus sosiolog yang memang secara khusus mempelajari tentang masyarakat maupun dari individu lainnya dari berbagai keahlian yang berbeda dalam mendefinisikan masyarakat.
Kita coba lihat defini masyarakat menurut Gabriel Tarde (bapak Psikologi Sosial, 1842-1904), menurut tarde, masyarakat itu tidak lain dari pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu mengimitasi yang lain dan sebaliknya. Ahlinya lainnya yaitu Gustave le bon (1841-1932) yang terkenal dalam lapangan psikologi massa atau ilmu orang ramai. Masyarakat ialah suatu kumpulan dari banyak orang berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan suatu hubungan atau saling keterkaitan minat dan kepentingan bersama. Sedangkan Emile Durkheim (1858-1917) mendefinisikan masyarakat sebagai berikut “masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapan kolektif.
Dari pengertian-pengertian diatas, barangkali saya mencoba mengambil satu titik temu untuk menyamakan terlebih dahulu persepsi kita tentang masyarakat. Masyarakat menurut saya merupakan suatu sistem yang mengikat kehidupan orang-orang dan merupakan suatu lingkungan yang menguasai kehidupan yang didalam terjadi interaksi sosial secara langsung dan tidak langsung. Mengikat disini memiliki arti bahwa individu tidak bisa lepas dari kelompoknya karena memiliki satu keterikatan kebutuhan dengan individu lainnya. Sebagai contoh ketika seorang petani ingin menjual hasil pertaniannya maka secara langsung maupun tidak langsung ai akan mengadakan kontak dengan individu lainnya untuk menjual barangnya. Kemudian masyarakat menguasai kehidupan memiliki arti bahwa, dalam suatu kelompok atau kumpulan dari individu-individu akan terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang pada mulanya tidak terdapat pada diri individu namun lambat laun diberikan bahkan sering kali dipaksakan. Contoh,dalam masyarakat adat “tradisional” peran seorang kepala suku adalah sebagai pemegang adat, maka nilai-nilai atau norma yang diketahui oleh kepala suku menjadi norma umum yang diberlakukan dalam masyarakat. Atau dilingkungan masyarakat kita, dimana memaksakan norma yang berlaku untuk dipatuhi oleh setiap orang dilingkungan kita, sehingga muncul kaum-kaum marginal yang dianggap menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Lalu apa yang hendak saya sampaikan lewat tulisan ini?? Eumh yah,, barang kali apa yang akan saya utarakan hanya sebatas pengetahuan seorang yang belum tahu banyak tentang berbagai pengetahuan, tapi mencoba sedikit memberi kontribusi sebisa saya lewat media ini. Eumh beberapa waktu ini pikiran saya cukup tersita dengan berbagai hal yang terjadi dilingkungan saya, entah ini merupakan suatu degradasi moral atau apapun namanya itu. Dengan tulisan ini saya ingin berbagi berbagai hal yang belum saya ketaui untuk sama-sama belajar. Pertama dari tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa untuk mengetahui dan mempelajari tingkah laku seseorang, tidak cukup hanya pribadi individunya tapi kita seimbangkan dengan lingkungan dengan tempat dia tinggal, dengan sendiri kita akan menemukan seluk beluk psikologis seseorang. Contoh, seorang teman saya berasal sari daerah X, perilakunya amat sopan dan baik, dan pasti orang yang pertama kali bertemu dengan dia sepakat bahwa orang ini sangat sopan baik. Namun setelah kenal lebih jauh, ternyata penilaian saya berubah 180 derajat, bahkan bukan hanya saya yang berkata demikian tapi beberapa orang teman saya pun mengatakan dan merasakan hal yang sama dengan saya, setelah mengenal beberapa orang dari lingkungan yang sama dengan teman saya tersebut ternyata saya menemukan suatu persamaan diantara perilaku mereka. Apakah hal ini menggambarkan suatu pembenaran atas teori yang saya utarakan?? Saya pikir ya.
Hal lain yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah, hubungan yang baik sejak kecil antara invidu dan lingkungan masyarakat, hubungan baik dengan keluarga, antara anak-anak dan orang tua, antara kakak dan adik dalam keluarga, antara kawan-kawan sepermainan di sekolah dan seterusnya adalah kerangka-kerangka hubungan sosial individu dalam bermasyarakat. Penaman nilai-nilai dan norma yang baik serta mengajari anak untuk memiliki keterampilan sosial akang berdampak pada perkembangan anak, serta anak memiliki keterampilan human relationship yang baik. Sementara akhir-akhir ini banyak dari individu-individu seolah kehilangan keterampilan tersebut, banyak individu yang memiliki jiwa sosial sangat rendah, lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan sosial, rasa persaudaraan yang memudar, rasa nasionalisme yang luntur, apakah ini pengaruh dari norma dan nilai yang diajarkan keluarga dan masyarakat telah luntur atau norma saat ini tidak lagi dimengikat seperti dulu. Eumh mungkin ini yang orang sering bilang penurunan norma dan nilai. Ah entahlah, akan banyak sekali pemikiran-pemikiran yang terlontar disini ketika saya membahas hal ini. Hanya saja teringat akan sebuah ceramah di minggu pagi di sebuah masjid bahwa “falsafah hidup Rasullah adalah sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain”. Kemudian Ustad itu berkata, jika mengaku Umatnya sudahkah kita menjalankan apa yang dicontohkan oleh nya (Nabi Muhammad SAW) jangan sampai sholat kita hanya sebatas ritual yang tidak memiliki kedalam makna yang merasuk kedalam hati sanubari, sehingga hati kita tertutup oleh kabut gelap dan sholat kita menjadi sia-sia belaka. Semoga kita tetap berada dijalan yang benar dan tidak termasuk golongan orang-orang fasik. Amin.
Lanjut ke tulisan sebelumnya, eumh barangkali saya belum bisa memberikan solusi besar, tapi ini yang saya pikirkan saat ini.
1. Sebagai seorang ibu, sudahkah mendidik anak-anak kita untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang baik dalam masyarakat?? Atau mungkin sebagai seorang ibu, terlalu sibuk dengan pekerjaan sebagai wanita karier sehingga melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Atau sibuk arisan dan pergi kesalon,, eumh,, “maaf tidak bermaksud mendiskreditkan para ibu, hanya saja banyak dari murid-murid saya mengeluhkan tentang ibu mereka yang bekerja dan kurang memperhatikan kebutuhan dasar dari anak, yaitu kasih sayang. “maaf sekali lagi tidak bermaksud untuk mendiskreditkan para ibu, karena saya yakin betul surga itu ada ditelapak kaki ibu. Sehingga sangatlah berdosa orang yang telah membuat hati seorang ibu terluka bahkan meteskan airmata. Sungguh amat berdosa orang tersebut.
