Jun 26, 2011

Pacaran : Lanjut atau Tidak

Mengambil keputusan menikahi seseorang bukanlah hal mudah, apalagi menyangkut adanya keraguan sudah tepat atau belum calon pasangan kita. Mari simak penuturan seorang perempuan, RA (22).

Saya sudah tiga tahun berpacaran. Saya memulai hubungan dengan niat tulus. Saya mencintai pacar saya dan hanya dia seorang. Tetapi, tidak demikian dengan pacar saya. Dia masih menyayangi mantan-mantannya. Dia kerap membandingkan saya dengan mereka.

Dia tidak perhatian kepada saya, suka menggoda orang lain di depan saya, suka melihat perempuan lain saat sedang bersama saya, suka meninggalkan saya apabila marah, juga suka berbohong. Saya berkali-kali berkata kepada dia untuk jujur, apabila tidak menyayangi saya tidak apa-apa dan saya akan pergi.

Baru-baru ini dia berkata, sejujurnya dia baru benar-benar menyayangi saya beberapa bulan terakhir. Sekarang dia sudah berubah dan kami berniat menikah. Tetapi, di dalam hati saya ada banyak ketakutan, terutama takut dibohongi lagi, dan tahun-tahun bersama dia saya lalui dengan merasa saya orang paling jelek untuknya.

Kadang saya merasa tidak pantas diperlakukan seperti itu dan takut itu akan terulang. Selama ini saya juga tidak bisa dekat dengan keluarga pacar. Saya malu dan takut salah bicara. Saya selalu diam jika tidak diajak bicara atau tidak ditanya. Setiap ke rumah pacar, saya selalu berdandan sopan, membawa oleh-oleh, mencuci piring bekas makan saya, dan mengucapkan terima kasih. Tetapi, saya tetap tidak bisa dekat dan diajak mengobrol. Seolah saya tidak ada di hadapan mereka.

Apakah itu artinya orangtua kekasih tidak menyukai saya? Saya menyadari diri saya tidak begitu cantik, tidak kaya, dan tidak terkenal. Saya hanya ingin diterima dan hidup bahagia. Tolong beri tahu apa yang harus saya lakukan?

RA yang baik,

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengurai masalah ini. Pertama tentang sikap pacar, usia, hubungan dengan keluarga, dan citra diri Anda.

Tentang sikap pacar. Lazimnya orang yang baru berpacaran justru menampilkan hal-hal positif dirinya, penuh perhatian, romantis, pokoknya menyenangkan hati pasangan. Bagaimana dengan pacar Anda?

Pada awal pacaran dia justru blakblakan menampilkan perilaku ”buruk”, seperti tak mampu menguasai emosi jika marah, berbohong, dan menggoda orang lain. Bahkan, ia tega menyakiti hati dengan membandingkan Anda dengan mantan-mantannya. Kemudian akhir-akhir ini dia berubah menjadi lebih baik.

Mungkin memang benar sebelumnya dia belum jatuh cinta kepadamu. Sekarang setelah dia mengaku menyayangi Anda, perlu dicermati lagi apa yang membuat ia berubah. Adakah suatu kejadian penting yang menyadarkannya, selama ini ia berhubungan dengan seorang yang sangat tulus mencintai dan baik hati pula?

Atau, coba lebih waspada (ini beda dengan berburuk sangka lho) dengan mencari tahu apakah ada penyebab lain yang membuat ia berubah. Jadi, perubahan yang terjadi padanya bisa bersifat positif atau negatif.

Tentang usia. Menurut saya, perlu waktu lebih lama untuk mengenal dia lebih jauh. Dua tahun lebih dia menunjukkan sikap berbeda dengan beberapa bulan terakhir. Yang harus dilihat adalah sikapnya yang baru saja berubah itu menetap atau tidak.

Jadi, Anda bisa memperpanjang waktu untuk menerima ajakan menikah. Alasannya, selain usia Anda memang masih muda (sayang Anda tak menyebutkan usia pacar), juga agar Anda lebih dalam mengenal dan memahami pribadinya, apakah perubahan positif yang ditunjukkan belakangan ini memang menetap dan dia benar-benar serius melanjutkan hubungan dengan Anda.

Tentang hubungan keluarga. Apabila mempertimbangkan sikap keluarganya, coba cermati lagi apakah karena memang mereka tipe orang yang angkuh dan mementingkan aspek fisik dan finansial bagi calon menantu dan ipar? Atau, karena perasaan Anda saja dan ini disebabkan rasa rendah diri karena merasa kondisi Anda tidak setara dengan mereka?

Jika berpikir positif, bisa saja mereka memang tidak mudah menerima kehadiran orang baru. Mereka berharap Anda perlu lebih aktif mengambil hati mereka, bukan mereka yang berbaik-baik kepada Anda. Anda sudah benar berperilaku sopan dan baik selama ini, lanjutkan itu tanpa keterpaksaan.

Citra diri

Beberapa kali Anda mengatakan tidak cantik, tidak kaya, sehingga merasa tidak layak berpasangan dengan dia. Ini sangat tidak produktif untuk pengembangan diri.

Jika ingin merebut hati dan menambah rasa sayang orang kepada Anda, Anda juga harus memperlakukan diri Anda sebagai sesuatu yang berharga. Bukankah Anda juga punya banyak kualitas diri positif, seperti baik hati, sabar, peka, mau menolong, dan sopan.

Yakini siapa Anda, tak perlu membandingkan dengan orang lain yang hanya akan merusak suasana hati Anda. Kualitas itu jauh lebih baik ketimbang kecantikan atau kekayaan. Dengan citra diri positif, Anda akan mendapat kekuatan serta arah jelas menghadapi kehidupan dan secara sadar Anda akan mengembangkan hal-hal terbaik Anda.

Jadi, biarkan beberapa tahun lagi Anda meniti hubungan pacaran ini. Tak usah khawatir. Kalau memang dia sayang dan kapok dengan sifat buruknya, pasti akan terbukti. Kalau tidak, Anda masih punya banyak waktu untuk bertemu orang lain yang lebih layak dan menghargaimu. Sementara itu, kembangkan juga citra dirimu, jangan biarkan siapa pun menganggap dirimu rendah dan buruk. Salam

Parodi पैर Temanan

Saya bukan teman yang baik. Sama sekali tidak. Banyak orang tahu, terutama mereka yang cukup dekat. Waduh… kalau mau diterangkan mengenai tidak baik, banyak sekali. Egois. Saya menghubungi teman hanya kalau ada perlunya. Menyapanya singkat, cepat, dan basa-basi. "Hello… pa kabar, Mas… baik kan? Gini loh…."

Saya tak memberi kesempatan mereka membalas sapaan basa-basi itu. Saya juga tak perlu mendengar kabar teman itu, yang penting tujuan saya tercapai.

Saya bukan manusia suportif, peka terhadap hal kecil, karena terlalu malas. Buat saya tak penting meski buat orang lain penting. Saya berpikir orang bisa berpikir seperti saya, padahal tidak sama sekali. Saya teman yang munafik dan tak berani mengambil risiko pertemanan. Saya cari amannya saja.

Saya teman yang membicarakan teman. Baik atau tidak baik. Saya plin-plan mengubah jadwal pertemuan sak enak udel dewek. Saya hanya melihat dari kacamata saya, acap kali tak sensitif. Kalau bicara bahasanya kasar, jorok kata teman-teman. Terlalu to the point. Tak semua orang bisa menerima.

"That's what friends are for?"

Saya beruntung ada orang mau berteman dengan saya. Alasannya macam-macam. Ada alasan yang saya tahu, ada yang saya tak tahu. Saya malah sering kali bingung dan salut dengan mereka yang mau berteman dengan saya. Mereka seperti malaikat yang dikirim Tuhan agar saya tak sendiri. Penjahat saja masih dikirimi malaikat untuk dijadikan teman.

Ini contoh teman yang malaikat dan saya yang egois. Saya tinggal di rumah teman berbulan lamanya karena apartemen saya direnovasi. Itu berarti pembayaran listrik dan air teman saya bertambah. Tetapi, ketika teman itu membutuhkan sesuatu, saya tiba-tiba lupa membalas kebaikan dia meminjamkan tempat tinggal serta bayar air dan listrik itu.

