Showing posts with label curhat. Show all posts
Showing posts with label curhat. Show all posts

Jan 8, 2013

selamat siang teman





saat mentari bahagia itu terik

aku yang setia menanti disini

terenguh dengan lamun ini

aku dan semua perasaan mengudara

merenggut sinar kebahagiaan

siang ditengah bulan ini aku berdiri

berjalan menuju satu pintu harapan

antara kenangan dan lamunan masa depan

kurasa satu dalam beban pikiran 

hantui bayang dan terasa aku jajaki

saat ini dan ditempat ini

aku sayang pada mereka

dan rindu seakan hantui mereka yang setia merasa

senyum bentak dan kicau menguap

memberi kesan dan maknai hari

saat itu, aku masih ingat jelas

mereka dalam kenangan

selama nyawa ini akan terjaga

memori itu selamanya 

menjadi penghias setiap senja hariku

lepas dan aku akan lepas 

tapi kenangan itu kan tetap ada

kenangan antara aku dan kalian

sahabat di siang itu aku bersumpah

andaikan aku diberi umur

aku akan berdoa untuk semua

biar kenangan itu abadi selalu

selamat siang sahabat.








bangun teman


ingatkah, aku pernah mengatakan ini

aku akan datang untuk bangunkan

saat matamu terpejam teman 

di jam 12 lewat beberapa detik saja

aku yang berlari menuju ruangmu

merengguh saku mengambil kunci itu

kunci persahabatan abadi

aku lihat apa ayo ?

benar, aku melihat kamu tertidur

dibuai mimpi kehidupan ini

sekarang aku berniat

aku berlari menyegarkan pikiran

lalu berontak menunggu waktunya

saat dimana aku akan hampiri

bangun teman aku datang

lupakan beban itu ayo !

aku dan semua harapan ini

inginkan kamu terbangun teman

tidurmu sudahi sampai disitu

aku tahu kamu berlari

jangan kau sakiti diri lagi

aku ada untuk dirimu

terimakasih teman


Repost from: Anaize Ratsuga Note 31/03/08

Dec 19, 2012

Sudut Pandang Ru, Su, dan Zu (Pengkhinatan Su dan Kesedihan Zu)





*hari ini pukul 07.30 tanggal 19 juni 2009.. tepat saat Su dan Zu datang
hanya kata maaf itu yang aku tunggu, ya sebuah kata yang sederhana namun begitu luar biasa berat untuk diucapkan, mungkin sedari kecil kita secara tidak sadar untuk diajari bagaimana cara meminta maaf yang baik, namun kita tidak diajari untuk meminta maaf dengan tulus..

***

Kegusaran, keprihatinan, kekecewaan, mungkin juga kemarahan. 
Rasa itu mengitari pergulatan dalam dialektika diantara pikiran ku saat ini.

-apa maksud semua ini? 

Hari ini, gambaran yang dipaparkan jelas menggambarkan peristiwa yang sama. 
substansi yang tak jauh berbeda, membangkitkan emosi.

-hei, stop. mari berkaca Apakah kini orang-orang tak lagi mempersoalkan moralitas, etika?

whats?? apa hak kamu berbicara tentang pranata sosial?? dalam hal apa kamu berhak berbicara dalam norma dan kaidah?? 

- Apakah anda lupa tentang hak dan kewajiban? Apakah mereka juga lupa akan tata nilai dan rasionalitas?

Penghianatan itu begitu menyakitkan kawan, tapi ini realitas yang hadir sebagai dinamika.
Ini untuk ketiga kalinya,aku harus berhadapan dengan pengkhianat seperti anda, 
anda yang telah saya anggap saudara melebihi saudara kandung saya. 

- saya tidak mengerti? bisa anda jelaskan dan jangan gunakan bahasa sastrawi anda saat ini..

sesuatu yang berhadapan untuk urusan prinsipil,soal komitmen dan konsistensi serta resiko. 
Tak peduli bahwa saya akan kehilangan anda sebagai teman, kawan dan sahabat,
tak peduli jika memang harus berseberangan dan konfrontasi.

- apa dan tentang apa?

Kita bicara soal ucapan dan perbuatan, akal-mulut-hati harus linier, tidak bisa seenaknya untuk bertindak zig-zag.