2. Ayah, seorang ayah memiliki kecenderungan untuk kaku ketika berkomunikasi dengan anaknya, sehingga sering kali menimbulkan perselisihan dengan anak, tugas seorang ayah bukan hanya memberi nafkah kepada istri dan anak, tapi lebih dari itu. Kasih sayang seorang ayah sangat diperlukan untuk keseimbangan jiwa seorang anak. So, sudahkan sosok ayah yang sejati ada dalam diri kita?? Eumh mari ita belajar mengerti dunia anak-anak, sudah sangat banyak anak-anak menjadi broken home karena sikap ayah yang tidak bersahabat dengan anak, jangan samapai kita menjadi bagian dari hal seperti itu.
3. Keluarga, bukankah setiap orang punya keluarga, disamping ayah, ibu dan kakak atau adik, ia pasti punya bibi, om, kakek nenek, sodara sepupu, ipar, ponakan. Keluarga adalah hal utama dalam membangun kerangka-kerangka seorang individu dalam memulai bermasyarakat. Lalu apa jadinya jika keluarrga tercerai berai, bukankah anak-anak yang akan jadi korban, so mari kawan jaga persaudaraan ita, ingat pepatah sunda mengatakan, “saburuk-burukna kai jati anggeur jati” yang artinya seburuk-buruknya keluarga, dia adalah keluarga kita, masih punya ikatan darah.
4. Teman, bahkan (maaf sebelumnya) seorang pelacur pun pasti punya teman. Hanya saja, apa yang bisa dilakukan oleh teman itu, apakah dia hanya diam saja melihat temannya sedang menuju lubang neraka, tentu sebagai seorang teman yang baik dan memiliki hati nurani sebagai manusia, ia akan berbuat sesuatu untuk mencegah hal itu. Bukankah telah dicontohkan oleh para sahabat nabi bagaimana suatu jalinan persahabatan itu bagaimana. Mari kawan kita jadi seorang yang lebih bertenggang rasa terhadap kawan-kawan kita, karena kita pun pasti akan membutuhkan nya, setidaknya kelak diakhirat ketika kita dihisab, kita akan memerlukan ucapan maaf dari kawan yang telah disakiti hatinya saat didunia.
5. Pemuka agama, eumh,, ya pemuka agama memiliki peranan sangat penting dalam menata kehidupan sosial,, namun saat ini peran mereka seakan luntur,, lalu apa saja yang mereka ajarkan saat ini, kenapa peran mereka bisa tergeser oleh roda jaman, bukan kah dalam islam Ulama itu pewaris para nabi, lalu kenapa saat ini nasehat-nasehat para ulama tidak dihiraukan bahkan cenderung dilecehkan?? Mari kita sama-sama merefleksikannya, bisa saja kita terlalu gelap hatinya sehingga tidak bisa menerima nasehat para alim ulama, namun bisa juga para alim ulama saat ini lebih mengedepankan popularitas, fashion dan keduniaan sehingga menimbulkan kekecewaan dimasyarakat, saya pikir sudah saat nya ulama kembali kepada khitahnya untuk menjadi penerus para nabi dengan cara-cara yang kreatif namun tidak menyimpang. Bukankah dulu wali sanga pun bisa, lalu buya hamka pun menjadi tokoh ulama yg kharismatik,,
6. Guru. . saya lebih suka menyebutnya dengan pendidik, ya, pendidik bukan pengajar. Apa saja yang mereka berikan dikelas?? Hanya sebatas teori saja kah yang diberikan, tanpa ada pembekalan tentang bagaimana teori digunakan untuk hal yang positif. Atau bahkan ketika dikelas tidak mengajarkan apa-apa, hanya dudk diam manis sambil menunggu bel pergantian jam usai lalu pulang mengambil gaji tanggal 1,, atau hanya mengejar dan menyuruh murid-murid untuk mendapat nilai yang bagus serta hanya mengukur prestasi murid dari nilai yang mereka raih.. eumh saya pikir tidak hanya demikian ,, sosok guru, memang suatu pekerjaan yang tidak sesimpel namanya,, hanya empat huruf memang,, tapi luar biasa tanggung jawab yang dipikulnya, salah memberi arahan dalam medidik, maka akan salah pula orang yang ia didik.. oleh karena itu guru harus memiliki jiwa pengabdi yang tinggi, apalagi sekarang sudah ada sertifikasi bagi guru yang katanya meningkatkan kesejahteraan guru, seharusnya di imbangi juga dengan kualitas mengajar yang lebih baik oleh para guru. Saya yakin guru-guru di Indonesia penuh dengan kebesaran jiwa dan akan menjadi pendidik yang baik. Amin.
7. Pejabat Pemerintah dan pemerintahannya,, lembaga formal yang menjaga keberlangsungan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun apa yang terlihat saat ini,, eumh tidak banyak kata yang akan tertulis disini,,, hanya saja bukankah kalian telah dibayar mahal oleh rakyat untuk tugas ini,, lalu jika rakyat tidak kunjung sejahter,, apa saja yang telah kalian lakukan,, apakah anggota dewan pekerjaannya tidur di gedung dewan?? Ataukah seorang walikota pekerjaan nya menghamburkan-hamburkan uang rakyat untuk proyek yang hanya menambah sengsara rakyat.. haloo.. kalian dibayar mahal rakyat untuk bekerja dan mengabdi kepada rakyat,, maka jadilah pejabat yang mengayomi rakyatnya. Dalam hal ini sy pernah dengar, serahkan segala urusan pada ahlinya,, itu memang benar... jika tidak ahli,, lebih baik para pejabat yang ada itu mundur saja, karena saya pikir masih banyak yang lebih layak duduk dikursi pemerintahan dan bisa dengan benar mengurusi rakyatnya. Dan bekerja penuh pengabdian adalah kunci utamanya..
8. Pihak lainnya yang terkait,, pengusaha, pelaku bisnis, kontraktor, buruh,dan lain sebagai nya,, masing punya peran dalam membangun suatu masyarakat... oleh karena itu alangkah bijak dan baiknya jika kita berperan sebaik-baiknya dalam menjalankan fungsi kita dalam masyarakat.
Wah wah,, eumh kalau dilanjutin ga bakal habis habis... eumh,, mungkin saat ini hanya sebatas ini yang bisa saya sampaikan,, mari kawan, rekan, bapak, ibu, sodara-sodara semua. Kita cipatakan suatu masyarakat yang damai, masyarakat yang harmonis dan kita minimalisasikan perpecahan diantara kita demi kesejahteraan bersama.
Terakhir kutipan yang diambil dari tafsir La tahzan
Janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya bisa kita tutupi dengan kebaikannya yang lebih banyak, anda menjadi jauh dari seseorang yang pernah anda puji latar belakangnya, yang pernah anda terima kehidupannya, yang pernah anda ketahui kemuliaannya, dan yang pernah anda ketahui kemampuan berfikirnya.
Karena anda tidak akan mendapatkan seorang pun yang sopan tanpa aib atau dosa. Coba posisikan diri anda dalam posisinya, tidaklah anda terpaksa harus melihatnya dengan ainur ridha dan tidak menilainya dengan kaca mata hawa nafsu ketika anda menempatkan diri anda dalam posisinya dan menilainya, ada sesuatu yang dapat membantu apa yang sudah inginkan dan mendekatkan diri anda kepada orang yang melakukan dosa ini.
Dan sebuah bait tak bertuan,, untuk menutup tulisan ini
Wahai Tuhan, engkaulah yang memasukan aku dengan baik-baik maka keluarkan pula dengan baik-baik.
Wahai Tuhan, engkaulah yang mengetahui bahwa diri ini mencintai perjuangan ini, maka pahamkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya saya mencintainya.
Wahai Tuhan, cintamu,nikmatnya berada dalam kekurangan ini maka sadarkanlah diri ini agar dapat tetap menikmatinya.
Semuanya telah berlalu, menjadi sebuah kenangan indah maka jangan Kau beri kami lupa atas apa yang telah terjadi. (Al-Itsar)