Kalau saya menyimak lagu berjudul macam That's What Friends Are For, saya mempertanyakan kembali diri sendiri, kata for itu apa? Dari kacamata seorang manusia egois, berteman buat saya hanya for membutuhkan pertolongan. Titik. Pertolongan waktu saya sakit, waktu butuh undangan masuk ke kelab malam baru karena tak diundang, waktu butuh mobil saat tak bisa jalan karena kaki terpuntir dan kesakitan setengah mati, ketika butuh mengurus berkas administratif, dan sejuta kebutuhan lain. Buat saya teman itu sebelas dua belas dengan balai keselamatan.

Berhitung

Pernah saya bertanya kepada diri sendiri soal pertemanan. Kalau saya seorang teman, apakah saya punya kewajiban tak tertulis harus ini dan itu? Kalau saya berteman, apakah artinya harus memberi tahu seluruh kegiatan saya kepada mereka? Dan kalau saya tak memberi tahu dan kemudian mereka naik pitam, bukankah itu hak saya sebagai teman untuk tidak berbagi semua aktivitas saya?

Kalau membuat pesta apakah saya wajib mengundang teman-teman dekat bukan sahabat, supaya mereka tak tersinggung? Bagaimana kalau sesekali waktu saya ingin keluar dari pertemanan dua puluh empat jam itu tanpa menyinggung mereka? Apakah akhirnya yang dimaksud saya sebagai makhluk sosial adalah mengeliminir kehidupan pribadi?

Sekarang saya tahu mengapa saya bukan teman yang baik: saya tak mampu melakukan kewajiban serta menanggung risiko dan tuntutan pertemanan itu, dari manusia yang berharap banyak kepada saya. Sama seperti mengapa saya mau mencintai dan dicintai, tetapi tak suka risiko mencintai dan dicintai. Saya tak suka keribetannya dalam berhubungan. Belum memikirkan mood pasangan yang naik-turun.

Sama seperti mood teman-teman saya yang naik-turun. Contoh kecil saja. Ada teman yang baik, tetapi kalau bertemu di pesta tiba-tiba menjadi makhluk berbeda, menjaga jarak, seperti baru berkenalan lima hari lalu. Itu membingungkan, itu memainkan emosi, dan itu menyebalkan. Nah, itu yang tak bisa saya tanggung, tak sanggup tepatnya. Dan saya dihakimi karena ketidakmampuan saya, karena ketidakmauan berisiko.

Saya mulai mikir, ternyata jadi teman lebih berat ketimbang ujian UMPTN. Semua terkait emosi, perasaan, bukan logika. Kalaupun logika, sedikit sekali digunakan. Sampai pernah sekali waktu saya berpikir mending enggak punya teman. Banyak kewajiban tak bisa saya penuhi, yang bisa mengecewakan mereka. Karena seperti semua hal di dunia, bukan hanya karena senang melakukan, tetapi apakah mampu dilakukan. Senang dan mampu itu berbeda seperti laki dan perempuan.

Jadi, apakah berteman sama dengan berhitung? Sana kasih lima, sini wajib kasih lima? Bagaimana kalau saya hanya mampu memberi tiga, karena bukan saya tak mau, tetapi saya tak mampu? Nurani saya bilang begini, "Itulah kenapa kamu disebut egois. Bersyukurlah ada yang mau berteman dengan kamu. Mereka itu selalu mau menerima kalau lo bisanya cuma kasih tiga atau malah kurang dari itu...."

KILAS PARODI

Kalau Mau Jadi Teman, Bukan Jadi Sahabat

1. Kalau seperti saya yang berteman saja sudah membuat kewalahan, jangan berani-berani berkomitmen menjadi sahabat. Teman dan sahabat bedanya seperti musim panas dan musim dingin....

2. Huh? Komitmen? Memang ada komitmen kalau jadi sahabat? Ini jawaban nurani saya, ”Yaa... iyalahhhh….” Kalau Anda tak setuju, gak papa juga. Nurani Anda dan saya beda. Nurani orang egois dan yang tidak, itu beda!

3. Saya yakinkan Anda tak akan pernah jadi teman yang baik selamanya. Jadi, jangan coba-coba jadi teman sempurna. Sempurna itu tidak ada. Akan datang masanya kebaikan Anda akan dilupakan karena kesalahan yang Anda buat. Maka, percayalah pada peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Tetapi, saya membaca kutipan dari penulis Amerika seperti ini: You can kiss your family and friends good-bye and put miles between you, but at the same time you carry them with you in your heart, your mind, your stomach, because you do not just live in a world but a world lives in you (Frederick Buechner).

4. Siapkan diri sebelum mulut mengatakan mau berteman. Saya tersinggung ketika beberapa kali teman saya mengajak temannya berkenalan dengan saya. Jawabannya selalu sama, ”Aduh gue enggak siap, ntar dulu deh kenalan sama Samuel.”

Persiapannya lebih mental daripada mulut. Mental itu untuk menerima manusia bernama teman dengan segala perilakunya. Nah, untuk semua itu Anda benar-benar harus siap supaya jangan kesal dibuatnya.

5. Ingat, teman Anda adalah manusia! Manusia itu berubah. Kadang itu mengecewakan. Kalau itu terjadi, mulutnya dilem saja. Saya punya lem yang sekali dioleskan tak bisa dilepaskan. Hubungi saya kalau perlu satu tube.

6. Terima saja manusia itu apa adanya. Jangan ada harapan dalam berteman. Tak ada gunanya. Menerima itu gampang dikatakan, susah dilakoni. Itu pekerjaan rumah kalau Anda mau berteman. Bukankah dalam hidup ada harga dan risiko yang harus Anda bayar dan tanggung?

7. Buat jarak dengan teman. Itu penting. Kalau tidak, keretakan pertemanan lebih mudah terjadi. Makanya jangan pernah mencintai manusia 100 persen. Mereka bisa mengecewakan. Seratus persen itu cuma buat Sang Khalik. Ditanggung tak pernah mengecewakan.

8. Pilih teman Anda. Itu perlu. Kalau bisa yang membuat Anda maju ke depan dan tidak mundur ke belakang. Maksud saya, maju ke depan itu bukan ke depan jurang juga.

sebuah memori #1

oleh Fredy Ardiwinata pada 03 Januari 2010 jam 21:21

Sore itu seorang bocah sedang bermain dengan asiknya. Sebuah mobil mainan, tiruan dari bmw seri 3.5.2 berwarna hitam metalik ia pegang begitu erat. Seolah tak ingin kehilangan mainan tersebut anak itu tak mengijinkan saudara-saudaranya untuk menyentuhnya. Ia pun tak mengijinkan orang tuanya untuk meletekan mainan itu ditempat mainan lainnya selain di box tempat mobil itu bisa aman di benak si anak.
Dua tahun berlalu anak tersebut tak pernah menginginkan mainan baru, ia tetap menjaga mobil mainan bmw seri 3.5.2. ia pun menjaganya dan merawat mainan tersebut nyaris tanpa lecet sedikitpun, hampir sama persis ketika mainan tersebut ia dapatkan sebagai kado hadiah dari sang ayah. Bahkan saat usianya sembilan belas tahun pun, mainan tersbut masih terawat.

