Nov 27, 2012

Sudut Pandang Ru, Su dan Zu #3 "Dialog RU dan SU"


Di tepi bibir tebing ini, aku duduk menatap ujung bukit...menunggu, aku menunggu mentari datang.
Kabut sedikit demi sedikit menghilang, suasana saat itu tampak begitu damai, hanya beberapa burung tampak terbang melintas dalam remang pagi...sudah jam 6, sejam aku duduk disini selesai subuh.



Akhirnya surya datang, dengan sinar merahnya, memberi hangat...
ku hisap dalam...rokok ku...mug berisi kopi panas ku, sudah mulai terasa hangat...saat itu ku sadar Su datang, dan duduk disebelah ku...
ku tawarkan kopiku, dia menggeleng
ku tawarkan rokok yang masih ada ditangan ku dia menggeleng...


- gimana bisa tidur ?
- sedikit
- yang lain masih di tenda ya ?
- sepertinya

Dia menatap ku
- sejak kapan lo mulai merokok
- sejak kapan kamu mulai tahu aku merokok
- bisa gak pertanyaan gw dijawab ga pake pertanyaan lagi...
- sejak kapan kamu bisa mengatur jawaban ku ?
- masih ya ?
- apanya ?
- lo masih belum bisa mengerti gw
- apa yang mesti aku pahami dari kamu ?
- sudahlah...
- dari dulu juga jawaban itu yang aku dapat dari kamu
- maksudnya ?
- iya sudah...itu saja yang bisa kamu beri buat aku...kata sudahlah itu yang selalu memberi aku jawaban
- ... Gw??

Su pun beranjak berdiri...ku raih tangannya...

- aku butuh teman saat ini..duduk lah

Dia pun kembali duduk...
- untuk saat ini maukah kamu temani aku menunggu pagi...?
- iya
- hanya menunggu...tak perlu bicara apa2...please
- iya gw temwnin lo...sampai matahari datang...

Sinar nya perlahan mulai menyusuri setiap sudut lembah yang ada di hadapan ku...hingga menyentuh wajah ku yang sejak tadi tampak beku...
Tiba2, di raihnya gelas kopi ku...dia pun minum...sesaat dia melihat ku...

- apa ?
- nothing...
- apa ? ( desak ku )
- kamu pucat sekali ...
- biasa...
- maksudnya...
- tak usah memulai dengan kata itu...
- sinis amat,  lo kenapa sih dari kemarin.. apa cuma ini yang bisa lo  lakuin...
- sejak kapan ?
- sejak kita berangkat kesini...ke gunung sialan ini...rencana siapa seh, lo atau temen temen lo yang baru pulang dari luar itu ?
- raind...namanya raind...kamu juga kenal dia... saya sudah cerita sebelumnya..
- iya gue tahu...cuma
- cuma apa, nyesel aku ajak kesini, ya sudah pulang saja...aku gak maksa...tempo hari aku ajak kamu kesini kamu yang mau
- gw emang nyesel karena perjalanan ini sia2 buat gw...
- buat kamu ?
- iya...buat gw...gw berharap...camping kita ini bisa...bisa........
- kenapa diam ?
- sudahlah...
- nah...itu kan ...kembali lagi
- gwww...

Dan tangis pun menyeruak diantara embun yang mulai hilang pagi ini
ku diam saja...
kepalanya mulai bersandar di bahuku
rokok ku matikan... ku panggil namanya... dan ku pegang tangannya.

- sudah
- belum
- hehe maafin aku...
- gw tahu
- tahu apa
- ....
- kamu tuh mau tahu atau memang tak mau tahu...
- jangan bikin gw bingung...
- ok

ku angkat kepalanya dari bahu ku...ku berikan secangkir kopi yang menghangatkan ku untuknya... dan ku tatap tajam matanya, dia berusaha menunduk...tapi ku paksakan untuk kembali tengadah...
pandangan kita bertemu...ku tersenyum...dia pun akhirnya tersenyum...