Sejenak kuterkenang hakikat perjuangan penuh onak dan cabaran
Bersama teman-teman arungi kehidupan oh indahnya

Berat rasanya di dalam jiwa untuk melangkah meninggalkan semua
Kasih dan cintaa…yang terbina ia kan selamanya
Selamat berjuang sahabatku
Semoga Allah berkatimu
Kenangan indah bersamamu tak kubiar ia berlalu
Berjuanglah hingga ke akhirnya
Dan ingatlah semua ikrar kita

Semoga bermanfaat,,, masukan dan kritik nya sangat ditunggu untuk perbaikan diri saya pribadi dan untuk kebaikan bersama.

Sumber Redaksi:
Psikologi Sosial, Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych.
Catatan Kuliah Sang Autismo
Buku komunikasi MH

Perkembangan Moral pada Individu

.....

Eumh,, mungkin tulisan ini di ambil dan dibuat ketika saya melihat berbagai peristiwa dimana saat ini banyak individu seolah kehilangan nilai-nilai moral mereka sebagai mahluk hidup, lebih jauh mereka menyebut dirinya sebagai manusia yang memiliki hati???? Eumh benarkah mereka memiliki hati??? Ckckckckc jawabannya ada ditulisan dibawah ini,,
Pertama barang kali saya ingin mulai dengan membahas arti perkembangan moral itu apa?? Dalam wiki pedia disebutan bahwa perkembangan moral adalah ukuran tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Lebih jauh kohlberg menyebutkan bahwa perkembangan moral seseorang terbagi atas enam tahapan, yaitu pra-konvensional (orientasi kepatuhan dan hukuman serta orientasi minat pribadi), konvensional (orientasi keserasian interpersonal dan konformitas serta orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial), tingkat terkahir adalah tahap pasca konvensional (orientasi kontrak sosial dan prinsip etika universal).
Tingkat pertama yaitu tingkat pra-konvensional,, tingkat ini merupakan moral pada tingkat anak-anak, dimana pada masa anak-anak menilai moralitas dari suatu tindakan langsung berdasarkan konsekuensinya. Ya meskipun orang yang mengaku telah dewasa juga dapat menunjukan penalaran yang sama, dan itu anda bisa menilai nya sendiri bagaimana orang tersebut. Tingkat ini terbagi dalam dua tahapan yaitu :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman. Dalam tahap ini individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukan nya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Eumh pada tahapan ini individu belum mengetahui sudut pandang orang lain dan belum bisa menerima bahwa sudut pandang orang lain berbeda dengan sudut pandang dirinya, jika diistilahkan akan seperti ini “ketika seorang individu (dalam hal ini anak-anak) melihat teman sepermainannya tidak bersemangat, individu tersebut akan berkata apa yang salah dengan dia.” ya karena kohlberg menyebutkan dalam tahap ini sebagai tahap otoriterisme.. eumh kebayang bukan kalo sampai menjelang dewasa seseorang masih pada tahap ini.. wah bisa gawat... ckckckc
2. Tahap kedua adalah, orientasi minat pribadi. Barangkali bisa disebutkan tahap ini menempati apa untung nya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang diminatinya. Penalaran dalam tahap dua ini cenderung untuk mengambil keuntungan pribadi dan kurang menunjukan perhatian pada kebutuhan orang lain, andai pun ada perhatian terhadap orang lain hanya bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri.
Jika diibaratkan dalam tingkat pertama ini, individu masih mementingkan egosentrisme. Wajar, karena tingkat ini terjadi pada masa anak-anak, namun menjadi tidak wajar jika seorang yang sudah merasa cukup umur dan merasa dirinya dewasa masih berada pada tingkat moral ini. Wah gawat... ckckckckc
Selanjutnya tingkat konvensional, umumnya ada pasa seorang remaja atau dewasa. Orang pada tingkat ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya pada pandangan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
3. Dalam tahapan tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidak setujuan dari orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan lingkungan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Penalaran pada tahap ketiga ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, dan mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terima kasih dan golden rule. keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas masih terbatas pada pemikiran bahwa dengan melakukan hal tersebut akan membantu peran sosial yang stereotip, maksudnya adalah suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran tahap ini, mereka bermaksud baik.
4. Pada tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan dan konvensi atau bahasa sederhana nya adalah janji atau perjanjian. Pada tahap ini individu merasa berguna melakukan melakukan hal tersebut karena akan memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap ini lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga, kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang melanggar hukum, maka secara moral ia bersalah, sehingga celaan menjadi faktor yang eumh,, signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dan yang baik.

Tingkat pasca konvensional, atau dikenal juga sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dalam perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum persepektif masyarakat. Akibatnya “hakekat diri mendahului orang lain” ini membuat tingkat pasca konvensional sering tertukar dengan tingkat pra konvensional. Ckckckck eumh klo orang bilang saat kita tua nanti, kita kembali kayak anak-anak.. ckckckck peace,, no offense to all of you brad...
5. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai sosok yang memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda dan menjadi penting, bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Karena kenyataanya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut. Oleh karena itu hukum dipandang sebagai suatu kontrak sosial bukan sebagai keputusan yang kaku. Hukum atau aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu, demi terpenuhinya kebaikan bersama dan sebanyak-banyaknya orang. Hal ini diperoleh melalui keputusan mayoritas dan kompromi.. eumh,, namun untuk mencapai tahap ini nampaknya akan susah bagi orang yang tidak terbuka cara berpikirnya dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dalam menjalani interaksi sosial maupun mengadakan suatu human relationship.. ckckckckck peace lagi ah... hahahahaha
6. Dalam tahap enam, penalaran moral seseorang berdasarkan pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum atau aturan hanya berlaku bila berdasar pada keadilan dan komitmen terhadap keadilan, juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum atau aturan yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotesis atau kondisional. Hal ini dilakukan dengan membayang apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga dilakukan bila berpikiran sama. Seseorang bertindak karena hal itu benar dan bukan ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal atau sudah disetujui sebelumnya. Dan ini lah tahap terakhir perkembangan karir menurut kohlberg, meskipun nampak orang akan sangat sukar mencapai tahap ini, bahkan saya berani mengatakan bahwa orang yang tidak open minded tidak akan lolos pada tahap dua. Karena kenapa, karena orang tersebut memiliki egosentrisme yang tinggi dan tidak terbuka wawasannya. Hanya berkutat pada nilai-nilai yang dimilikinya tanpa mengembangkan wawasan dan pengetahuannya tentang nilai-nilai yang terus berkembang setiap saat. Ckckckckc

Sumber Redaksi:
Wiki pedia.com
Catatan kuliah sang autismo
Hati dan Nurani sebagai penyeimbang... ckckckckc

lingkungan dan perkembangan anak-anak

Kemiskinan bukanlah sepenuhnya sebuah nasib; sampai taraf tertentu kita bisa berusaha untuk mengubah kondisi ekonomi kita atau mereka ulang persepsi kita akan apa sesungguhnya ‘kaya’ itu. Di sisi lain, lahir dalam kemiskinan adalah takdir; kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari orangtua yang milyuner atau melarat.

Beberapa dari mereka yang kurang seberuntung kita (yang cukup ‘makmur’ untuk bisa mengakses blog) harus tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan jiwa mereka. Apa saja sebenarnya kekurangan psikologis dari lingkungan yang miskin itu, dan apa dampak negatifnya secara spesifik bagi anak-anak kita?

Berbagai penelitian psikologi telah mengkonfirmasi bahwa kondisi lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak pada ranah akademik dan perilaku. Dalam studi meta-analisis yang dilakukan Leventhal dan Brooks-Gunn (semua referensi dalam artikel ini bersumber dari Hart, Atkins, & Matsuba, 2008, kecuali disebutkan kemudian), indikator ekonomi merupakan prediktor lingkungan yang paling akurat untuk memperkirakan keberhasilan perkembangan anak.

Jika sebuah lingkungan kemudian dikatakan miskin secara ekonomi, apa saja aspek-aspek dari lingkungan tersebut yang dapat mempengaruhi perkembangan anak? Beberapa penelitian menyebutkan antara lain tingginya tingkat kriminalitas, kebisingan, dan kondisi perumahan yang kumuh. Selain itu, lingkungan semacam ini juga pada umumnya memiliki kontrol sosial yang lemah dan konsensus yang lebih longgar terhadap norma-norma yang berlaku.

Sekarang coba bayangkan anda tinggal di lingkungan yang semacam itu. Satu hal yang sudah jelas akan anda alami, dan ini juga sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian, adalah tingkat stres yang lebih tinggi pada semua orang. Pada orangtua, stres yang didapat dari lingkungan, ditambah dengan tekanan pekerjaan atau urusan sehari-hari lainnya, akan membuahkan depresi yang mengurangi kualitas dukungan emosional dan intelektual yang dapat mereka berikan kepada anak-anak mereka di rumah.

Bagi anak-anak sendiri, stres dan kecemasan yang mereka dapatkan dari lingkungan dapat lebih merusak dan bertahan lama dibanding orang dewasa, bahkan setelah mereka tidak hidup dalam kemiskinan lagi. Diperkuat oleh pengasuhan yang kurang dari orangtua dan kontrol yang lemah dari lingkungan, stres ini dapat menggiring mereka pada berbagai masalah perilaku seperti kenakalan (delinquent) dan perilaku antisosial (beda dengan asosial lho ya…perilaku antisosial sudah nyrempet-nyrempet kriminal).

Tak hanya perilaku mereka yang terpengaruh. Menurut beberapa penelitian, dibandingkan dengan mereka yang tumbuh di lingkungan menengah ke atas, anak-anak di lingkungan miskin lebih sulit menahan diri (delayed gratification), resiliensi (kemampuan menghadapi stres dan tantangan hidup) yang lebih rendah, lebih aktif secara seksual, dan juga lebih tidak mengindahkan metode-metode pengaman yang dapat mencegah kehamilan atau penyakit menular seksual.

Melihat berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari lingkungan miskin, saya rasa sudah tepat kalau beberapa program sosial bagi kaum marginal lebih memfokuskan pada anak-anaknya, yaitu dengan memberikan mereka sedikit lingkungan yang dapat mendukung perkembangan intelektual dan emosional mereka, misalnya dalam bentuk sekolah alternatif atau rumah singgah. Mungkin hal itu tidak dapat serta-merta membuat mereka tidak miskin lagi secara ekonomi, tapi setidaknya memberikan mereka keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk secara mandiri keluar dari lingkaran setan kemiskinan.

Sumber:

Hart, D., Atkins, R., & Matsuba, M. K. (2008). The Association of Neighborhood Poverty with Personality Change in Childhood. Journal of Personality and Social Psychology, 94(6), 1048-1061.