Dan 12 tahun kemudian ditempat yang sama, di pagi hari terdengar suatu percakapan,
“Apa kamu masih ingat semua ini?” suara dengan nada sedikit berat dari seorang lelaki paroh baya.
“aku tidak tahu,” gumam seorang lelaki muda dengan nada khas tempramen seorang pemuda sembilanbelas tahun.
Pemuda itu, ya ia bocah kecil yang sangat menjaga mainan kesayangannya itu. Nampaknya ia mengalami suatu perdebatan dengan seorang yang lebih usianya beberapa generasi diatasnya. Sejenak suasana hening berganti dengan perdebatan yang tak berujung.
“kenapa kau pergi waktu itu? Apakah karena aku nakal dan tak bisa diatur sehingga kau pergi dan meninggalkan aku, sementara kau hanya membawa sikecil raiden?” suara parau si pemuda terdengar sangat emosional dan menyiratkan bahwa ia butuh jawaban itu dan telah memendamnya selama ini.
“aku tahu aku tampak bodoh” pemuda itu melanjutkan pembicaraannya. “aku tahu kamu juga menganggap ku begitu.”
“tidak.” Jawab pria paruh baya itu sedikit getir seakan penuh penyesalan.
“Ya.” Kata pemuda itu. “kamu begitu. Setiap orang juga bahkan, aku sendiri.” Pemuda itu menggerakan jari kirinya disela-sela rambutnya, dan menaikannya keatas. “jika aku seperti ini tentu aku berbeda, aku Cuma tidak ingin terlihat seperti aku, tidak apa-apa bagiku terlihat bodoh, jika itu bisa membuatku jadi orang lain.” Begitu polos pemuda itu menjawab, seolah suara paraunya menghilang dan berganti dengan suara bernada angkuh.
“heudy, kamu masih sangat kecil waktu itu.” Terdengar suara pria paroh baya tersebut berusaha menenangkannya. Namun sebelum pria itu bicara lebih lanjut, heudy memotongnya.
“mengapa??? Mengapa kamu membawa raiden, dan meninggalkan aku sendirian. Papa tidak adil.” Kalimat terakhir terdengar secara sengaja menggunakan bentuk dalam bahasa ingris present-tense, menggemakan pola khas pembicaraan heudy pada masih kanak-kanak.
“aku bisa mengerti,” kata pria yang ternyata adalah ayah heudy. “pasti kesepian sekali rasanya, ditinggal sendirian seperti itu, sedang kamu masih terlalu kecil.”
“ya” suara heudy terdengar pelan, seakan-akan tidak keluar dari tubuhnya. “memang.”
“waktu papah pergi dan membawa raiden pergi, bukan berarti papah tidak sayang terhadapmu nak, papah tahu papah salah.” Kalimat pengakuan dari seorang ayah yang pergi meninggalknya.
“Lalu sekarang apa yang kau harapkan dari ku?” heudy nampak ingin mengakhiri pembicaraan ini, namun sorot matanya terlihat jelas bahwa ini belum usai. Heudy masih menyimpan rasa benci yang ia simpan rapi selama ini. “kamu pikir, kamu membuat saya lebih baik dengan saat ini kamu datang kerumah ini, rumah dimana kamu dulu pergi dan membiarkan aku sendiri dan terpenjara dalam trauma masa laluku karena kehilangan kamu?? Apa kamu pikir ini bisa mengobati semua rasa kesepian yang kamu ambil selama belasan tahun, aku terbiasa hidup tanpa kamu. Kamu menjebakku dalam situasi ini. Sama seperti yang kamu lakukan ketika menjebaku saat umurku lima tahun, kamu sengaja memberikan aku kenangan indah dengan memberikan mainan kesukaanku dan kamu pergi dengan adikku. Kamu membuatku merasa begitu berharga dan kemudian apa yang kamu lakukan??? Dan sekarang kamu datang kesini disaat semua kenangan itu hampir hilang, kamu membuka rasa sakit yg telah lama aku ingin melupakannya. Dengan semua rasa trauma karena kehilangan mu, kamu sengaja membuatku seperti ini, selalu takut akan kehilangan, selalu merasa kesepian, kamu sengaja,” Heudy merengut, heudy seolah menahan airmatanya dan menarik nafas panjang, “padahal kamu tahu bahwa aku butuh kamu.”
“aku tidak bermaksud seperti itu heudy _____” Suara ayah heudy pelan dan berusaha menyela.
“kamu sengaja! Kamu sengaja pergi, kamu sengaja hanya membawa raiden dan meninggalkan aku dengan mainan sialan itu. Kamu menciptakan aku dari kubangan kotor dan membuatku berpikir bahwa aku berbau wangi seperti bunga dan kamu melemparkan aku kedalam kubangan yang lebih kotor dari kotoran hewan.”
“Aku sayang pada mu heudy, kamu anakku dan aku ayahmu.”
“kamu punya begitu banyak kekuasaan tuan ardwint, kamu tahu aku menyayangimu amat sangat, begitu dalam dan apa yang kamu lakukan?? Kamu mendorong aku keluar pintu dan meninggalkan aku.”
“heudy,, please,, ini papah,, papah kembali buat kamu nak.”
Suasana menjadi hening, heudy masih menarik nafasnya dalam-dalam menahan rasa benci dan kesepiannya selama ini. Matanya terlihat tidak fokus, berkali-kali heudy mengalihkan pandangannya menatap keatas untuk menahan air matanya, sebelum kembali menatap mata tuan ardwint dengan tatapan menantang seolah siap jika sesuatu hal terjadi ia akan siap bertempur.
Sementara, tuan ardwint ayah heudy,, menerima semua yang anaknya katakan, ia sadar selama ini telah membuat sang anak merasakan apa yang tak semestinya ia rasakan, dan ia sadar bahwa heudy mengalami hari-hari yang sangat sulit selama ini. Tuan ardwint selama ini memang tidak pernah bertemu dengan heudy, tapi selama itu pula tuan ardwint selalu mengikuti perkembangan puteranya itu,, dengan mendatangi tempat dimana heudy sering berkumpul maupun kepada walikelas heudy di sekolah. Tuan ardwint pun tahu bahwa heudy pernah didiagnostik mengalami mutisme elektik dan juga attention deffisit disorder.