- kamu masih seperti yang dulu
- lo berharap gw berubah
- gak...
- kamu masih marah ?
- gak
- tak ada maksud untuk memperlakukan kamu seperti ini...hanya
- hanya apa...
- kita tahu kita sama2 bingung...aku kamu...mereka
- kenapa dengan mereka ? mereka tahu apa ?
- mereka tahu semuanya...aku tak bisa bohong sama mereka...
- oh
- mungkin tanpa disadari, aku lebih suka menyakiti kamu
- maksudnya
- karena dengan menyakiti kamu, aku mencoba untuk mencari tahu jawaban tentang semuanya
- tidak ada cara yang lebih baik ?
- sudah
- lalu
- sudahlah...itu jawaban yang aku dapat...
- terus sekarang ?
- aku sudah tahu jawabnya...

ku berdiri...menghadap ke arah matahari yang mulai bersinar dengan terangnya...hangat...hangat sekali...
aku berdiri dan berteriak lantang...aku seperti baru dilahirkan kembali....

ku ulurkan tangan ku padanya...
- terima kasih ya...aku harus pergi..kamu pasti baik2 saja..aku yakin
- apa maksud lo
- aku harus pergi...kamu bisa pulang sama mereka...mereka sudah tahu semuanya...mereka tahu kemana mesti mengantar mu pulang...aku pergi sekarang...
- lalu...
- ini kan yang kamu mau...
- kamu tuh masih saja tak bisa membaca semua...
- lalu kenapa lo ga bantu gw untuk menterjemahkan semuanya...

- aku pergi...

langkah ku tegap...dia hanya memandang ku
aku pergi...sekarang dan selamanya...


( awan tak pernah serindu ini pada angin )



Ketidak berdayaan, itu jawaban yang menyebabkan awan mengeluarkan air mata. Semua masalah yang ada didepannya seakan begitu abstrak dan tampak tak jelas, apalagi kalau bukan masalah pasangan hidup. Walau hanya bisa menangis sendiri, disuatu tempat tanpa diketahui orang lain.

Menangis bukanlah emosi. Tapi menangis adalah ekspresi dari sebuah emosi. Emosi sendiri mempunyai beragam definisi yang mempunyai penekanan pada faktor-faktor tertentu. Tapi umumnya disepakati bahwa emosi adalah timbulnya suatu perubahan dalam tubuh manusia (dalam sistem saraf) yang menimbulkan suatu respon psikologis tertentu yang diakibatkan suatu peristiwa. Dalam emosi banyak faktor yang terlibat seperti limbic system  (amygdala dan hippocampus di otak manusia), sistem hormon, kondisi psikologis, sampai kondisi fisik. Banyak sekali faktor-faktor yang terlibat dalam suatu emosi.

Emosi juga punya emosi-emosi dasar (primary emotion) yang juga sangat beragam dari sudut pandang beberapa orang, tetapi Paul Ekman membagi emosi dasar manusia menjadi 6 yaitu :

·         Anger
·         Fear
·         Disgust
·         Sadness
·         Joy
·         Surprise

Menangis (cry) tidak termasuk dalam emosi primer diatas. Menangis adalah ekspresi emosi yang timbul bukan hanya dari satu emosi primer saja tapi bisa berupa penggabungan emosi primer. Emosi yang paling sering menjadikan menangis sebagai ekspresinya adalah Kesedihan (sadness) tapi bukan berarti kita hanya boleh menangis jika sedih saja. Tidak. Ada juga orang yang menangis karena marah, takut, bahagia, atau terkejut.  

Nov 26, 2012

Berbagi semangat


“Cuy, kamu lagi sibuk nulis apa sekarang ini?”