All about ADHD

ADHD (Anak) ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) in children

DEFINISI

ADHD atau Attention-deficit/hyperactivity disorder merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik pada jutaan anak-anak dan seringkali berlanjut sampai dewasa. Ada dua aspek utama dalam ADHD, yaitu kesulitan untuk memusatkan perhatian dan kebiasaan hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) – impulsif (kesulitan untuk menunda respon / dorongan untuk melakukan / mengatakan sesuatu yang tidak sabar).

Anak-anak dengan penyakit ADHD ini mengalami kepercayaan diri yang rendah, masalah dalam berinteraksi dengan orang lain dan rendahnya kemampuan di sekolah. GEJALA

Tanda dan gejala kesulitan untuk memusatkan perhatian yang dapat terjadi :

• Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal-hal yang detil ataupun ketidakpedulian jika berbuat kesalahan dalam berbagai aktivitas.• Sering memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian pada pekerjaan atau ketika bermain.• Tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung.• Susah mengikuti petunjuk yang diberikan dan sering gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah ataupun tugas-tugas lainnya.• Sering gagal dalam hal pengaturan tugas maupun aktifitas lainnya.• Menghindari atau tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan upaya mental secara terus menerus seperti halnya tugas sekolah maupun pekerjaan rumah.• Sering kehilangan sesuatu yang sedang dikerjakan, seperti buku, pensil, mainan, ataupun peralatan lainnya.• Mudah bingung.• Sering lupa.

Tanda dan gejala hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) dan kebiasaan impulsif (kesulitan untuk menunda respon / dorongan untuk melakukan / mengatakan sesuatu yang tidak sabar) yang dapat terjadi :• Sering gelisah.• Sering meninggalkan kursi di kelas atau pada situasi lain yang mengharapkan ia untuk duduk.• Sering berlari atau memanjat, bertingkah secara berlebihan, atau jika ia remaja akan merasa gelisah secara berkelanjutan.• Sulit untuk bermain dengan tenang.• Selalu merasa harus pergi.• Berbicara secara berlebihan.• Menjawab secara berlebihan sebelum pertanyaan yang diberikan selesai dikatakan.• Sulit untuk menunggu giliran.• Sering mengganggu orang lain dalam pembicaraan atau permainan.

Kebiasaan ADHD bisa berbeda pada anak perempuan dan anak laki-laki :• Anak laki-laki lebih terlihat hiperaktif, sedangkan pada anak perempuan sering memperlihatkan kealpaan.• Pada anak perempuan yang kesulitan dalam memberikan perhatian sering tenggelam dalam imajinasi, tetapi pada anak laki-laki bertingkah tanpa tujuan atau selalu bermain.• Anak laki-laki cenderung kurang mau mengalah terhadap guru atau orang dewasa lainnya, sehingga kebiasaan itu sering menjadikannya terlihat menonjol.

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab• Berubahnya fungsi dan anatomi otakUntuk sementara, penyebab pasti dari ADHD masih menjadi misteri. Pengamatan terhadap otak mengungkapkan perbedaan penting pada struktur dan aktifitas otak pada orang normal dan orang dengan ADHD. Sebagai contoh, berkurangnya aktivitas pada area di otak yang mengontrol aktivitas dan perhatian.

• KeturunanADHD cenderung menurun dalam keluarga.

• Ibu yang merokok, penggunaan obat-obatan dan zat beracun lainnya.Wanita hamil yang merokok memiliki peningkatan risiko memiliki anak dengan ADHD. Alkohol atau obat-obatan yang digunakan ketika hamil juga dapat menurunkan aktivitas dari sel saraf yang menghasilkan neurotransmitter . Wanita hamil yang terkena racun dari lingkungan, seperti polychlorinated biphenyls (PCBs), juga memungkinkan untuk memiliki anak dengan gejala ADHD. PCBs merupakan kimia industri yang digunakan secara luas sejak 1970an.

• Anak-anak yang terkena racun lingkungan.Anak-anak pra sekolah yang terkena racun tertentu memiliki peningkatan risiko terkena ADHD. Misalnya racun PCBs.

Faktor risiko• Ibu yang terkena racun (toksin) pada saat hamil.• Merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obat-obatan ketika hamil.• Faktor keluarga dengan sejarah ADHD (keturunan) atau faktor perilaku tertentu dan rusaknya suasana hati.• Kelahiran prematur

PencegahanTidak ada cara untuk mencegah ADHD. Tapi juga ada beberapa langkah yang mungkin dapat menolong untuk mencegah penyebab ADHD dan memastikan anak-anak anda sedapat mungkin sehat secara fisik, mental, dan emosional :• Saat hamil, hindari segala sesuatu yang dapat membahayakan perkembangan janin. Jangan minum minuman beralkohol, merokok atau menggunakan obat-obatan.• Lindungi anak-anak anda dari polutan dan racun, termasuk asap rokok, kimia industri dan pertanian, dan kimia cat (pada beberapa gedung tua).• Selalu konsisten, buat batasan dan konsekuensinya secara jelas dari kebiasaan yang ditanamkan pada anak anda.• Ambil rutinitas kebersamaan anda dengan anak anda dengan ekspektasi yang jelas termasuk halnya waktu tidur, pada pagi hari, saat makan, saat memberikan tugas-tugas yang sederhana, dan saat untuk menonton.• Hindari hal lain yang anda kerjakan ketika berbicara dengan anak anda, buat kontak mata ketika memberikan petunjuk, dan puji anak anda setiap waktu setiap hari.• Berkerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sejak dini. Jika anak anda mengalami ADHD atau kondisi lain yang mengganggu belajarnya dan interaksi sosialnya, penanganan secara dini dapat menurunkan dampak dari kondisi tersebut.



sumber. http://health.kompas.com/direktori/yourbody/1

Taya anjeun

wewengkon tuangRama...
bandung 21022010

Wanci teu karasa terus melesat, enya hirupmah lir balebat

“bagea… kembang balebat, ditaman mandala purwa. Naon bacaeun ayeuna, maca beurang ku beurangna, ngaji peuting ku peutingna dereseun na papantunan. Da hirup ngan sakolebat, diudag-udag balebat, ditutur-tutur ku layung ngalungsar diperjalanaaaan….., Naon Bacaeun isukan ?, Saha nu terang”

enya satemena, ari dina lengkah-lengkah hiji manusa anu hirup kumbuh dina kahirupan waktu teh teu karasa,… mmhh ku sibuk tea meureun da ari keur sawareh deui mah mangsa teh asa nyangsaya teu maju-maju ukur cicing dina dimensi rohang panglamunan.

Aya nu datang, aya anu miang … geus ilaharna....

Cimata kuring

: pelog

duh… layung ngempur

titipan kuring ti gunung

ngagalindeng lagu gandrung

Apan eta sora urang

nembangkeun asih kasmaran

apan eta sora urang nu anteng na panineungan

duh … hiliwir angin

ngoyagkeun kembang arusik

ngegeterkeun lelembutan

apan eta batin urang

nu eling silih langlangan

apan eta batin urang

nu sono silih longokan

basa langit geus reupreupan

nu gandrung kasilih liwung

aya renghap rarandegan

harewos halon pisan

nu miang taya raratan

basa peuting simpe jempling

baluweng leungit hariring

hujan ngecrek sapeupeuting

caina cimata kuring

duh … cimata kuring


Mun seug anjeun di dieu.

Hayang teuing matrikeun peradaban purba dina hate

nu ngarileu sab kaendahan salilana miyuni kala

Sajarah ukur dongeng nu diayun-ambing biwir garing

Mun seug anjeun di dieu. Bakal karampa hate-hate

nu raca nyangkaruk di pilemburan rumasuk dina

heab kalamangsa. Diri nu bolostrong diajenan

sapuruluk kencring nu dianggit dina jurit ideologi

Taya bayana nalian kayakinan nu teu dikadalian

Mun seug anjeun di dieu. Naha saresmi ngahegak nepi ka

dieu? Kapan orgasmus ukur udagan bet netetaraje teu

dipalire. Heup bae rek dikumahakeun

Urang: Arca budaya –hate nu ngabatu

Hanjakal

Taya anjeun

hanjakal teu aya anjeuna ayeumah,, da biasana mah anjeuna sok sasarengan sareng simkuring teh... mugia gusti maparin kasehatan sareng kabagjaan kanggo anjeuna...

Profile of the Sociopath

Manipulative and Conning
They never recognize the rights of others and see their self-serving
behaviors as permissible. They appear to be charming, yet are covertly
hostile and domineering, seeing their victim as merely an instrument
to be used. They may dominate and humiliate their victims.


Grandiose Sense of Self
Feels entitled to certain things as "their right."