wow.. ckckckckck lagi belajar bikin cerpen... mohon masukannya.... ckckckckck

Peran dan Fungsi masyarakat

Masyarakat, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Karena kita adalah bagian dari kata tersebut, eumh yakinkah dengan pernyataan tadi?? Saya sangat yakin. Namun apakah definisi dari masyarakat dan bagaimana serta seperti apa masyarakat itu?? Mungkin akan banyak definisi serta pengertian yang muncul baik dari para ahli sosial khusus sosiolog yang memang secara khusus mempelajari tentang masyarakat maupun dari individu lainnya dari berbagai keahlian yang berbeda dalam mendefinisikan masyarakat.
Kita coba lihat defini masyarakat menurut Gabriel Tarde (bapak Psikologi Sosial, 1842-1904), menurut tarde, masyarakat itu tidak lain dari pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu mengimitasi yang lain dan sebaliknya. Ahlinya lainnya yaitu Gustave le bon (1841-1932) yang terkenal dalam lapangan psikologi massa atau ilmu orang ramai. Masyarakat ialah suatu kumpulan dari banyak orang berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan suatu hubungan atau saling keterkaitan minat dan kepentingan bersama. Sedangkan Emile Durkheim (1858-1917) mendefinisikan masyarakat sebagai berikut “masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapan kolektif.
Dari pengertian-pengertian diatas, barangkali saya mencoba mengambil satu titik temu untuk menyamakan terlebih dahulu persepsi kita tentang masyarakat. Masyarakat menurut saya merupakan suatu sistem yang mengikat kehidupan orang-orang dan merupakan suatu lingkungan yang menguasai kehidupan yang didalam terjadi interaksi sosial secara langsung dan tidak langsung. Mengikat disini memiliki arti bahwa individu tidak bisa lepas dari kelompoknya karena memiliki satu keterikatan kebutuhan dengan individu lainnya. Sebagai contoh ketika seorang petani ingin menjual hasil pertaniannya maka secara langsung maupun tidak langsung ai akan mengadakan kontak dengan individu lainnya untuk menjual barangnya. Kemudian masyarakat menguasai kehidupan memiliki arti bahwa, dalam suatu kelompok atau kumpulan dari individu-individu akan terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang pada mulanya tidak terdapat pada diri individu namun lambat laun diberikan bahkan sering kali dipaksakan. Contoh,dalam masyarakat adat “tradisional” peran seorang kepala suku adalah sebagai pemegang adat, maka nilai-nilai atau norma yang diketahui oleh kepala suku menjadi norma umum yang diberlakukan dalam masyarakat. Atau dilingkungan masyarakat kita, dimana memaksakan norma yang berlaku untuk dipatuhi oleh setiap orang dilingkungan kita, sehingga muncul kaum-kaum marginal yang dianggap menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Lalu apa yang hendak saya sampaikan lewat tulisan ini?? Eumh yah,, barang kali apa yang akan saya utarakan hanya sebatas pengetahuan seorang yang belum tahu banyak tentang berbagai pengetahuan, tapi mencoba sedikit memberi kontribusi sebisa saya lewat media ini. Eumh beberapa waktu ini pikiran saya cukup tersita dengan berbagai hal yang terjadi dilingkungan saya, entah ini merupakan suatu degradasi moral atau apapun namanya itu. Dengan tulisan ini saya ingin berbagi berbagai hal yang belum saya ketaui untuk sama-sama belajar. Pertama dari tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa untuk mengetahui dan mempelajari tingkah laku seseorang, tidak cukup hanya pribadi individunya tapi kita seimbangkan dengan lingkungan dengan tempat dia tinggal, dengan sendiri kita akan menemukan seluk beluk psikologis seseorang. Contoh, seorang teman saya berasal sari daerah X, perilakunya amat sopan dan baik, dan pasti orang yang pertama kali bertemu dengan dia sepakat bahwa orang ini sangat sopan baik. Namun setelah kenal lebih jauh, ternyata penilaian saya berubah 180 derajat, bahkan bukan hanya saya yang berkata demikian tapi beberapa orang teman saya pun mengatakan dan merasakan hal yang sama dengan saya, setelah mengenal beberapa orang dari lingkungan yang sama dengan teman saya tersebut ternyata saya menemukan suatu persamaan diantara perilaku mereka. Apakah hal ini menggambarkan suatu pembenaran atas teori yang saya utarakan?? Saya pikir ya.
Hal lain yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah, hubungan yang baik sejak kecil antara invidu dan lingkungan masyarakat, hubungan baik dengan keluarga, antara anak-anak dan orang tua, antara kakak dan adik dalam keluarga, antara kawan-kawan sepermainan di sekolah dan seterusnya adalah kerangka-kerangka hubungan sosial individu dalam bermasyarakat. Penaman nilai-nilai dan norma yang baik serta mengajari anak untuk memiliki keterampilan sosial akang berdampak pada perkembangan anak, serta anak memiliki keterampilan human relationship yang baik. Sementara akhir-akhir ini banyak dari individu-individu seolah kehilangan keterampilan tersebut, banyak individu yang memiliki jiwa sosial sangat rendah, lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan sosial, rasa persaudaraan yang memudar, rasa nasionalisme yang luntur, apakah ini pengaruh dari norma dan nilai yang diajarkan keluarga dan masyarakat telah luntur atau norma saat ini tidak lagi dimengikat seperti dulu. Eumh mungkin ini yang orang sering bilang penurunan norma dan nilai. Ah entahlah, akan banyak sekali pemikiran-pemikiran yang terlontar disini ketika saya membahas hal ini. Hanya saja teringat akan sebuah ceramah di minggu pagi di sebuah masjid bahwa “falsafah hidup Rasullah adalah sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain”. Kemudian Ustad itu berkata, jika mengaku Umatnya sudahkah kita menjalankan apa yang dicontohkan oleh nya (Nabi Muhammad SAW) jangan sampai sholat kita hanya sebatas ritual yang tidak memiliki kedalam makna yang merasuk kedalam hati sanubari, sehingga hati kita tertutup oleh kabut gelap dan sholat kita menjadi sia-sia belaka. Semoga kita tetap berada dijalan yang benar dan tidak termasuk golongan orang-orang fasik. Amin.
Lanjut ke tulisan sebelumnya, eumh barangkali saya belum bisa memberikan solusi besar, tapi ini yang saya pikirkan saat ini.
1. Sebagai seorang ibu, sudahkah mendidik anak-anak kita untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang baik dalam masyarakat?? Atau mungkin sebagai seorang ibu, terlalu sibuk dengan pekerjaan sebagai wanita karier sehingga melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Atau sibuk arisan dan pergi kesalon,, eumh,, “maaf tidak bermaksud mendiskreditkan para ibu, hanya saja banyak dari murid-murid saya mengeluhkan tentang ibu mereka yang bekerja dan kurang memperhatikan kebutuhan dasar dari anak, yaitu kasih sayang. “maaf sekali lagi tidak bermaksud untuk mendiskreditkan para ibu, karena saya yakin betul surga itu ada ditelapak kaki ibu. Sehingga sangatlah berdosa orang yang telah membuat hati seorang ibu terluka bahkan meteskan airmata. Sungguh amat berdosa orang tersebut.
2. Ayah, seorang ayah memiliki kecenderungan untuk kaku ketika berkomunikasi dengan anaknya, sehingga sering kali menimbulkan perselisihan dengan anak, tugas seorang ayah bukan hanya memberi nafkah kepada istri dan anak, tapi lebih dari itu. Kasih sayang seorang ayah sangat diperlukan untuk keseimbangan jiwa seorang anak. So, sudahkan sosok ayah yang sejati ada dalam diri kita?? Eumh mari ita belajar mengerti dunia anak-anak, sudah sangat banyak anak-anak menjadi broken home karena sikap ayah yang tidak bersahabat dengan anak, jangan samapai kita menjadi bagian dari hal seperti itu.
3. Keluarga, bukankah setiap orang punya keluarga, disamping ayah, ibu dan kakak atau adik, ia pasti punya bibi, om, kakek nenek, sodara sepupu, ipar, ponakan. Keluarga adalah hal utama dalam membangun kerangka-kerangka seorang individu dalam memulai bermasyarakat. Lalu apa jadinya jika keluarrga tercerai berai, bukankah anak-anak yang akan jadi korban, so mari kawan jaga persaudaraan ita, ingat pepatah sunda mengatakan, “saburuk-burukna kai jati anggeur jati” yang artinya seburuk-buruknya keluarga, dia adalah keluarga kita, masih punya ikatan darah.
4. Teman, bahkan (maaf sebelumnya) seorang pelacur pun pasti punya teman. Hanya saja, apa yang bisa dilakukan oleh teman itu, apakah dia hanya diam saja melihat temannya sedang menuju lubang neraka, tentu sebagai seorang teman yang baik dan memiliki hati nurani sebagai manusia, ia akan berbuat sesuatu untuk mencegah hal itu. Bukankah telah dicontohkan oleh para sahabat nabi bagaimana suatu jalinan persahabatan itu bagaimana. Mari kawan kita jadi seorang yang lebih bertenggang rasa terhadap kawan-kawan kita, karena kita pun pasti akan membutuhkan nya, setidaknya kelak diakhirat ketika kita dihisab, kita akan memerlukan ucapan maaf dari kawan yang telah disakiti hatinya saat didunia.
5. Pemuka agama, eumh,, ya pemuka agama memiliki peranan sangat penting dalam menata kehidupan sosial,, namun saat ini peran mereka seakan luntur,, lalu apa saja yang mereka ajarkan saat ini, kenapa peran mereka bisa tergeser oleh roda jaman, bukan kah dalam islam Ulama itu pewaris para nabi, lalu kenapa saat ini nasehat-nasehat para ulama tidak dihiraukan bahkan cenderung dilecehkan?? Mari kita sama-sama merefleksikannya, bisa saja kita terlalu gelap hatinya sehingga tidak bisa menerima nasehat para alim ulama, namun bisa juga para alim ulama saat ini lebih mengedepankan popularitas, fashion dan keduniaan sehingga menimbulkan kekecewaan dimasyarakat, saya pikir sudah saat nya ulama kembali kepada khitahnya untuk menjadi penerus para nabi dengan cara-cara yang kreatif namun tidak menyimpang. Bukankah dulu wali sanga pun bisa, lalu buya hamka pun menjadi tokoh ulama yg kharismatik,,
6. Guru. . saya lebih suka menyebutnya dengan pendidik, ya, pendidik bukan pengajar. Apa saja yang mereka berikan dikelas?? Hanya sebatas teori saja kah yang diberikan, tanpa ada pembekalan tentang bagaimana teori digunakan untuk hal yang positif. Atau bahkan ketika dikelas tidak mengajarkan apa-apa, hanya dudk diam manis sambil menunggu bel pergantian jam usai lalu pulang mengambil gaji tanggal 1,, atau hanya mengejar dan menyuruh murid-murid untuk mendapat nilai yang bagus serta hanya mengukur prestasi murid dari nilai yang mereka raih.. eumh saya pikir tidak hanya demikian ,, sosok guru, memang suatu pekerjaan yang tidak sesimpel namanya,, hanya empat huruf memang,, tapi luar biasa tanggung jawab yang dipikulnya, salah memberi arahan dalam medidik, maka akan salah pula orang yang ia didik.. oleh karena itu guru harus memiliki jiwa pengabdi yang tinggi, apalagi sekarang sudah ada sertifikasi bagi guru yang katanya meningkatkan kesejahteraan guru, seharusnya di imbangi juga dengan kualitas mengajar yang lebih baik oleh para guru. Saya yakin guru-guru di Indonesia penuh dengan kebesaran jiwa dan akan menjadi pendidik yang baik. Amin.
7. Pejabat Pemerintah dan pemerintahannya,, lembaga formal yang menjaga keberlangsungan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun apa yang terlihat saat ini,, eumh tidak banyak kata yang akan tertulis disini,,, hanya saja bukankah kalian telah dibayar mahal oleh rakyat untuk tugas ini,, lalu jika rakyat tidak kunjung sejahter,, apa saja yang telah kalian lakukan,, apakah anggota dewan pekerjaannya tidur di gedung dewan?? Ataukah seorang walikota pekerjaan nya menghamburkan-hamburkan uang rakyat untuk proyek yang hanya menambah sengsara rakyat.. haloo.. kalian dibayar mahal rakyat untuk bekerja dan mengabdi kepada rakyat,, maka jadilah pejabat yang mengayomi rakyatnya. Dalam hal ini sy pernah dengar, serahkan segala urusan pada ahlinya,, itu memang benar... jika tidak ahli,, lebih baik para pejabat yang ada itu mundur saja, karena saya pikir masih banyak yang lebih layak duduk dikursi pemerintahan dan bisa dengan benar mengurusi rakyatnya. Dan bekerja penuh pengabdian adalah kunci utamanya..
8. Pihak lainnya yang terkait,, pengusaha, pelaku bisnis, kontraktor, buruh,dan lain sebagai nya,, masing punya peran dalam membangun suatu masyarakat... oleh karena itu alangkah bijak dan baiknya jika kita berperan sebaik-baiknya dalam menjalankan fungsi kita dalam masyarakat.
Wah wah,, eumh kalau dilanjutin ga bakal habis habis... eumh,, mungkin saat ini hanya sebatas ini yang bisa saya sampaikan,, mari kawan, rekan, bapak, ibu, sodara-sodara semua. Kita cipatakan suatu masyarakat yang damai, masyarakat yang harmonis dan kita minimalisasikan perpecahan diantara kita demi kesejahteraan bersama.
Terakhir kutipan yang diambil dari tafsir La tahzan
Janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya bisa kita tutupi dengan kebaikannya yang lebih banyak, anda menjadi jauh dari seseorang yang pernah anda puji latar belakangnya, yang pernah anda terima kehidupannya, yang pernah anda ketahui kemuliaannya, dan yang pernah anda ketahui kemampuan berfikirnya.
Karena anda tidak akan mendapatkan seorang pun yang sopan tanpa aib atau dosa. Coba posisikan diri anda dalam posisinya, tidaklah anda terpaksa harus melihatnya dengan ainur ridha dan tidak menilainya dengan kaca mata hawa nafsu ketika anda menempatkan diri anda dalam posisinya dan menilainya, ada sesuatu yang dapat membantu apa yang sudah inginkan dan mendekatkan diri anda kepada orang yang melakukan dosa ini.
Dan sebuah bait tak bertuan,, untuk menutup tulisan ini
Wahai Tuhan, engkaulah yang memasukan aku dengan baik-baik maka keluarkan pula dengan baik-baik.
Wahai Tuhan, engkaulah yang mengetahui bahwa diri ini mencintai perjuangan ini, maka pahamkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya saya mencintainya.
Wahai Tuhan, cintamu,nikmatnya berada dalam kekurangan ini maka sadarkanlah diri ini agar dapat tetap menikmatinya.
Semuanya telah berlalu, menjadi sebuah kenangan indah maka jangan Kau beri kami lupa atas apa yang telah terjadi. (Al-Itsar)