Blarr! Seolah ada sebuah petir menyambar di telingaku manakala kudengar pertanyaan temanku di siang hari kemarin.
Aku bingung mau menjawab apa. Padahal temanku hanyalah menanyakan pertanyaan sederhana dan biasa saling kami lontarkan manakala bertemu. Sebuah kalimat sederhana yang seringkali menjadi penggugah semangat di antara kami.
Lalu, mengapa sekarang pertanyaan itu membuatku bingung? Tidak lain adalah karena ketika temanku bertanya, aku sedang dalam kondisi mandeg menulis. Memang ada banyak keinginan dan ide dalam kepala, namun belum ada satupun yang terealisasikan. Semuanya masih dalam bayang-bayang dan semuanya belum nyata adanya.
Padahal dalam target harianku, selalu ada alokasi waktu untuk menulis. Dan aku selama ini selalu berusaha menetapinya walau kadang mood tidak mendukung. Apalagi jika sedang banyak masalah di kampus. Apabila moodku lagi bagus, aku bisa menulis beberapa halaman dalam waktu 60 menit yang selalu kusediakan setiap hari. Tetapi ada kalanya aku hanya bisa menuliskan beberapa baris dalam waktu yang sama. Bahkan terkadang tidak bisa sama sekali.
Jika kemandegan itu hadir, dan aku tidak bisa menulis sama sekali, aku berusaha membuka file dan membaca tulisan apapun terutama tulisan-tulisan yang menggugah semangat. Ada kalanya usaha ini berhasil dan membuatku kembali bisa menulis. Namun pernah juga usaha ini tidak berhasil.
Kemudian, akupun berhenti sejenak dan mengganti suasana. Tetapi dalam perjalanannya seringkali kemudian justru aku disibukkan dengan aktivitas yang lain dan lupa bahwa aku harus kembali menulis. Di saat seperti inilah aku banyak membutuhkan pengingat. Dan seringkali aku mendapatkannya ketika berkumpul dengan teman-teman dalam 1 komunitas.
Inilah salah satu keuntungan bergabung dengan komunitas yang mempunyai ketertarikan di bidang yang sama. Aku merasa bisa saling berbagi dan saling menyemangati. Lalu sebuah kalimat sederhana itupun menjadi pemicu semangat kembali. Barulah kusadari sekarang sudah berapa lama aku tidak menghasilkan tulisan. Bahkan kesibukan di kampus pun menjadi kambing hitam. Padahal sudah jelas-jelas ada alokasi waktu untuk masing-masing kegiatan tersebut.
Kesadaran lain yang timbul adalah bahwa ternyata manusia itu memang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Niat dalam diri yang kuat-pun ternyata terkadang tidak cukup. Masih dibutuhkan suatu lingkungan luar yang kondusif, yang mendukung dari niatan pribadi tersebut. Hal ini berlaku dalam aktivitas apapun. Karena kita sebagai manusia seringkali mempunyai sifat jenuh dan ketika kita sedang jenuh maka sebaiknya kita berhenti sejenak dan mencari pemicu semangat untuk kemudian kembali lagi.
Dalam melakukan ibadah, hal di atas juga berlaku. Sudah sewajarnya jika dalam hidup ini kita ingin beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Kita ingin melakukan perintah Allah yang wajib maupun yang sunnah. Kalau ibadah wajib sudah tidak perlu kita pertanyakan, apakah keadaan kita semangat atau jenuh kita tetap harus melaksanakannya. Namun kadangkala godaan itu datang dari ibadah sunnah. Hal ini sangat kurasakan pada pribadiku sendiri.
Ketika sedang semangat, melakukan ibadah sunnahpun menjadi hal yang ringan. Bangun di tengah malam untuk sholat lail, melakukan sholat dhuha sebelum berangkat kerja, tilawah Al-Qur’an beberapa ayat setelah sholat dan ibadah sunnah yang lain. Tetapi jangan ditanya manakala sedang jenuh. Ibadah-ibadah sunnah itu bukan hanya berkurang, tetapi bisa terkikis habis. Mulai dari enggan melakukan sholat rawatib, tidak terbangun tengah malam untuk sholat lail. Yang lebih parah adalah sudah bangun tengah malam tetapi karena malas lalu tertidur lagi.
Jika berada dalam keadaan jenuh seperti di atas, akupun berhenti sejenak. Hanya sejenak. Biasanya aku menggantinya dengan ibadah yang lain atau dengan memperbanyak muamalah. Misalnya bisa sementara diganti dengan memperbanyak puasa sunnah, bersodaqoh, bersilaturahmi ke saudara atau teman dan kegiatan positif yang lain. Berbarengan dengan kegiatan itu, biasanya aku menghubungi teman-teman yang bisa menyemangatiku untuk kembali.
Aku dan teman-teman juga punya agenda pertemuan rutin di dekat tempat tinggalku. Ketika bertemu, kami melakukan kegiatan bersama. Mulai dari membaca al-Qur’an bersama, mengecek hafalan surat pendek, membahas materi ke-Islaman yang bisa memperbaiki akhlaq dan menambah semangat, juga saling berbagi tentang pengalaman keseharian. Dari sinilah perlahan semangat itu kembali tumbuh.
Pengalaman menghadapi kejenuhan tersebut membuatku berfikir, rupanya kontrol niatan itu harus berbarengan antara satu dengan yang lain. Niatan dari dalam diri saja tidak cukup kuat jika tidak ditunjang dnegan lingkungan yang mendukung. Begitupula sebaliknya. Lingkungan yang baik saja juga tidak akan bisa membuat kita berubah jika kita tidak mempunyai niat yang kuat dari dalam diri. Karena itulah kedua hal ini harus bersinergi dan saling mendukung.