- Tindakan apa dan perbuatan mana dari yang telah saya lakukan yang telah mengganggu eksistensi yang anda maksud?

nama baik, dan keutuhan cita-cita dan perjuangan bersama, saya pikir tiga kata itu mewakili semua pengkhianatan anda.

- mari kita bicara dalam bahasa yang lebih sederhana? 

sederhana? seandainya bisa.

*tak pernah aku lihat Ru sedemikian marah, aku lihat ia tenang. namun sorot matanya jelas memperlihatkan amarah yang tak akan padam, meskipun aku tau hanya permintaan maaf yang ingin ia dengar saat ini.. namun aku pada ke egoan ku, aku tak merasa bersalah dengan semua ini, dan ini adalah prinsip hidupku aku tak akan meminta maaf pada apa yang ku rasa tidak seharusnya aku meminta maaf. sampai akhirnya semua berlalu dan biarkan detik yang mengejewantahkan semua pada waktu dan sesuai pada garis Tuhan.

*dan seperti Ru memang marah, ia menggunakan kalimat yang sangat baku untuk ukuran seorang sahabat yang telah dekat satu sama lain.. 
diri ini ingen berkata, namun ku pendam dalam hati dan hanya menyaksikan apa yang mere perdebatan. karena merek pun tak memberi ruang untukku mengikuti alur mereka.
"Sebenarnya tak ada kaitannya dengan pelanggaran, penyimpangan terhadap misi yang harus diemban." 
Tapi ini soal sederhana yang akan berimbas pada tujuan perjuangan, soal taktik yang berbahaya dalam mencapai strategi. 
Ringkasnya taktik ‘makan’ strategi. Jika sudah demikan maka tak ada pilihan lain, 
kita yang ‘rusak’ atau hanya segilintir orang saja yang harus disingkirkan, 
pahit memang tapi ini demi untuk menyelamatkan cita-cita dan tujuan bersama.
Jika kita anti kekerasan maka kita harus tidak untuk bertindak dengan kekerasan
Jika kita bicara soal hak maka kita tak boleh sedikit pun memungut hak orang lain
Jika kita mendambakan kebahagiaan maka biarkan ia ada dalam kesejahteraan, kedamaian, 
kenyamanan, dan jauh dari ketakutan.

rasa persahabatan dan kedekatan yang terlalu mendalan antara Ru dan Su menyebabkan mereka tak bisa lagi menggunakan logika mereka untuk berpikir dengan jernih, hanya ada emosi yang bermain saat itu, sampai akhirnya mereka terkungkung dalam pelarian yang tak ber ujung dan meninggalkan bekas luka yang tak berakhir sampai detik ini.. 

Kemampuan menjalin relasi pertemanan merupakan bagian dari kompetensi interpersonal skill dan soft skill seseorang. lima aspek kompetensi interpersonal yaitu: a. kemampuan ber-Inisiatif (initiative): b. kemampuan menyangkal peryataan negatif (negative assertion): c. self disclosure: d. kemampuan ber-empati dan e. kemampuan manajemen konflik.

Kemampuan menjalin relasi pertemanan menjadi hal penting karena bagian dari keterpaduan soft skill yang harus dimiliki dalam menjalin interaksi sosial, baik di lingkungan masyarakat maupuan di lingkungan kerja dan keluarga.

Ketidak-mampuan seseorang dalam memiliki lima kemampuan dasar dalam menjalin relasi pertemanan, dimungkinkan akan berimbas pada berakhir suatu hubungan pertemanan dan rata-rata hal ini diakibatkan karena kurang mampu dalam poin d dan e

Tidak jarang dalam suatu pertemanan muncul berbagai konflik, karena diperlukan kemampuan untuk bisa saling mengisi dalam setiap aspek kompetensi diantara sesama teman, tapi perlu di ingat pula bahwa teman kita itu manusia, sehingga perlu disadari betul bahwa selalu ada ketidak sempurnaan dalam segala hal. pun demikian dalam pertemanan, jangan menuntut sebuah kesempurnaan, tapi saling melengkapi dan mengerti serta komunikasi,  itu saja sudah cukup.