Sejenak kuterkenang hakikat perjuangan penuh onak dan cabaran
Bersama teman-teman arungi kehidupan oh indahnya

Berat rasanya di dalam jiwa untuk melangkah meninggalkan semua
Kasih dan cintaa…yang terbina ia kan selamanya
Selamat berjuang sahabatku
Semoga Allah berkatimu
Kenangan indah bersamamu tak kubiar ia berlalu
Berjuanglah hingga ke akhirnya
Dan ingatlah semua ikrar kita

Semoga bermanfaat,,, masukan dan kritik nya sangat ditunggu untuk perbaikan diri saya pribadi dan untuk kebaikan bersama.

Sumber Redaksi:
Psikologi Sosial, Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych.
Catatan Kuliah Sang Autismo
Buku komunikasi MH

Perkembangan Moral pada Individu

.....

Eumh,, mungkin tulisan ini di ambil dan dibuat ketika saya melihat berbagai peristiwa dimana saat ini banyak individu seolah kehilangan nilai-nilai moral mereka sebagai mahluk hidup, lebih jauh mereka menyebut dirinya sebagai manusia yang memiliki hati???? Eumh benarkah mereka memiliki hati??? Ckckckckc jawabannya ada ditulisan dibawah ini,,
Pertama barang kali saya ingin mulai dengan membahas arti perkembangan moral itu apa?? Dalam wiki pedia disebutan bahwa perkembangan moral adalah ukuran tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Lebih jauh kohlberg menyebutkan bahwa perkembangan moral seseorang terbagi atas enam tahapan, yaitu pra-konvensional (orientasi kepatuhan dan hukuman serta orientasi minat pribadi), konvensional (orientasi keserasian interpersonal dan konformitas serta orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial), tingkat terkahir adalah tahap pasca konvensional (orientasi kontrak sosial dan prinsip etika universal).
Tingkat pertama yaitu tingkat pra-konvensional,, tingkat ini merupakan moral pada tingkat anak-anak, dimana pada masa anak-anak menilai moralitas dari suatu tindakan langsung berdasarkan konsekuensinya. Ya meskipun orang yang mengaku telah dewasa juga dapat menunjukan penalaran yang sama, dan itu anda bisa menilai nya sendiri bagaimana orang tersebut. Tingkat ini terbagi dalam dua tahapan yaitu :
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman. Dalam tahap ini individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukan nya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Eumh pada tahapan ini individu belum mengetahui sudut pandang orang lain dan belum bisa menerima bahwa sudut pandang orang lain berbeda dengan sudut pandang dirinya, jika diistilahkan akan seperti ini “ketika seorang individu (dalam hal ini anak-anak) melihat teman sepermainannya tidak bersemangat, individu tersebut akan berkata apa yang salah dengan dia.” ya karena kohlberg menyebutkan dalam tahap ini sebagai tahap otoriterisme.. eumh kebayang bukan kalo sampai menjelang dewasa seseorang masih pada tahap ini.. wah bisa gawat... ckckckc
2. Tahap kedua adalah, orientasi minat pribadi. Barangkali bisa disebutkan tahap ini menempati apa untung nya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang diminatinya. Penalaran dalam tahap dua ini cenderung untuk mengambil keuntungan pribadi dan kurang menunjukan perhatian pada kebutuhan orang lain, andai pun ada perhatian terhadap orang lain hanya bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri.
Jika diibaratkan dalam tingkat pertama ini, individu masih mementingkan egosentrisme. Wajar, karena tingkat ini terjadi pada masa anak-anak, namun menjadi tidak wajar jika seorang yang sudah merasa cukup umur dan merasa dirinya dewasa masih berada pada tingkat moral ini. Wah gawat... ckckckckc
Selanjutnya tingkat konvensional, umumnya ada pasa seorang remaja atau dewasa. Orang pada tingkat ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya pada pandangan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
3. Dalam tahapan tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidak setujuan dari orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan lingkungan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Penalaran pada tahap ketiga ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, dan mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terima kasih dan golden rule. keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas masih terbatas pada pemikiran bahwa dengan melakukan hal tersebut akan membantu peran sosial yang stereotip, maksudnya adalah suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran tahap ini, mereka bermaksud baik.
4. Pada tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan dan konvensi atau bahasa sederhana nya adalah janji atau perjanjian. Pada tahap ini individu merasa berguna melakukan melakukan hal tersebut karena akan memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap ini lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga, kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang melanggar hukum, maka secara moral ia bersalah, sehingga celaan menjadi faktor yang eumh,, signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dan yang baik.