Jika dengan sebuah kalimat sederhana saja temanku bisa menyadarkanku dan membuatku menulis kembali, maka akupun ingin melakukan hal yang serupa. Aku juga ingin membagi semangatku dengan teman yang lain. Maka segeralah ku sms salah seorang teman yang akhir-akhir ini jarang berbagi tulisan dan jarang muncul di komunitas kami. Aku hanya ingin berbagi semangat menulis dengannya. Walaupun aku sendiri sedang berusaha keras untuk menumbuhkan semangat dalam diriku sendiri.

Nov 25, 2012

aku dan pertemananku yang berlumur dosa

Kawan lama bercanda tawa
Terbahak terlihat gila
Bau alkohol menyelimuti udara
Tapi lawannya tak pula berat menerima
Ia sudah lama bersama

Terbagi rata bagi semua
Lima puluh dua untuk bertiga
Seratus empat untuk berlima
Begitu seterusnya
Namun kawanku tak mau
Semua hanya untuknya

Kini hanya ada lima puluh tiga
Ia dan mereka yang terkemas bersama
Mempercayakan nasib dari buatan manusia
Kawanku telah tersadar lama
Namun mereka itu candu
Kurang satu gemuruh membatu

Kini mereka hanya berbicara
Dengan berbagai hilang rasa
Dengan setumpuk temannya
Lima puluh dua yang telah setia
Dengan bertumpuk kalah
Ia berlumur darah
Kawannya hanya diam membisu
Sedang kawanku telah berlalu
Ke tempat itu
Dimana maaf selalu dinanti
Dimana lelah selalu dinanti
Dimana sesal selalu datang silih berganti

Tapi persahabatan itu tak berlalu
Berjuta turun berganti
Kawan lama ku telah pergi
Kawan baru ku datang kembali
Berbuat dosa bersamaku
Meski aku tak mau
Apa daya ku?
Hanya setumpuk kartu
Tugasku tuk diam membisu
Selama kawan-kawanku
Berbagi dengan ku
Bertumpuk dosa dari jalannya waktu








*tulisan lama.. namun nampaknya sedang cocok untuk hari ini...


dan semoga ia yang datang hari ini membaca tulisan ini dan betapa diri ini sangat menyesal dengan semua yang terjadi... kata maaf telah usang, karena berkali kali diri ini menkhianatinya.. ketakutan dan kegelisahan menghantui diri ini.. dan sedih melihat diri mu kawan.. 

Sudut pandang Ru Su dan Zu #2


**
Bandung, 2012
sudut pandang RU

hari ini bertemu dengan Su, ah entahlah perasaan bersalah ini semakain menghantui diri ini.
dan aku tak pernah merasa begitu bersalah pada siatuasi apapun, sebelum hari ini..
aku amati Su, kami tidak bertemu setelah sekian lama, mungkin pada situasi hari ini, yah 2 tahun yang lalu terakhir kami berbincang seperti hari ini. ini lah yang aku rindukan, saat Su menceritakan apa yang menjadi  bebannya, masih seperti dulu gaya berbicaranya, dengan tense yang khas, namun kali ini aku mengerti apa yang dialami Su
“hei Su, kemana kamu melangkah. kenapa langkahmu begitu gontai.”

“sudahlah Ru biarkan aku menikmati semua ini, sejak pengkhiatanmu itu aku tak pernah ingin  kamu peduli tentang kehidupan ku, biarkan aku dengan semua ini, aku tahu apa yang aku lakukan.”