Pathological Lying
Has no problem lying coolly and easily and it is almost impossible for
them to be truthful on a consistent basis. Can create, and get caught
up in, a complex belief about their own powers and abilities.
Extremely convincing and even able to pass lie detector tests.


Lack of Remorse, Shame or Guilt
A deep seated rage, which is split off and repressed, is at their
core. Does not see others around them as people, but only as targets
and opportunities. Instead of friends, they have victims and
accomplices who end up as victims. The end always justifies the means
and they let nothing stand in their way.


Shallow Emotions
When they show what seems to be warmth, joy, love and compassion it is
more feigned than experienced and serves an ulterior motive. Outraged
by insignificant matters, yet remaining unmoved and cold by what would
upset a normal person. Since they are not genuine, neither are their
promises.


Incapacity for Love


Need for Stimulation
Living on the edge. Verbal outbursts and physical punishments are
normal. Promiscuity and gambling are common.


Callousness/Lack of Empathy
Unable to empathize with the pain of their victims, having only
contempt for others' feelings of distress and readily taking advantage
of them.


Poor Behavioral Controls/Impulsive Nature
Rage and abuse, alternating with small expressions of love and
approval produce an addictive cycle for abuser and abused, as well as
creating hopelessness in the victim. Believe they are all-powerful,
all-knowing, entitled to every wish, no sense of personal boundaries,
no concern for their impact on others.


Early Behavior Problems/Juvenile Delinquency
Usually has a history of behavioral and academic difficulties, yet
"gets by" by conning others. Problems in making and keeping friends;
aberrant behaviors such as cruelty to people or animals, stealing,
etc.


Irresponsibility/Unreliability
Not concerned about wrecking others' lives and dreams. Oblivious or
indifferent to the devastation they cause. Does not accept blame
themselves, but blames others, even for acts they obviously
committed.


Promiscuous Sexual Behavior/Infidelity
Promiscuity, child sexual abuse, rape and sexual acting out of all
sorts.


Lack of Realistic Life Plan/Parasitic Lifestyle
Tends to move around a lot or makes all encompassing promises for the
future, poor work ethic but exploits others effectively.


Criminal or Entrepreneurial Versatility
Changes their image as needed to avoid prosecution. Changes life story
readily.

--------------------------------------------------------------------------------

Other Related Qualities:

Contemptuous of those who seek to understand them
Does not perceive that anything is wrong with them
Authoritarian
Secretive
Paranoid
Only rarely in difficulty with the law, but seeks out situations where
their tyrannical behavior will be tolerated, condoned, or admired
Conventional appearance
Goal of enslavement of their victim(s)
Exercises despotic control over every aspect of the victim's life
Has an emotional need to justify their crimes and therefore needs
their victim's affirmation (respect, gratitude and love)
Ultimate goal is the creation of a willing victim
Incapable of real human attachment to another
Unable to feel remorse or guilt
Extreme narcissism and grandiose
May state readily that their goal is to rule the world

(The above traits are based on the psychopathy checklists of H.
Cleckley and R. Hare.)

http://www.mombu.com/medicine/psychology/t-profile-of-the-sociopath-3828079.html
Sendiri Menyepi tenggelam dalam renungan

Ingin Punya Banyak Teman? Ikuti Cara Ini

TRIBUNNEWS.COM - Anda heran mengapa ada orang yang begitu mudah berteman? Bahkan, ketika sedang menunggu giliran masuk ke ruang dokter, misalnya, tiba-tiba Anda menyadari teman Anda ini sudah ngobrol dengan semua orang di ruang tunggu. Mereka bahkan saling menyebut nama dan ngobrol seolah dengan teman lama.

Laura Gilbert, penulis freelance di sejumlah media seperti Maxim, Health, The Knot, dan Stuff, mengatakan, ada beberapa hal yang membuat orang mudah berteman dengan orang yang baru dijumpai. Anda bisa mencuri kiat-kiat yang mereka lakukan, lalu mengubah cara tersebut menjadi sifat-sifat Anda yang alami.

1. Tersenyum dan melambaikan tangan
Apa salahnya melontarkan senyuman lebih dulu pada orang yang sedang berpapasan dengan Anda? Gengsi, karena orang itu yunior Anda di kantor? Atau takut dikira naksir? Sudahlah, buang jauh-jauh pikiran tersebut. Tak usah takut bila Anda memberi pesan bahwa Anda ingin ngobrol dengannya, atau ingin tahu siapa dia. Tersenyumlah, lambaikan tangan, anggukkan kepala, apa saja yang memberi kesan Anda orang yang ramah.

Bila Anda bertemu seseorang yang tak dikenal, memberikan senyum juga akan membuatnya tahu bahwa ia boleh bercakap-cakap dengan Anda. Coba cara ini setiap kali Anda keluar dari rumah, misalnya, pada orang yang biasa Anda temui di kereta komuter, ibu-ibu di sebelah Anda yang sedang menawar harga barang di pasar, bahkan pada anak-anak yang sedang bermain. Setelah terbiasa melontarkan senyum, hal ini akan menjadi kebiasaan baru yang terjadi secara alami.

2. Membuka pembicaraan
Lagi-lagi, apa salahnya berbicara lebih pada orang yang belum Anda kenal? Setiap orang bisa saja menjawab pertanyaan, atau memberi respons pada komentar seseorang, tapi orang yang mudah berteman adalah yang biasa mengajak bercakap lebih dulu.

Menurut Susan RoAne, penulis How to Create Your Own Luck and What Do I Say Next, rahasia orang yang mudah berteman adalah menganggap hal-hal di sekitarnya sebagai peluang untuk mulai berbicara, dan bukannya menunggu disapa.

Untuk memecahkan keheningan atau suasana kaku dengan orang yang belum Anda kenal, mulailah dengan orang-orang yang jarang Anda ajak bicara. Misalnya, perempuan di antrean belakang Anda di konter check in bandara, atau bahkan CEO perusahaan yang tidak pernah Anda jumpai sehari-hari. Jangan menjadikan "tugas" ini sebagai beban. Tetap jadilah diri Anda sendiri. "Anda harus nyaman saat melakukannya. Kalau Anda harus berpikir apa yang harus dikatakan, Anda akan merasa ragu, dan momen itu akan lenyap," kata RoAne.

3. Gunakan pertanyaan terbuka
Ngomong-ngomong, apa sih yang bisa menjadi bahan pembicaraan dengan orang yang baru dikenal? Cari topik yang sama-sama Anda ketahui atau Anda rasakan di sekitar Anda. Misalnya, soal cuaca yang panas, atau billboard iklan yang menampakkan wajah bintang favorit Anda. Atau, topik yang sedang hangat dibicarakan di siaran televisi, misalnya, tentang pembatasan kendaraan pada jam-jam sibuk, atau soal program sale di berbagai mal di Jakarta.

Agar pembicaraan tidak sekadar menjadi basa-basi, tanyakan pendapat teman baru Anda itu. Lemparkan sebuah topik yang jawabannya akan lebih panjang daripada sekadar "ya" dan "tidak". Misalnya, Anda sedang berbelanja di supermarket. Ketimbang hanya mengatakan, "Waduh, mahalnya...", lebih baik tunjukkan kepedulian Anda dengan mengatakan, "Ya ampun, kayak gini harganya Rp 100.000? Apanya yang bikin mahal? Memangnya ini merek terkenal, ya?"

4. Berhenti bicara pada waktunya
Tidak ada orang yang senang mendengarkan orang lain yang hanya membicarakan dirinya sendiri. Maka, Anda harus tahu kapan harus berhenti dan memberi kesempatan orang tersebut bicara. Jangan lupa, setiap orang pasti senang bila dianggap memiliki pengetahuan yang luas. Tak usah meminta pendapatnya soal kebijakan pemerintah mengenai sesuatu hal. Saat Anda berada di kedai kopi, misalnya, coba minta pendapat orang di sebelah Anda, apa minuman yang cocok untuk Anda yang sebenarnya tak begitu suka kopi. Ia pasti akan senang memberitahukan informasi tersebut pada Anda.

Bila suatu saat Anda berkesempatan membuka obrolan dengan seseorang yang baru Anda kenal, lontarkan sedikitnya tiga pertanyaan. Hal itu akan memberikan celah pada orang lain untuk terbuka pada Anda, dan merasa dihargai. Ketika mereka merasa dihargai, mereka pasti akan berusaha ngobrol lebih banyak bersama Anda.