Tingkat pasca konvensional, atau dikenal juga sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dalam perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum persepektif masyarakat. Akibatnya “hakekat diri mendahului orang lain” ini membuat tingkat pasca konvensional sering tertukar dengan tingkat pra konvensional. Ckckckck eumh klo orang bilang saat kita tua nanti, kita kembali kayak anak-anak.. ckckckck peace,, no offense to all of you brad...
5. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai sosok yang memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda dan menjadi penting, bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Karena kenyataanya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut. Oleh karena itu hukum dipandang sebagai suatu kontrak sosial bukan sebagai keputusan yang kaku. Hukum atau aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu, demi terpenuhinya kebaikan bersama dan sebanyak-banyaknya orang. Hal ini diperoleh melalui keputusan mayoritas dan kompromi.. eumh,, namun untuk mencapai tahap ini nampaknya akan susah bagi orang yang tidak terbuka cara berpikirnya dan lebih mementingkan kepentingan pribadi dalam menjalani interaksi sosial maupun mengadakan suatu human relationship.. ckckckckck peace lagi ah... hahahahaha
6. Dalam tahap enam, penalaran moral seseorang berdasarkan pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum atau aturan hanya berlaku bila berdasar pada keadilan dan komitmen terhadap keadilan, juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum atau aturan yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotesis atau kondisional. Hal ini dilakukan dengan membayang apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga dilakukan bila berpikiran sama. Seseorang bertindak karena hal itu benar dan bukan ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal atau sudah disetujui sebelumnya. Dan ini lah tahap terakhir perkembangan karir menurut kohlberg, meskipun nampak orang akan sangat sukar mencapai tahap ini, bahkan saya berani mengatakan bahwa orang yang tidak open minded tidak akan lolos pada tahap dua. Karena kenapa, karena orang tersebut memiliki egosentrisme yang tinggi dan tidak terbuka wawasannya. Hanya berkutat pada nilai-nilai yang dimilikinya tanpa mengembangkan wawasan dan pengetahuannya tentang nilai-nilai yang terus berkembang setiap saat. Ckckckckc

Sumber Redaksi:
Wiki pedia.com
Catatan kuliah sang autismo
Hati dan Nurani sebagai penyeimbang... ckckckckc

lingkungan dan perkembangan anak-anak

Kemiskinan bukanlah sepenuhnya sebuah nasib; sampai taraf tertentu kita bisa berusaha untuk mengubah kondisi ekonomi kita atau mereka ulang persepsi kita akan apa sesungguhnya ‘kaya’ itu. Di sisi lain, lahir dalam kemiskinan adalah takdir; kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari orangtua yang milyuner atau melarat.

Beberapa dari mereka yang kurang seberuntung kita (yang cukup ‘makmur’ untuk bisa mengakses blog) harus tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif bagi perkembangan jiwa mereka. Apa saja sebenarnya kekurangan psikologis dari lingkungan yang miskin itu, dan apa dampak negatifnya secara spesifik bagi anak-anak kita?

Berbagai penelitian psikologi telah mengkonfirmasi bahwa kondisi lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak pada ranah akademik dan perilaku. Dalam studi meta-analisis yang dilakukan Leventhal dan Brooks-Gunn (semua referensi dalam artikel ini bersumber dari Hart, Atkins, & Matsuba, 2008, kecuali disebutkan kemudian), indikator ekonomi merupakan prediktor lingkungan yang paling akurat untuk memperkirakan keberhasilan perkembangan anak.

Jika sebuah lingkungan kemudian dikatakan miskin secara ekonomi, apa saja aspek-aspek dari lingkungan tersebut yang dapat mempengaruhi perkembangan anak? Beberapa penelitian menyebutkan antara lain tingginya tingkat kriminalitas, kebisingan, dan kondisi perumahan yang kumuh. Selain itu, lingkungan semacam ini juga pada umumnya memiliki kontrol sosial yang lemah dan konsensus yang lebih longgar terhadap norma-norma yang berlaku.

Sekarang coba bayangkan anda tinggal di lingkungan yang semacam itu. Satu hal yang sudah jelas akan anda alami, dan ini juga sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian, adalah tingkat stres yang lebih tinggi pada semua orang. Pada orangtua, stres yang didapat dari lingkungan, ditambah dengan tekanan pekerjaan atau urusan sehari-hari lainnya, akan membuahkan depresi yang mengurangi kualitas dukungan emosional dan intelektual yang dapat mereka berikan kepada anak-anak mereka di rumah.

Bagi anak-anak sendiri, stres dan kecemasan yang mereka dapatkan dari lingkungan dapat lebih merusak dan bertahan lama dibanding orang dewasa, bahkan setelah mereka tidak hidup dalam kemiskinan lagi. Diperkuat oleh pengasuhan yang kurang dari orangtua dan kontrol yang lemah dari lingkungan, stres ini dapat menggiring mereka pada berbagai masalah perilaku seperti kenakalan (delinquent) dan perilaku antisosial (beda dengan asosial lho ya…perilaku antisosial sudah nyrempet-nyrempet kriminal).

Tak hanya perilaku mereka yang terpengaruh. Menurut beberapa penelitian, dibandingkan dengan mereka yang tumbuh di lingkungan menengah ke atas, anak-anak di lingkungan miskin lebih sulit menahan diri (delayed gratification), resiliensi (kemampuan menghadapi stres dan tantangan hidup) yang lebih rendah, lebih aktif secara seksual, dan juga lebih tidak mengindahkan metode-metode pengaman yang dapat mencegah kehamilan atau penyakit menular seksual.

Melihat berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari lingkungan miskin, saya rasa sudah tepat kalau beberapa program sosial bagi kaum marginal lebih memfokuskan pada anak-anaknya, yaitu dengan memberikan mereka sedikit lingkungan yang dapat mendukung perkembangan intelektual dan emosional mereka, misalnya dalam bentuk sekolah alternatif atau rumah singgah. Mungkin hal itu tidak dapat serta-merta membuat mereka tidak miskin lagi secara ekonomi, tapi setidaknya memberikan mereka keahlian-keahlian yang dibutuhkan untuk secara mandiri keluar dari lingkaran setan kemiskinan.

Sumber:

Hart, D., Atkins, R., & Matsuba, M. K. (2008). The Association of Neighborhood Poverty with Personality Change in Childhood. Journal of Personality and Social Psychology, 94(6), 1048-1061.

All about ADHD

ADHD (Anak) ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) in children

DEFINISI

ADHD atau Attention-deficit/hyperactivity disorder merupakan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik pada jutaan anak-anak dan seringkali berlanjut sampai dewasa. Ada dua aspek utama dalam ADHD, yaitu kesulitan untuk memusatkan perhatian dan kebiasaan hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) – impulsif (kesulitan untuk menunda respon / dorongan untuk melakukan / mengatakan sesuatu yang tidak sabar).

Anak-anak dengan penyakit ADHD ini mengalami kepercayaan diri yang rendah, masalah dalam berinteraksi dengan orang lain dan rendahnya kemampuan di sekolah. GEJALA

Tanda dan gejala kesulitan untuk memusatkan perhatian yang dapat terjadi :

• Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal-hal yang detil ataupun ketidakpedulian jika berbuat kesalahan dalam berbagai aktivitas.• Sering memiliki masalah dalam mempertahankan perhatian pada pekerjaan atau ketika bermain.• Tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung.• Susah mengikuti petunjuk yang diberikan dan sering gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah ataupun tugas-tugas lainnya.• Sering gagal dalam hal pengaturan tugas maupun aktifitas lainnya.• Menghindari atau tidak menyukai tugas-tugas yang membutuhkan upaya mental secara terus menerus seperti halnya tugas sekolah maupun pekerjaan rumah.• Sering kehilangan sesuatu yang sedang dikerjakan, seperti buku, pensil, mainan, ataupun peralatan lainnya.• Mudah bingung.• Sering lupa.