end of Sudut Pandang Ru, Su dan Zu 

Nov 12, 2012

Pria di Usia ke 25 tahun


Pernikahan memang selalu dikesankan indah. Atau memang benar-benar indah. Terutama bagi mereka yang ingin segera mengalaminya. Seorang kawan bilang, dunia setelah pernikahan bagi para bujangan adalah alam ghaib yang penuh misteri. Keindahan dan kenikmatannya-juga pahit getirnya-hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah memasuki alam ghaib itu. Dan keindahan itu jadi lebih awal dirasakan jika tanpa disangka-sangka orang tua menawarkan "seseorang" yang sangat sesuai dengan kriteria yang diidamkan-dan tentunya kita dalam kondisi siap. Orang tua yang sangat memahami anaknya, seperti Umar bin Khatab.

Mungkin terlalu melankolis jika seorang lelaki mengharapkan penawaran dari orang tuanya. Tapi, mau gimana lagi, realita yang ada memaksa sikap melankolis itu bertunas. Kesiapan membangun rumah tangga selalu diidentikan dengan kesiapan materi, dan itu seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan lelaki seusia Rasulullah Saw.-ketika Beliau menikah-yang baru saja selesai kuliah. Memang kesiapan materi sangat penting untuk membangun mahligai rumah tangga, terutama kalau kita ingin mencontoh Rasulullah Saw. Selain usianya 25 tahun ketika beliau menikah, kita juga harus tau bahwa mahar Rasulullah untuk masing-masing isterinya tak kurang dari 400 dinar (atau kira-kira senilai 180 juta rupiah, untuk uang sekarang). Tapi itu juga bukan segalanya, bukankah Rasulullah juga menikahkan Sayidina Ali dengan puterinya, Fatimah Az-Zahra, hanya dengan mahar baju besi yang tidak seberapa?

Memasuki usia duapuluh lima tahun, seorang lelaki sering kali dihadapkan pada sebuah pertanyaan wajib, "kapan sih kamu nikah?" setiap orang selalu menanyakan hal tersebut. Atau kalau tidak, ia sendiri yang bertanya kepada diri sendiri. "Ya, kapan ya, aku nikah?"

Dalam lamunan, ketika seorang lelaki yang mendekati usia duapuluh lima tahun bervisualisasi tentang masa depannya, sering kali menciptakan gambaran ideal tentang pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Bagaimana ia ingin menjadi suami dari isteri yang cerdik, cantik dan shalehah; bagaimana ia akan membahagiakan isterinya tersebut dengan memenuhi segala kebutuhannya; bagaimana ia juga akan senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan memberi berbagai hadiah dan perhatian, tidak lupa untuk menjadi menantu yang terbaik bagi ibu-bapak mertua, juga menjadi ipar yang baik; bagaimana ia ingin bisa membangunkan rumah yang luas untuk keluarga kecilnya; bagaimana ia memberi nama putera-puterinya dengan nama-nama yang indah dan baik, mendidik mereka dengan didikan yang baik dan benar. Semuanya dilamunkan dengan sangat ideal dan indah.

Tapi, ketika visualisasinya selesai dan kembali mendarat di bumi ia mendapati realita yang tidak seindah lamunan. Ia pun sadar bahwa semua yang dilamunkannya bukan sesuatu mudah untuk diwujudkan. Tidak mudah mendapatkan isteri yang cantik luar dalam, sama susahnya dengan mendidik diri sendiri agar tampan luar dalam, atau bahkan lebih susah. Bukan perkara gampang mewujudkan kemapanan ekonomi bagi pebisnis pemula. Tidak murah membangun rumah luas dan nyaman untuk keluarga kecilnya. Lalu, tidak gampang juga membagi cinta untuk semua, anak-isteri, ayah-ibu, mertua, dan saudara-saudara. Seringkali segala keterbatasan yang dimiliki mendatangkan kesalah-pahaman bagi orang-orang yang dicintai. Mendidik anak-anak juga tidak semudah memilihkan nama yang indah dan baik untuk mereka. Semuanya perlu persiapan yang benar-benar matang. Dan visualisasi adalah satu tahap persiapan itu. Karena kalau dalam lamunan saja belum pernah ada, apalagi dalam kenyataan.