Jun 14, 2011

Seven Day

se7en day

oleh Fredy Ardiwinata pada 19 Februari 2010 jam 18:48
bandung,, 18022010

sebuah tutur yang indah dari Buya Hamka
"Hidup terbina antara pahit dan manis. Kalau selalu sahaja pahit, hati akan menjadi rawan dan kalau sentiasa manis hati akan menjadi bosan "

sebuah tutur yang untuk mengantar hari ketujuh dalam hitungan hari....
Kehidupan ini, sepahit manapun, masih bergelar kehidupan. Semanis manapun, masih juga bergelar kehidupan. Kehidupan adalah kehidupan. Warna kehidupan sekadar hiasan. Hakikatnya masih sebuah kehidupan. ga usah berkira-kira untung nasib yang menimpa. Kau masih bernyawa. Kau masih ada sebuah KEHIDUPAN.

Perjalanan masih panjang. Akhirnya dia pergi meninggalkan. Semuanya berlalu. Bersama derap langkah itu. Yang tertinggal adalah kenangan. Menjadi mainan perasaan. Sesungguhnya dia sudah penat. Lelah menunggu dan menunggu. Alangkah sengsaranya. Sebab akhir penantian adalah luka yang tajam. Dia sudah benci pada harapan. Dia akan melalui kehidupan dengan seadanya. Ya, kehidupan harus diteruskan. harusi.

manusia akan sentiasa hidup dalam kerangka kemauan orang lain yang selalu membajak fikirannya.
melayari babak babak yang bukan dari nafsu sendiri,
membiarkan waktu memijakan hari hari dalam geladak.

kita takkan pernah puas mengecup hidup selagi dasarnya tidak bersyukur.

Langit tak selalu cerah..kata orang tua. Langit itu perumpamaan hidup ini. Hari ini, langitku kesuraman. Enggan berbicara panjang. sejenak melepas lelah dari dunia kerja. pikiran menerawang. Bila hati kelabu, bibir pun jadi lesu untuk berkata. Kalau boleh, mau terus berfikir, diam dan berfikir lagi. Tapi kehidupan selalu ada ruang untuk itu dan ini. Itu perlu dibereskan. Ini harus disiapkan.

Cerita kehidupan umpama rona alam. Tercalit paduan warna yang tak serupai. Ada yang satu dalam harmoni, ada pula yang berbeda dalam kontrasnya. Tidak Dia jadikan semua ini sia-sia, buat mereka yang berfikir. Kata Orang, banyak berfikir maknanya kurang bisa berinteraksi. kurang bisa berinteraksi ‘ga bagus’ untuk kesehatan mental. Aku dijadikan Tuhan memang dengan kelebihan dan kekurangan ku sebagai manusia. pasti ada hikmah dibalik semua ini.

namun kali ini berbeda. Terjemahan makna kehidupan yang sebenarnya cerita. Cerita kehidupan karangan insan biasa. Yang melalui kehidupan dengan rasa yang berbeda. Hari ini takkan sama dengan semalam. Takkan pernah! Walaupun episod perjalanannya sama. Sebab tiada satu detik pun yang sama.

Cerita Kehidupan adalah cerita hati.

Cerita hati..

Hati ini.

Ada airmata di celah ayat-ayat tak sempurna.

Ada..

Bila hati mau menyatakan yang di dalam, bahasa bukan satu cara yang mudah untuk mengungkapkan semuai. Tapi biarlah ini jadi penanda cerita. Supaya aku tahu aku pernah merasai sesuatu yang begini.

goresan dinding sang psycho

tangkai bunga itu tlah layu dalam kesunyian hari2 nya tanpa hadirnya seorang sahabat sejati yang dulu selalu ada bersama nya..
from latahzan...

semoga bermanfaat... :)