Tanda dan gejala hiperaktif (perilaku yang tidak bisa diam) dan kebiasaan impulsif (kesulitan untuk menunda respon / dorongan untuk melakukan / mengatakan sesuatu yang tidak sabar) yang dapat terjadi :• Sering gelisah.• Sering meninggalkan kursi di kelas atau pada situasi lain yang mengharapkan ia untuk duduk.• Sering berlari atau memanjat, bertingkah secara berlebihan, atau jika ia remaja akan merasa gelisah secara berkelanjutan.• Sulit untuk bermain dengan tenang.• Selalu merasa harus pergi.• Berbicara secara berlebihan.• Menjawab secara berlebihan sebelum pertanyaan yang diberikan selesai dikatakan.• Sulit untuk menunggu giliran.• Sering mengganggu orang lain dalam pembicaraan atau permainan.

Kebiasaan ADHD bisa berbeda pada anak perempuan dan anak laki-laki :• Anak laki-laki lebih terlihat hiperaktif, sedangkan pada anak perempuan sering memperlihatkan kealpaan.• Pada anak perempuan yang kesulitan dalam memberikan perhatian sering tenggelam dalam imajinasi, tetapi pada anak laki-laki bertingkah tanpa tujuan atau selalu bermain.• Anak laki-laki cenderung kurang mau mengalah terhadap guru atau orang dewasa lainnya, sehingga kebiasaan itu sering menjadikannya terlihat menonjol.

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab• Berubahnya fungsi dan anatomi otakUntuk sementara, penyebab pasti dari ADHD masih menjadi misteri. Pengamatan terhadap otak mengungkapkan perbedaan penting pada struktur dan aktifitas otak pada orang normal dan orang dengan ADHD. Sebagai contoh, berkurangnya aktivitas pada area di otak yang mengontrol aktivitas dan perhatian.

• KeturunanADHD cenderung menurun dalam keluarga.

• Ibu yang merokok, penggunaan obat-obatan dan zat beracun lainnya.Wanita hamil yang merokok memiliki peningkatan risiko memiliki anak dengan ADHD. Alkohol atau obat-obatan yang digunakan ketika hamil juga dapat menurunkan aktivitas dari sel saraf yang menghasilkan neurotransmitter . Wanita hamil yang terkena racun dari lingkungan, seperti polychlorinated biphenyls (PCBs), juga memungkinkan untuk memiliki anak dengan gejala ADHD. PCBs merupakan kimia industri yang digunakan secara luas sejak 1970an.

• Anak-anak yang terkena racun lingkungan.Anak-anak pra sekolah yang terkena racun tertentu memiliki peningkatan risiko terkena ADHD. Misalnya racun PCBs.

Faktor risiko• Ibu yang terkena racun (toksin) pada saat hamil.• Merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obat-obatan ketika hamil.• Faktor keluarga dengan sejarah ADHD (keturunan) atau faktor perilaku tertentu dan rusaknya suasana hati.• Kelahiran prematur

PencegahanTidak ada cara untuk mencegah ADHD. Tapi juga ada beberapa langkah yang mungkin dapat menolong untuk mencegah penyebab ADHD dan memastikan anak-anak anda sedapat mungkin sehat secara fisik, mental, dan emosional :• Saat hamil, hindari segala sesuatu yang dapat membahayakan perkembangan janin. Jangan minum minuman beralkohol, merokok atau menggunakan obat-obatan.• Lindungi anak-anak anda dari polutan dan racun, termasuk asap rokok, kimia industri dan pertanian, dan kimia cat (pada beberapa gedung tua).• Selalu konsisten, buat batasan dan konsekuensinya secara jelas dari kebiasaan yang ditanamkan pada anak anda.• Ambil rutinitas kebersamaan anda dengan anak anda dengan ekspektasi yang jelas termasuk halnya waktu tidur, pada pagi hari, saat makan, saat memberikan tugas-tugas yang sederhana, dan saat untuk menonton.• Hindari hal lain yang anda kerjakan ketika berbicara dengan anak anda, buat kontak mata ketika memberikan petunjuk, dan puji anak anda setiap waktu setiap hari.• Berkerjasama dengan guru dan pengasuh untuk mengidentifikasi masalah sejak dini. Jika anak anda mengalami ADHD atau kondisi lain yang mengganggu belajarnya dan interaksi sosialnya, penanganan secara dini dapat menurunkan dampak dari kondisi tersebut.



sumber. http://health.kompas.com/direktori/yourbody/1

Taya anjeun

wewengkon tuangRama...
bandung 21022010

Wanci teu karasa terus melesat, enya hirupmah lir balebat

“bagea… kembang balebat, ditaman mandala purwa. Naon bacaeun ayeuna, maca beurang ku beurangna, ngaji peuting ku peutingna dereseun na papantunan. Da hirup ngan sakolebat, diudag-udag balebat, ditutur-tutur ku layung ngalungsar diperjalanaaaan….., Naon Bacaeun isukan ?, Saha nu terang”

enya satemena, ari dina lengkah-lengkah hiji manusa anu hirup kumbuh dina kahirupan waktu teh teu karasa,… mmhh ku sibuk tea meureun da ari keur sawareh deui mah mangsa teh asa nyangsaya teu maju-maju ukur cicing dina dimensi rohang panglamunan.

Aya nu datang, aya anu miang … geus ilaharna....

Cimata kuring

: pelog

duh… layung ngempur

titipan kuring ti gunung

ngagalindeng lagu gandrung

Apan eta sora urang

nembangkeun asih kasmaran

apan eta sora urang nu anteng na panineungan

duh … hiliwir angin

ngoyagkeun kembang arusik

ngegeterkeun lelembutan

apan eta batin urang

nu eling silih langlangan

apan eta batin urang

nu sono silih longokan

basa langit geus reupreupan

nu gandrung kasilih liwung

aya renghap rarandegan

harewos halon pisan

nu miang taya raratan

basa peuting simpe jempling

baluweng leungit hariring

hujan ngecrek sapeupeuting

caina cimata kuring

duh … cimata kuring


Mun seug anjeun di dieu.

Hayang teuing matrikeun peradaban purba dina hate

nu ngarileu sab kaendahan salilana miyuni kala

Sajarah ukur dongeng nu diayun-ambing biwir garing

Mun seug anjeun di dieu. Bakal karampa hate-hate

nu raca nyangkaruk di pilemburan rumasuk dina

heab kalamangsa. Diri nu bolostrong diajenan

sapuruluk kencring nu dianggit dina jurit ideologi

Taya bayana nalian kayakinan nu teu dikadalian

Mun seug anjeun di dieu. Naha saresmi ngahegak nepi ka

dieu? Kapan orgasmus ukur udagan bet netetaraje teu

dipalire. Heup bae rek dikumahakeun

Urang: Arca budaya –hate nu ngabatu

Hanjakal

Taya anjeun

hanjakal teu aya anjeuna ayeumah,, da biasana mah anjeuna sok sasarengan sareng simkuring teh... mugia gusti maparin kasehatan sareng kabagjaan kanggo anjeuna...

Profile of the Sociopath

Manipulative and Conning
They never recognize the rights of others and see their self-serving
behaviors as permissible. They appear to be charming, yet are covertly
hostile and domineering, seeing their victim as merely an instrument
to be used. They may dominate and humiliate their victims.


Grandiose Sense of Self
Feels entitled to certain things as "their right."


Pathological Lying
Has no problem lying coolly and easily and it is almost impossible for
them to be truthful on a consistent basis. Can create, and get caught
up in, a complex belief about their own powers and abilities.
Extremely convincing and even able to pass lie detector tests.