Dari sini kita temukan inti persoalannya: kesiapan. "Kematangan" banyak lelaki usia duapuluh lima tahun tidak beriringan dengan kesiapan mereka untuk survive di jenjang kehidupan yang lebih tinggi. Ketidaksiapan secara finansial sering kali menjadi alasan utama untuk menunda pernikahan, padahal jawaban seorang kawan sangat bagus untuk menangkis alasan ini. Orang yang sudah bekerja sebelum menikah mungkin di-PHK , orang yang sudah berwiraswasta sejak masa lajang juga bisa bangkrut, kenapa mereka berani menikah? Sebaliknya, orang yang belum dapat kerja, setelah menikah mungkin dapat pekerjaan, orang yang masih belajar berwiraswasta, setelah menikah mungkin menjadi wiraswastawan yang berhasil, kenapa mereka takut menikah? Persoalannya adalah kepada siapa kita bertawakal? Apakah kita bertawakal kepada instansi tempat bekerja atau kepada Allah? Kalau kita tawakal kepada Allah yang Maha Memberi rizki, kenapa kita terlalu bersandar pada pekerjaan atau kesuksesan bisnis?

Sungguh, yang terpenting dari kesiapan itu bukan ketersediaan, melainkan mentalitas. Kesiapan mental untuk menghadapi apapun kondisi dan situasi kehidupan. Inilah inti ajaran tawakal. Ketersediaan akan ada habisnya, sedangkan mentalitas yang kuat bisa meyelamatkan kita dari segala bentuk ujian dan cobaan hidup. Sayangnya, mentalitas ini pula jarang ditemukan pada kebanyakan lelaki menjelang usia mereka yang keduapuluh lima tahun. Menambah lengkap ketidak-siapan mereka.

Mungkin inilah yang harus dipahami oleh semua lelaki yang mendekati usia duapuluh lima tahun tetapi masih ragu untuk memasuki "alam ghaib" pernikahan. Selain harus tahu juga bahwa usia duapuluh lima tahun yang sesuai contoh Rasulullah adalah duapuluh lima tahun dalam hitungan Tahun Hijriyah, atau sekitar duapuluh tiga tahun setengah dalam hitungan Tahun Masehi. Jadi, kalau sekarang sudah menjelang usia duapuluh lima tahun dalam hitungan Masehi, artinya sudah lewat setahun lebih dari usia Rasulullah ketika Beliau menikah. Nah lho! 

Jun 26, 2011

sebuah memori #1

oleh Fredy Ardiwinata pada 03 Januari 2010 jam 21:21

Sore itu seorang bocah sedang bermain dengan asiknya. Sebuah mobil mainan, tiruan dari bmw seri 3.5.2 berwarna hitam metalik ia pegang begitu erat. Seolah tak ingin kehilangan mainan tersebut anak itu tak mengijinkan saudara-saudaranya untuk menyentuhnya. Ia pun tak mengijinkan orang tuanya untuk meletekan mainan itu ditempat mainan lainnya selain di box tempat mobil itu bisa aman di benak si anak.
Dua tahun berlalu anak tersebut tak pernah menginginkan mainan baru, ia tetap menjaga mobil mainan bmw seri 3.5.2. ia pun menjaganya dan merawat mainan tersebut nyaris tanpa lecet sedikitpun, hampir sama persis ketika mainan tersebut ia dapatkan sebagai kado hadiah dari sang ayah. Bahkan saat usianya sembilan belas tahun pun, mainan tersbut masih terawat.