Tersenyumlah!
Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep'
bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa
bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat
berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku.
Dan Rasulullah s.a.w. sendiri sesekali tertawa bingga tampak gerahamnya.
Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang
penyakit jiwa serta pengobatannya."
"Cukuplah Allah bagi kita dan Dia adalah sebagai sebaik-baik Pelindung."
La Tahzan 55
Tertawa merupakan puncak kegemhiraan, titik tertinggi keceriaan,
dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang
tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah, "Janganlah engkau
banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan bati." Yakni, tertawalah
sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah yang berbunyi,
"Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." Bahkan, tertawalah
sebagaimana Nabi Sulaiman ketika,
{... ia tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.}
(QS. An-Naml: 19),
Janganlah tertawa sinis dan sombong sebagaimana dilakukan orangorang
kafir,
{... tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami
dengan serta merta mereka menertawakannya.}
(QS. Az-Zukhruf: 47)
Dan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada penghuni surga
adalah tertawa.
{Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.}
(QS. Al-Muthaffifin: 34)
Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu
tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan
pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati,
kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.
Wajah nan berseri tanda suka memberi,
dan, tentu bersuka cita saat dipinta.
Dalam kitab "Harim", Zuher bersyair,
kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang,
seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya
Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip prinsip
keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak
maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang
menakutkan, dan tertawa lepas yang tak berarturan. Akan tetapi sebaliknya,
Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan
langkah yang terarah.
Abu Tamam mengatakan,
"Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku,
ia laksana pagi yang diharapkan dan bintang yang dinantikan.
Canda kadang menjadi serius,
namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang"
56 La Tahzan
Muram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau,
pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau. Dan,
{Sesudah itu, dia bermuka masam dan merengut.}
(QS. Al-Muddatstsir: 22)
Wajah mereka cemberut karena sombong,
seolah mereka dilempar dengan paksa ke neraka.
Tidak seperti kaum, yang bila kau jumpai bak bintang
gemintang yang jadi petunjuk bagi pejalan malam.
Sabda Rasulullah: "Meski engkau hanya menjumpai saudaramu dengan
wajah berseri."
Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian: "Orang
yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang
paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling
mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang
yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan,
serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain."
Andai saja saya disuruh memilih antara harta yang banyak atau
kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu
tersenyum, pastilah aku memilih yang kedua. Sebab, apa artinya harta yang
banyak bila wajah selalu cemberut? Apa artinya kedudukan bila jiwa selalu
cemas? Apa artinya semua yang ada di dunia ini, bila perasaan selalu sedih
seperti orang yang usai mengantar jenazah kekasihnya? Apa arti kecantikan
seorang isteri jika selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadi
neraka saja? Tentu saja, seorang isteri yang tidak terlalu cantik akan seribu
kali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa laksana surga
yang menyejukkan setiap saat.
Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus
dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum,
sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burungburung,
semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah
makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit
tamak, jahat, dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu
kusut dan cemberut. Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya
ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam
semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak
akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia juga tak akan mampu
melihat hakekat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya.
Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran
La Tahzan 57
dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik, pikirannya
bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang akan ia gunakan
untuk melihat dunia ini pun akan bersih. Dan karena itu, ia akan melihat
dunia ini tampak sangat indah mempesona. Namun, bila tidak demikian,
maka kacamata yang akan ia gunakan melihat dunia ini adalah kacamata
gelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan
pekat.
Ada jiwa-jiwa yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara.
Tapi, ada pula jiwa-jiwa yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber
kebahagiaan. Konon, ada seorang wanita yang di rumahnya selalu melihat
segala sesuatu salah di matanya. Akibatnya, sepanjang hari ia merasa dalam
gelap gulita; hanya karena sebuah piring pecah, makanan keasinan karena
terlalu banyak garam, atau kakinya menginjak sobekan kertas di dalam
kamar, ia sontak berteriak dan memaki siapa dan apa saja yang ada di
rumahnya. Hal seperti ini sangat berbahaya sebagaiamana percikan api
yang setiap saat siap melahap apa saja yang ada di depannya.
Ada pula seorang laki-laki yang acapkali membuat hidupnya dan orang-
orang disekelilingnya terasa berat dan sengsara hanya dikarenakan
dirinya salah dalam memahami atau mengartikan maksud perkataan orang
lain, perkara atau kesalahan sepele yang terjadi pada dirinya, keuntungan
kecil yang tak berhasil diraihnya, atau dikarenakan oleh sebuah keuntungan
yang tidak sesuai dengan harapannya. Begitulah ia memandang dunia ini;
semua terasa gelap. Ironisnya, ia pun akan membuat semua itu terasa gelap
pula oleh orang lain di sekitarnya. Dan orang-orang seperti ini sangat mudah
mendramatisir suatu keburukan; sebuah biji kesalahan ia besar-besarkan
hingga tampak sebesar kubah, dan setangkai benih kesulitan dapat terasa
seperti sebatang pohon kesengsaraan. Maka dari itu, mereka pun tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan. Mereka tidak pernah
puas dan senang dengan sebanyak apapun pemberian yang pernah ia terima.
Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus
dipelajari serta ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha keras
dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan
bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam
hidupnya. Itu lebih baik daripada ia terus menguras tenaga dan waktunya
hanya untuk menimbun harta di saku atau gudangnya. Apalah arti hidup
ini, bila hanya habis untuk mengumpulkan harta benda dan tak
dimanfaatkan sedikitpun untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta,
keindahan dalam hidup ini?
58 La Tahzan
Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini.
Mereka hanya membuka matanya untuk dirham dan dinar semata. Maka,
meskipun berjalan melewati sebuah taman yang rindang, bunga-bunga yang
cantik mempesona, air jernih yang memancar deras, burung-burung yang
berkicau riang, mereka sama sekali tidak tertarik dengan semua itu. Di
mata dan pikirannya hanya ada uang —berapa yang masuk dan keluar hari
itu— saja. Padahal, kalau dipikir lebih dalam, sebenarnya ia hams membuat
uang itu menjadi sarana yang baik untuk membangun sebuah kehidupan
yang bahagia. Tapi sayang, mereka justru membalikkan semuanya; mereka
menjual kebahagiaan hidup hanya demi mendapatkan uang, dan bukan
bagaimana membeli kebahagiaan hidup dengan uang. Struktur mata kita
telah diciptakan sedemikian rupa dan unik agar kita dapat melihat
keindahan. Namun, ternyata kita acapkali membiasakannya hanya untuk
melihat uang dan uang.
Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram
selain keputusasaan. Maka, jika Anda menginginkan senyuman,
tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah,
kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk
Anda dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran Anda agar selalu
menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang.
Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal
yang kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja
dalam hidup ini. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan
untuk menggapai hal-hal yang besar, niscaya Anda akan memiliki semangat
dan tekad yang besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan
hambatan. Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap
tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas
untuk suatu tujuan yang mulia. Ini dapat kita saksikan dalam banyak
kenyataan hidup. Barangsiapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia
akan merasa capek tatkala telah menyelesaikannya. Lain halnya dengan
seorang peserta lomba lari empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala
sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya,
jiwa hanya akan memberikan kadar semangat sesuai dengan kadar atau
tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang. Maka, pikirkan setiap tujuan
Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda itu selalu yang tinggi dan
sulit dicapai. Jangan pernah putus asa selama masih dapat mengayunkan
kaki untuk menempuh langkah baru setiap harinya. Sebab, rasa putus asa,
patah semangat, selalu berpandangan negatif terhadap segala sesuatu, suka
mencari-cari aib dan kesalahan orang lain, dan besar mulut hanya akan
La Tahzan 59
menghambat langkah, menciptakan kemuraman; dan menempatkan jiwa
di dalam sebuah penjara yang pengap.
Penerimaan seseorang terhadap suatu hal tidaklah sama dengan
penerimaanya terhadap seorang pendidik yang telah berjasa mengembangkan
dan mengarahkan bakat alamiahnya, meluaskan cakrawala pemikirannya,
menanamkan kebiasaan ramah dan murah hati dalam dirinya, mengajarkan
kepadanya bahwa sebaik-baik tujuan hidup adalah berusaha menjadi sumber
kebaikan bagi masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya,
mengarahkannya agar senantiasa menjadi matahari yang memancarkan
cahaya, kasih sayang dan kebaikan, dan yang telah menuntunnya agar
memiliki hati yang penuh dengan empati, kasih sayang, rasa perikemanusiaan,
serta merasa senang berbuat baik kepada siapa saja yang berhubungan
dengannya.
Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang murah senyum justru
akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mengalahkannya.
Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan; melihatnya lalu tersenyum,
menyiasatinya lalu tersenyum, dan berusaha mengalahkannya lalu tersenyum.
Berbeda dengan jiwa manusia yang selalu risau. Setiap kali menjumpai
kesulitan, ia ingin segera meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu
yang amat sangat besar dan memberatkan dirinya. Dan itulah yang acapkali
menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya berkurang. Bahkan,
tak jarang orang seperti ini berdalih dengan kata-kata "Seandainya ...,"
"Kalau saja ...," dan "Seharusnya ...." Orang seperti ini sangatlah nista.
Bukan zaman yang mengutuknya, tapi dirinya dan pendidikan yang telah
membesarkannya. Bagaimana tidak, ia menginginkan keberhasilan dalam
menjalani kehidupan ini, tapi tanpa mau membayar ongkosnya. Orang seperti
ini ibarat seseorang yang hendak berjalan tetapi selalu dibayangi oleh seekor
singa yang siap menerkam dirinya dari belakang. Akibatnya, ia hanya
menunggu langit menurunkan emasnya atau bumi mengeluarkan kandungan
harta karunnya.
Kesulitan-kesulitan dalam kehidupan ini merupakan perkara yang nisbi.
Yakni, segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa
yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan semakin
besar karena mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sementara jiwa