aku tahu, akulah penyebab semua itu, kenapa Su kembali ke alkohol, kembali ke obat-obatan sialan itu. ketololan diri ini yang terlalu egois menyebabkan semua itu, seandainya saja dulu aku tak mengkhianatinya mungkin Su saat ini lebih baik.
aku sedih, tapi apa guna nya kini, seharusnya dulu aku berpikir lebih jauh tidak egois mementingkan kepentingan ego pribadi. dan akhirnya sahabat ku Su harus menderita sampai detik ini. Su aku menyesal dengan semua yang terjadi ini, seharusnya dulu aku pergi saja dan tidak menyeretmu kedalam dunia ku. seharusnya aku terbang bersama para kalelawar malam itu dan tidak hadir dalam bayangan indah kehidupan mu. aku ingat, aku pernah berkata, “aku memiliki masalalu yang indah, tapi karena dia aku sadar semua itu kosong, semua itu hampa dan kenyataannya kebahagian ku adalah masalaluku yang kosong”.
Su yang merubah aku dari kubangan hitam penuh lumpur menjadikan aku orang yang berguna dan berlogika. namun saat ini ku lihat Su terjatuh kedalam kubangan itu dan aku yang menjatuhkanya. tuhan parodi seperti apa ini, kenapa kau gariskan hal seperti ini pada diri ini. Su aku mohon kembalilah pada dirimu, diri yang mampu memberi inspirasi bagi sahabat-sahabatmu. diri yang selalu memandang optimis setiap permasalahan. Aku tau tak bisa bersamamu saat ini,
dan hari ini, Tuhan memberikan aku jalan untuk meneteskan air mata. untuk dia, yah untuk dia sahabatku Anaiyze Ratsuga. doa dan salam ku untuk kebahagian mu selalu.

*sudut pandang Zu

kehidupan tak selalu sama, setiap detik menit yang terlampaui selalu saja meninggalkan sebuah kesan. saat ini aku tak ingin menyalahkan siapapun dan apapum, karena aku tau setiap orang pernah dan pasti akan melakukan kesalahan. tidak terkecuali pada dia yang pernah aku sayangi dan aku benci deru hyrlf.
hari ini aku menyengajakan untuk mampir sejenak, sudah lama rasanya tidak bertemu orang itu, sedikit rasa penasaran memang mengganggu tentang dia yang dulu selalu ada dalam kesedihan dan kesenangan ku. dia nampaknya bisa mulai menjalani hari-hari yang indah, aku bahagia melihat dia seperti itu. kembali menjadi Ru yang dulu, ru yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan senyuman yang selalu aku rindukan dari wajah polosnya yang kadang terlihat tolol dan bodoh.
sebenarnya tak banyak yang ingin ceritakan saat ini, hanya saja entah ini perasaan rindu setelah sekian lama tidak berjumpa atau, memang emosi diri ini sedang menigkat dengan semua masalah akhir-akhir ini.
yahh aku tau Ru selalu memperhatikan ku, meski dua tahun ini hanya kebencian yang terjadi antara aku dan Ru. namun kali ini aku tak melihat semua itu, dan aku pun sungguh Tuhan mengajarkan aku untuk ikhlas menjalani semua ini.
aku lihat wajahnya masih sama, sedikit lebih cerah saat ini, aku menyayanginya namun dengan sudut pandang yang berbeda saat ini. aku hanya ingin tau bahwa aku sudah memaafkannya, jangan lagi ia menyimpan perasaan bersalah. aku tau ia sangat tersiksa dengan semua pengkhianatannya. sudah cukup ia menderita, aku hanya ingin tertawa saat ini, tanpa beban, bebas seperti angin, mengalir dalam air yang hangat. dan bersama dalam trilogi emosi.

*sudut pandan Zu

merah dan biru.. ada apa dengan mereka, selalu saja mereka tak pernah untuk membagi warna mereka.. aku hanya menikmati warna hijau ini sendiri. bersama angin seolah aku terlupakan begitu saja oleh merah dan biru. mengapa mereka tak mengerti warna ini, aku takpernah lagi melihat Ru dan Su..
namun aku merasakan, lewat doa yang kulantunkan.. lewat bait yang kutuliskan pada angin dan lewat hati yang merasakan kedua sahabatku itu sedang bergejolak dan terjebak dalam ritme kehidupan.
ingin sesekali aku berkata, hei Ru .. Hei Su.. aku disini, mengapa seolah-olah aku tak nampak dalam pandangan kalian. aku tau antara Ru dan Su terjadi konflik hebat yang tak bisa aku mengerti dan maknai. ru dan su menutup rapat mulut mereka setiap kali aku bertanya tentang mereka, dan mereka selalu menghindar untuk hadir dalam trilogi.
ah kadang aku jenuh dengan mereka, namun merah dan biru terlanjur menyatu dalam rona alam kehidupan ku.. akupun tak kuasa untuk menutup mataku untuk tidak melihat mereka bersama seperti saat kami berjumpa.
dan akhirnya aku seperti awan yang melukis senyuman itu sendiri, bukan nya untuk nya, bukan untku tapi untuk Ru dan Su..

seperti warna, kata pun membaur dalam goresan tinta
yang meninggalkan arti dalam setiap maknanya...
merah biru dan hijau
trilogi emosi...