Dan 12 tahun kemudian ditempat yang sama, di pagi hari terdengar suatu percakapan,
“Apa kamu masih ingat semua ini?” suara dengan nada sedikit berat dari seorang lelaki paroh baya.
“aku tidak tahu,” gumam seorang lelaki muda dengan nada khas tempramen seorang pemuda sembilanbelas tahun.
Pemuda itu, ya ia bocah kecil yang sangat menjaga mainan kesayangannya itu. Nampaknya ia mengalami suatu perdebatan dengan seorang yang lebih usianya beberapa generasi diatasnya. Sejenak suasana hening berganti dengan perdebatan yang tak berujung.
“kenapa kau pergi waktu itu? Apakah karena aku nakal dan tak bisa diatur sehingga kau pergi dan meninggalkan aku, sementara kau hanya membawa sikecil raiden?” suara parau si pemuda terdengar sangat emosional dan menyiratkan bahwa ia butuh jawaban itu dan telah memendamnya selama ini.
“aku tahu aku tampak bodoh” pemuda itu melanjutkan pembicaraannya. “aku tahu kamu juga menganggap ku begitu.”
“tidak.” Jawab pria paruh baya itu sedikit getir seakan penuh penyesalan.
“Ya.” Kata pemuda itu. “kamu begitu. Setiap orang juga bahkan, aku sendiri.” Pemuda itu menggerakan jari kirinya disela-sela rambutnya, dan menaikannya keatas. “jika aku seperti ini tentu aku berbeda, aku Cuma tidak ingin terlihat seperti aku, tidak apa-apa bagiku terlihat bodoh, jika itu bisa membuatku jadi orang lain.” Begitu polos pemuda itu menjawab, seolah suara paraunya menghilang dan berganti dengan suara bernada angkuh.
“heudy, kamu masih sangat kecil waktu itu.” Terdengar suara pria paroh baya tersebut berusaha menenangkannya. Namun sebelum pria itu bicara lebih lanjut, heudy memotongnya.
“mengapa??? Mengapa kamu membawa raiden, dan meninggalkan aku sendirian. Papa tidak adil.” Kalimat terakhir terdengar secara sengaja menggunakan bentuk dalam bahasa ingris present-tense, menggemakan pola khas pembicaraan heudy pada masih kanak-kanak.
“aku bisa mengerti,” kata pria yang ternyata adalah ayah heudy. “pasti kesepian sekali rasanya, ditinggal sendirian seperti itu, sedang kamu masih terlalu kecil.”
“ya” suara heudy terdengar pelan, seakan-akan tidak keluar dari tubuhnya. “memang.”
“waktu papah pergi dan membawa raiden pergi, bukan berarti papah tidak sayang terhadapmu nak, papah tahu papah salah.” Kalimat pengakuan dari seorang ayah yang pergi meninggalknya.
“Lalu sekarang apa yang kau harapkan dari ku?” heudy nampak ingin mengakhiri pembicaraan ini, namun sorot matanya terlihat jelas bahwa ini belum usai. Heudy masih menyimpan rasa benci yang ia simpan rapi selama ini. “kamu pikir, kamu membuat saya lebih baik dengan saat ini kamu datang kerumah ini, rumah dimana kamu dulu pergi dan membiarkan aku sendiri dan terpenjara dalam trauma masa laluku karena kehilangan kamu?? Apa kamu pikir ini bisa mengobati semua rasa kesepian yang kamu ambil selama belasan tahun, aku terbiasa hidup tanpa kamu. Kamu menjebakku dalam situasi ini. Sama seperti yang kamu lakukan ketika menjebaku saat umurku lima tahun, kamu sengaja memberikan aku kenangan indah dengan memberikan mainan kesukaanku dan kamu pergi dengan adikku. Kamu membuatku merasa begitu berharga dan kemudian apa yang kamu lakukan??? Dan sekarang kamu datang kesini disaat semua kenangan itu hampir hilang, kamu membuka rasa sakit yg telah lama aku ingin melupakannya. Dengan semua rasa trauma karena kehilangan mu, kamu sengaja membuatku seperti ini, selalu takut akan kehilangan, selalu merasa kesepian, kamu sengaja,” Heudy merengut, heudy seolah menahan airmatanya dan menarik nafas panjang, “padahal kamu tahu bahwa aku butuh kamu.”
“aku tidak bermaksud seperti itu heudy _____” Suara ayah heudy pelan dan berusaha menyela.
“kamu sengaja! Kamu sengaja pergi, kamu sengaja hanya membawa raiden dan meninggalkan aku dengan mainan sialan itu. Kamu menciptakan aku dari kubangan kotor dan membuatku berpikir bahwa aku berbau wangi seperti bunga dan kamu melemparkan aku kedalam kubangan yang lebih kotor dari kotoran hewan.”
“Aku sayang pada mu heudy, kamu anakku dan aku ayahmu.”
“kamu punya begitu banyak kekuasaan tuan ardwint, kamu tahu aku menyayangimu amat sangat, begitu dalam dan apa yang kamu lakukan?? Kamu mendorong aku keluar pintu dan meninggalkan aku.”
“heudy,, please,, ini papah,, papah kembali buat kamu nak.”
Suasana menjadi hening, heudy masih menarik nafasnya dalam-dalam menahan rasa benci dan kesepiannya selama ini. Matanya terlihat tidak fokus, berkali-kali heudy mengalihkan pandangannya menatap keatas untuk menahan air matanya, sebelum kembali menatap mata tuan ardwint dengan tatapan menantang seolah siap jika sesuatu hal terjadi ia akan siap bertempur.
Sementara, tuan ardwint ayah heudy,, menerima semua yang anaknya katakan, ia sadar selama ini telah membuat sang anak merasakan apa yang tak semestinya ia rasakan, dan ia sadar bahwa heudy mengalami hari-hari yang sangat sulit selama ini. Tuan ardwint selama ini memang tidak pernah bertemu dengan heudy, tapi selama itu pula tuan ardwint selalu mengikuti perkembangan puteranya itu,, dengan mendatangi tempat dimana heudy sering berkumpul maupun kepada walikelas heudy di sekolah. Tuan ardwint pun tahu bahwa heudy pernah didiagnostik mengalami mutisme elektik dan juga attention deffisit disorder.