yang kecil akan semakin sakit, karena selalu menghindar dari kesulitan
itu. Kesulitan itu ibarat anjing yang siap menggigit; ia akan menggonggong
dan mengejar Anda bila Anda tampak ketakutan saat melihatnya.
Sebaliknya, ia akan membiarkan Anda berlalu di hadapannya dengan tenang
bila Anda tak menghiraukannya, atau Anda berani memelototinya.
60 La Tahzan
Penyakit yang paling mematikan jiwa adalah rasa rendah diri. Penyakit
ini dapat menghilangkan rasa percaya diri dan keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya sendiri. Maka dari itu, meski berani melakukan suatu
pekerjaan, ia tak akan pernah yakin dengan kemampuan dan keberhasilan
dirinya. Ia juga melakukannya dengan tanpa perhitungan yang matang, dan
akhirnya gagal. Percaya diri adalah sebuah karunia yang sangat besar. Ia
merupakan tiang penyangga keberhasilan dalam kehidupan ini. Adalah
sangat berbeda antara "percaya diri" dengan "terlalu percaya diri". Terlalu
percaya diri merupakan perilaku negatif yang senantiasa membuat jiwa
bergantung pada khayalan dan kesombongan semu. Sedangkan percaya diri
merupakan hal positif yang akan mendorong setiap jiwa untuk bergantung
pada kemampuannya sendiri dalam memikul suatu tanggung jawab. Dan
karena itu, ia akan terdorong untuk senantiasai mengembangkan
kemampuannya dan mempersiapkan diri dengan matang dalam menghadapi
segala sesuatu.
La Tahzan 61
Elia Abu Madhi berkata:
Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana."
Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak
kan pernah mengembalikannya"
Orang berkata, "Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku
merana dan berduka.
Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana mungkin jiwaku sangggup mengembangkan senyum
manisnya
Maka akupun berkata,"Tersenyum dan berdendanglah,
kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan
sakitnya.
Orang berkata, "Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan,
ia laksana musafir yang akan mati karena terserang rasa haus."
Tapi aku berkata, "Tetaplah tersenyum, karena engkau akan
mendapatkan penangkal dahagamu.
Cukuplah engkau tersenyum, karena mungkin hausmu akan sembuh
dengan sendirinya.
Maka mengapa kau harus bersedih dengan dosa dan kesusahan orang
lain,
apalagi sampai engkau seolah-olah yang melakukan dosa dan
kesalahan itu?
Orang berkata, "Sekian hari raya telah tampak tanda-tandanya
seakan memerintahkanku membeli pakaian dan boneka-boneka.
Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara,
namun telapak tanganku tak memegang walau hanya satu dirham
adanya
Ku katakan: Tersenyumlah, cukuplah bagi dirimu karena Anda masih
eBook by MR.
hidup, dan engkau tidak kehilangan saudara-saudara dan kerabatyang
kau cintai.
Orang berkata, " Malam memberiku minuman 'alqamah
tersenyumlah, walaupun kau makan buah 'alqamah
Mungkin saja orang lain yang melihatmu berdendang
akan membuang semua kesedihan. Berdendanglah
Apa kau kira dengan cemberut akan memperoleh dirham
atau kau merugi karena menampakkan wajah berseri?
Saudaraku, tak membahayakan bibirmu jika engkau mencium
juga tak membahayakan jika wajahmu tampak indah berseri
Tertawalah, sebab meteor-meteor langitjuga tertawa
mendung tertawa, karenanya kami mencintai bintang-bintang
Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia
yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.
Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian
ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."
Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri,
hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan
yang tidak kasar. "Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
berendah hati, hingga tidak ada salah seorang di antaramu yang berlaku jahat
pada yang lain dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri
atas yang lain." (Al-Hadits)
La Tahzan
Rehat
Jangan bersedih, karena Anda telah melalui kesedihan itu kemarin
dan ia tidak memberi manfaat apapun. Ketika anak Anda gagal dalam ujian
dan Anda bersedih karenanya, apakah kemudian anak Anda lulus karena
kesedihan itu? Saat bapak Anda meninggal dan Anda bersedih, apakah ia
akan hidup kembali? Manakala Anda merugi dalam suatu bisnis dan
kemudian Anda bersedih, apakah kemudian kerugian itu berubah menjadi
keuntungan?
Jangan bersedih, sebab bila Anda bersedih gara-gara satu musibah,
maka musibah yang satu itu akan menjadi berlipat ganda. Ketika Anda
bersedih karena kemiskinan atau kesengsaraan yang Anda alami, bukankah
kesedihan itu hanya menambah kesusahan Anda saja? Saat Anda bersedih
karena cercaan musuh-musuh Anda, pastilah kesedihan itu hanya akan
menguntungkan dan menambah semangat mereka untuk menyerang Anda.
Atau, ketika Anda mencemaskan terjadinya sesuatu yang tidak Anda sukai,
ia akan mudah terjadi pada Anda.
62
Jangan bersedih, karena kesedihan itu akan membuat rumah yang luas,
isteri yang cantik, harta yang melimpah, kedudukan yang tinggi, dan anakanak
yang cerdas tidak ada gunanya sedikit pun.
Jangan bersedih, sebab kesedihan hanya akan membuat air yang segar
terasa pahit, dan sekuntum bunga mawar yang indah tampak seperti
sebongkok labu, taman yang rimbun tampak seperti gurun pasir yang gersang,
dan kehidupan dunia menjadi penjara yang pengap.
Jangan bersedih, karena Anda masih memiliki dua mata, dua telinga,
dua bibir, dua tangan dan dua kaki, lidah dan hati. Anda masih memiliki
kedamaian, keamanan dan kesehatan.
{Maka, nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan.}
(QS. Ar-Rahman: 13)
Jangan bersedih, karena Anda masih memiliki agama yang Anda yakini,
rumah yang Anda diami, nasi yang Anda makan, air yang Anda minum,
pakaian yang Anda pakai, dan isteri tempat Anda berbagi rasa. Mengapa
harus bersedih?
La Tahzan
Nikmatnya Rasa Sakit
Rasa sakit tidak selamanya tak berharga, sehingga harus selalu dibenci.
Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan
bagi seseorang.
Bisanya, ketulusan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit mendera.
Demikian pula dengan ketulusan tasbih yang senantiasa terucap saat rasa
sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah
yang telah mengantarkan seorang pelajar menjadi ilmuwan terkemuka. la
telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati
kesenangan di akhirnya. Usaha keras seorang penyair memilih kata-kata
untuk bait-bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat
menawan. Ia, dengan hati, urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama
kerja kerasnya itu, sehingga syair- syairnya mampu menggerakkan perasaan
dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan
tulisan yang sangat menarik dan penuh dengan 'ibrah, contoh-contoh dan
petunjuk.
Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak
aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah.
63
la akan selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah
putus asa.
Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha dan
tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah-qasidah-nya
hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tak bernilai.
Sebab, qasidah-qasidah-nya hanya keluar dari lisannya, bukan dari
perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan
bukan dari hati nuraninya.
Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah kehidupan kaum
mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal
kerasulan, lahirnya agama, dan di awal masa perutusan. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa
yang bersahaja, dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya
kehidupan. Mereka pernah merasa kelaparan, miskin, diusir, disakiti, dan
harus rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh.
Dan karena semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka
menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan simbol pengorbanan.
{Yang demikian jtu ialah karena mereka ditimpa kehausan, kepayahan dan
kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana
kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu
suatu amal salih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik.}
(QS. At-Taubah: 120)
Di dunia ini banyak orang yang berhasil mempersembahkan karya
terbaiknya dikarenakan mau bersusah payah. Al Mutanabbi, misalnya, ia
sempat mengidap rasa demam yang amat sangat sebelum berhasil
menciptakan syair yang indah berikut ini:
Wanita yang mengunjungiku seperti memendam malu,
ia hanya mengunjungiku di gelapnya malam
Syahdan, an-Nabighah sempat diancam akan dibunuh oleh Nu'man
ibn al-Mundzir sebelum akhirnya mempersembahkan bait syair berikut ini:
Engkau matahari, dan raja-raja yang lain bintang-bintang
tatkala engkau terbit ke permukaan,
bintang-bintang itu pun lenyap tenggelam
Di dunia ini, banyak orang yang kaya karena terlebih dahulu bersusah
payah dalam masa mudanya. Oleh karena itu, tak usah bersedih bila Anda
harus bersusah payah, dan tak usah takut dengan beban hidup, sebab
mungkin saja beban hidup itu akan menjadi kekuatan bagimu serta akan
64 La Tahzan
menjadi sebuah kenikmatan pada suatu hari nanti. Jika Anda hidup dengan
hati yang berkobar, cinta yang membara dan jiwa yang bergelora, akan lebih
baik dan lebih terhormat daripada harus hidup dengan perasaan yang dingin,
semangat yang layu, dan jiwa yang lemah.
{Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan
keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama
orang-orang yang tinggal itu."}
(QS. At-Taubah: 46)
Saya teringat seorang penyair yang senantiasa menjalani kesengsaraan
hidup, menanggung cobaan yang tidak ringan, dan mengenyam pahitnya
perpisahan. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat
melantunkan qasidah yang indah, segar, dan jujur. Dialah Malik ibn ar-Rayyib.
Ia meratapi dirinya:
Tidakkah kau lihat aku menjual kesesatan dengan hidayah
dan aku menjadi seorang pasukan Ibnu Affan yang berperang
Alangkah indahnya aku, tatkala aku biarkan anak-anakku
taat dengan mengorbankan kebun dan semua harta-hartaku
Wahai kedua sahabat perjalananku, kematian semakin dekat
berhentilah di tempat tinggi sebab aku akan tinggal malam ini
Tinggallah bersamaku malam ini atau setidaknya malam ini
jangan kau buat lari ia, telah jelas yang akan menimpa
Goreslah tempat tidurku dengan ujung gerigi
dan kembalikan ke depan mataku kelebihan selendangku
Jangan kau iri, semoga Allah memberkahi kau berdua
dari tanah yang demikian lebar, semoga semakin luas untukku
Demikianlah, ungkapan-ungkapannya demikian syahdu, penyesalan yang
sangat berat diucapkan, dan teriakan yang memilukan. Itu semua
menggambarkan betapa kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang
mengalami sendiri kepedihan dan kesengsaraan hidup. Ia tak ubahnya seorang
penasehat yang juga pernah merasakan apa yang ia ucapkan. Dan, biasanya,
perkataan atau nasehat orang seperti itu akan mudah masuk ke dalam relung
kalbu dan meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena
ia mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.
{Maka, Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).}
(QS. Al-Fath: 18)
Jangan cela orang yang sedang kasmaran
hingga belitan keras deritamu berada dalam derita dirinya
Saya banyak menjumpai syair-syair terasa sangat dingin, tidak hidup,
dan tidak ada ruhnya. Itu, bisa jadi karena kata-kata yang teruntai dalam
La Tahzan 65
bait-bait tersebut bukan terbit dari sebuah pengalaman pribadi sang penyair,
tetapi suatu dikarang dan direka-reka dalam aura kesenangan. Karya-karya
yang demikian itu tak ubahnya dengan potongan-potongan es dan
bongkahan-bongkahan tanah; dingin dan tawar.
Saya juga pernah membaca karangan-karangan yang berisi nasehatnasehat
yang sedikit pun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang
yang mendengarkannya dan tidak mampu menggerakkan satu titik atom
pun dalam tubuhnya. Semua itu, tak lain karena nasehat-nasehat itu tidak
terucap dari mulut seseorang yang langsung pernah mengalami dan
menghayati sendiri suatu kesedihan dan kesengsaraan.
{Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam
hatinya.}
(QS. Ali 'Imran: 167)
Agar ucapan dan syair Anda dapat menyentuh hati pembacanya,
masuklah terlebih dahulu ke dalamnya. Sentuhlah, rasakanlah dan resapilah
niscaya Anda akan mampu memberikan sentuhan ke tengah masyarakat.
{Kemudian, apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.}
(QS. Al-Hajj: 5)