Lack of Remorse, Shame or Guilt
A deep seated rage, which is split off and repressed, is at their
core. Does not see others around them as people, but only as targets
and opportunities. Instead of friends, they have victims and
accomplices who end up as victims. The end always justifies the means
and they let nothing stand in their way.


Shallow Emotions
When they show what seems to be warmth, joy, love and compassion it is
more feigned than experienced and serves an ulterior motive. Outraged
by insignificant matters, yet remaining unmoved and cold by what would
upset a normal person. Since they are not genuine, neither are their
promises.


Incapacity for Love


Need for Stimulation
Living on the edge. Verbal outbursts and physical punishments are
normal. Promiscuity and gambling are common.


Callousness/Lack of Empathy
Unable to empathize with the pain of their victims, having only
contempt for others' feelings of distress and readily taking advantage
of them.


Poor Behavioral Controls/Impulsive Nature
Rage and abuse, alternating with small expressions of love and
approval produce an addictive cycle for abuser and abused, as well as
creating hopelessness in the victim. Believe they are all-powerful,
all-knowing, entitled to every wish, no sense of personal boundaries,
no concern for their impact on others.


Early Behavior Problems/Juvenile Delinquency
Usually has a history of behavioral and academic difficulties, yet
"gets by" by conning others. Problems in making and keeping friends;
aberrant behaviors such as cruelty to people or animals, stealing,
etc.


Irresponsibility/Unreliability
Not concerned about wrecking others' lives and dreams. Oblivious or
indifferent to the devastation they cause. Does not accept blame
themselves, but blames others, even for acts they obviously
committed.


Promiscuous Sexual Behavior/Infidelity
Promiscuity, child sexual abuse, rape and sexual acting out of all
sorts.


Lack of Realistic Life Plan/Parasitic Lifestyle
Tends to move around a lot or makes all encompassing promises for the
future, poor work ethic but exploits others effectively.


Criminal or Entrepreneurial Versatility
Changes their image as needed to avoid prosecution. Changes life story
readily.

--------------------------------------------------------------------------------

Other Related Qualities:

Contemptuous of those who seek to understand them
Does not perceive that anything is wrong with them
Authoritarian
Secretive
Paranoid
Only rarely in difficulty with the law, but seeks out situations where
their tyrannical behavior will be tolerated, condoned, or admired
Conventional appearance
Goal of enslavement of their victim(s)
Exercises despotic control over every aspect of the victim's life
Has an emotional need to justify their crimes and therefore needs
their victim's affirmation (respect, gratitude and love)
Ultimate goal is the creation of a willing victim
Incapable of real human attachment to another
Unable to feel remorse or guilt
Extreme narcissism and grandiose
May state readily that their goal is to rule the world

(The above traits are based on the psychopathy checklists of H.
Cleckley and R. Hare.)

http://www.mombu.com/medicine/psychology/t-profile-of-the-sociopath-3828079.html
Sendiri Menyepi tenggelam dalam renungan

Ingin Punya Banyak Teman? Ikuti Cara Ini

TRIBUNNEWS.COM - Anda heran mengapa ada orang yang begitu mudah berteman? Bahkan, ketika sedang menunggu giliran masuk ke ruang dokter, misalnya, tiba-tiba Anda menyadari teman Anda ini sudah ngobrol dengan semua orang di ruang tunggu. Mereka bahkan saling menyebut nama dan ngobrol seolah dengan teman lama.

Laura Gilbert, penulis freelance di sejumlah media seperti Maxim, Health, The Knot, dan Stuff, mengatakan, ada beberapa hal yang membuat orang mudah berteman dengan orang yang baru dijumpai. Anda bisa mencuri kiat-kiat yang mereka lakukan, lalu mengubah cara tersebut menjadi sifat-sifat Anda yang alami.

1. Tersenyum dan melambaikan tangan
Apa salahnya melontarkan senyuman lebih dulu pada orang yang sedang berpapasan dengan Anda? Gengsi, karena orang itu yunior Anda di kantor? Atau takut dikira naksir? Sudahlah, buang jauh-jauh pikiran tersebut. Tak usah takut bila Anda memberi pesan bahwa Anda ingin ngobrol dengannya, atau ingin tahu siapa dia. Tersenyumlah, lambaikan tangan, anggukkan kepala, apa saja yang memberi kesan Anda orang yang ramah.

Bila Anda bertemu seseorang yang tak dikenal, memberikan senyum juga akan membuatnya tahu bahwa ia boleh bercakap-cakap dengan Anda. Coba cara ini setiap kali Anda keluar dari rumah, misalnya, pada orang yang biasa Anda temui di kereta komuter, ibu-ibu di sebelah Anda yang sedang menawar harga barang di pasar, bahkan pada anak-anak yang sedang bermain. Setelah terbiasa melontarkan senyum, hal ini akan menjadi kebiasaan baru yang terjadi secara alami.

2. Membuka pembicaraan
Lagi-lagi, apa salahnya berbicara lebih pada orang yang belum Anda kenal? Setiap orang bisa saja menjawab pertanyaan, atau memberi respons pada komentar seseorang, tapi orang yang mudah berteman adalah yang biasa mengajak bercakap lebih dulu.

Menurut Susan RoAne, penulis How to Create Your Own Luck and What Do I Say Next, rahasia orang yang mudah berteman adalah menganggap hal-hal di sekitarnya sebagai peluang untuk mulai berbicara, dan bukannya menunggu disapa.

Untuk memecahkan keheningan atau suasana kaku dengan orang yang belum Anda kenal, mulailah dengan orang-orang yang jarang Anda ajak bicara. Misalnya, perempuan di antrean belakang Anda di konter check in bandara, atau bahkan CEO perusahaan yang tidak pernah Anda jumpai sehari-hari. Jangan menjadikan "tugas" ini sebagai beban. Tetap jadilah diri Anda sendiri. "Anda harus nyaman saat melakukannya. Kalau Anda harus berpikir apa yang harus dikatakan, Anda akan merasa ragu, dan momen itu akan lenyap," kata RoAne.

3. Gunakan pertanyaan terbuka
Ngomong-ngomong, apa sih yang bisa menjadi bahan pembicaraan dengan orang yang baru dikenal? Cari topik yang sama-sama Anda ketahui atau Anda rasakan di sekitar Anda. Misalnya, soal cuaca yang panas, atau billboard iklan yang menampakkan wajah bintang favorit Anda. Atau, topik yang sedang hangat dibicarakan di siaran televisi, misalnya, tentang pembatasan kendaraan pada jam-jam sibuk, atau soal program sale di berbagai mal di Jakarta.

Agar pembicaraan tidak sekadar menjadi basa-basi, tanyakan pendapat teman baru Anda itu. Lemparkan sebuah topik yang jawabannya akan lebih panjang daripada sekadar "ya" dan "tidak". Misalnya, Anda sedang berbelanja di supermarket. Ketimbang hanya mengatakan, "Waduh, mahalnya...", lebih baik tunjukkan kepedulian Anda dengan mengatakan, "Ya ampun, kayak gini harganya Rp 100.000? Apanya yang bikin mahal? Memangnya ini merek terkenal, ya?"

4. Berhenti bicara pada waktunya
Tidak ada orang yang senang mendengarkan orang lain yang hanya membicarakan dirinya sendiri. Maka, Anda harus tahu kapan harus berhenti dan memberi kesempatan orang tersebut bicara. Jangan lupa, setiap orang pasti senang bila dianggap memiliki pengetahuan yang luas. Tak usah meminta pendapatnya soal kebijakan pemerintah mengenai sesuatu hal. Saat Anda berada di kedai kopi, misalnya, coba minta pendapat orang di sebelah Anda, apa minuman yang cocok untuk Anda yang sebenarnya tak begitu suka kopi. Ia pasti akan senang memberitahukan informasi tersebut pada Anda.

Bila suatu saat Anda berkesempatan membuka obrolan dengan seseorang yang baru Anda kenal, lontarkan sedikitnya tiga pertanyaan. Hal itu akan memberikan celah pada orang lain untuk terbuka pada Anda, dan merasa dihargai. Ketika mereka merasa dihargai, mereka pasti akan berusaha ngobrol lebih banyak bersama Anda.