wow.. ckckckckck lagi belajar bikin cerpen... mohon masukannya.... ckckckckck

Jun 14, 2011

Seven Day

se7en day

oleh Fredy Ardiwinata pada 19 Februari 2010 jam 18:48
bandung,, 18022010

sebuah tutur yang indah dari Buya Hamka
"Hidup terbina antara pahit dan manis. Kalau selalu sahaja pahit, hati akan menjadi rawan dan kalau sentiasa manis hati akan menjadi bosan "

sebuah tutur yang untuk mengantar hari ketujuh dalam hitungan hari....
Kehidupan ini, sepahit manapun, masih bergelar kehidupan. Semanis manapun, masih juga bergelar kehidupan. Kehidupan adalah kehidupan. Warna kehidupan sekadar hiasan. Hakikatnya masih sebuah kehidupan. ga usah berkira-kira untung nasib yang menimpa. Kau masih bernyawa. Kau masih ada sebuah KEHIDUPAN.

Perjalanan masih panjang. Akhirnya dia pergi meninggalkan. Semuanya berlalu. Bersama derap langkah itu. Yang tertinggal adalah kenangan. Menjadi mainan perasaan. Sesungguhnya dia sudah penat. Lelah menunggu dan menunggu. Alangkah sengsaranya. Sebab akhir penantian adalah luka yang tajam. Dia sudah benci pada harapan. Dia akan melalui kehidupan dengan seadanya. Ya, kehidupan harus diteruskan. harusi.

manusia akan sentiasa hidup dalam kerangka kemauan orang lain yang selalu membajak fikirannya.
melayari babak babak yang bukan dari nafsu sendiri,
membiarkan waktu memijakan hari hari dalam geladak.

kita takkan pernah puas mengecup hidup selagi dasarnya tidak bersyukur.

Langit tak selalu cerah..kata orang tua. Langit itu perumpamaan hidup ini. Hari ini, langitku kesuraman. Enggan berbicara panjang. sejenak melepas lelah dari dunia kerja. pikiran menerawang. Bila hati kelabu, bibir pun jadi lesu untuk berkata. Kalau boleh, mau terus berfikir, diam dan berfikir lagi. Tapi kehidupan selalu ada ruang untuk itu dan ini. Itu perlu dibereskan. Ini harus disiapkan.

Cerita kehidupan umpama rona alam. Tercalit paduan warna yang tak serupai. Ada yang satu dalam harmoni, ada pula yang berbeda dalam kontrasnya. Tidak Dia jadikan semua ini sia-sia, buat mereka yang berfikir. Kata Orang, banyak berfikir maknanya kurang bisa berinteraksi. kurang bisa berinteraksi ‘ga bagus’ untuk kesehatan mental. Aku dijadikan Tuhan memang dengan kelebihan dan kekurangan ku sebagai manusia. pasti ada hikmah dibalik semua ini.

namun kali ini berbeda. Terjemahan makna kehidupan yang sebenarnya cerita. Cerita kehidupan karangan insan biasa. Yang melalui kehidupan dengan rasa yang berbeda. Hari ini takkan sama dengan semalam. Takkan pernah! Walaupun episod perjalanannya sama. Sebab tiada satu detik pun yang sama.

Cerita Kehidupan adalah cerita hati.

Cerita hati..

Hati ini.

Ada airmata di celah ayat-ayat tak sempurna.

Ada..

Bila hati mau menyatakan yang di dalam, bahasa bukan satu cara yang mudah untuk mengungkapkan semuai. Tapi biarlah ini jadi penanda cerita. Supaya aku tahu aku pernah merasai sesuatu yang begini.

goresan dinding sang psycho

tangkai bunga itu tlah layu dalam kesunyian hari2 nya tanpa hadirnya seorang sahabat sejati yang dulu selalu ada bersama nya..

Kebosanan Hidup

kebosanan hidup

oleh Fredy Ardiwinata pada 24 Desember 2010 jam 18:36
 
Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati”.
Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit”. “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan ini. Itulah sebabnya saya ingin mati”. Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya. Sang Master meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan”.
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, dan yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari tentang sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita…
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjuk-ku”. Demikian Sang Master menyarankan.
“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh”. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran Sang Guru.
“Jadi kamu tidak ingin sembuh?? “ Kamu betul-betul ingin mati?” tanya Sang Guru
“Ya, memang saya sudah bosan hidup”, pria itu kukuh menjawab.
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.” Perintah Sang Guru. Giliran pria tersebut bingung. Setiap Guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Sang Guru EDAN itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai !!!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarganya di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir ini malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya pun menjadi santai banget !
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!”
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!!
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya ?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami.” Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh?? Apa bila kau hidup dalam ke-kini-an, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini !!!
Leburkan egomu, leburkan keangkuhanmu, leburkan kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan”..
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam ke-kini-an. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !!!
Hidup bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul tapi merupakan suatu anugerah untuk dinikmati. “Anda tidak akan pernah menang jika Anda tidak pernah memulai.”

Jun 12, 2011

Goresan Malam #1

         eumh kadang terasa semua begitu tak berarti, hanya mengikuti apa yang diutarakan oleh hati, dan semua menjadi bias ketika esok hari aku terbangun, seolah malam dan hari-hari itu  hanya sebuah mimpi kosong. yah kosong darikebermaknaa.
         ada satu hal yang mungkin sampai saat ini masih dan terus menjadi  pegangan dalam mengarungi kisah ini, bahwa dalam menyayangi dan mengasihi itu tidak perlu ada alasan, entah alasan yang bersifat fisik, materi ataupun alasan-alasan lainnya. karena  ketika alasan itu hilang, maka hilang pula lah rasa kasih dan sayang itu.

         kasih dan sayang dalam frame berpikir saya adalah, bagaimana kita dapat saling mengerti, menghargai dan menerima perbedaan diantara kita. bukankah kasih dan sayang itu sanggup menghilangkan perbedaan itu dengan mencari irisan persamaan yang ada.

         sebuah contoh sederhana adalah kasih yang disampaikan dalam kisah yang abadi diceritakan,ya kisah rome dan juliet, maupun kisah laila dan majnun. betapa kedua kisah itu menyatukan setiap perbedaan yang ada dan menjadikannya sebagai kisah kasih dan sayang yang begitu romantis dan kedua kisah itu tidak memiliki alasan dalam memberikan kasih dan sayangnya. mereka total dan menyeluruh memberikan rasa kasih dan sayang mereka bagi orangyang mereka kasihinya.
        
         mengutip sebuah kata yang indah yang berkata bahwa, "aku ingin mencintaimu secara sederhana, seperti kata yangtak sempat disampaikan api kepada bara yang menjadikannya tiada." sebuah tutur yang indah dan sarat akan makna, namun pernahkah kita melihat dari sisi yang berbeda, bahwa kata tak pernah sederhana dan sulit untuk dimengerti. mengapa api terlambat mengungkapkan kata kepada bara, sehingga menjadikannya tiada?? karena ia larut  dalam alasan untuk tetap memiliki sang bara yang menjadi sumber nyalanya sang api.

        bukankah ketika kita menyayangi seseorang, cukuplah kita mengerti, menerima dan memahami tentang kediannya, tanpa harus untuk selalu menuntut ia bersama.

to be continued.....