Dec 8, 2012

Sudut Pandang Ru Su dan Zu #4 "Monolog Perpisahan"

Bandung, 2009

Sudut Pandang Ru


Kuberjalan terus tanpa henti, kini diapun telah pergi
Ku berdoa ditengah indah dunia, kuberdoa untuk dia yang kurindukan
Kumohon untuk tetap tinggal dan jangan engkau pergi lagi
Berselimut ditengah dingin dunia, berselimut dengan dia yang kurindukan
Jangan pernah lupakan aku, jangan hilangkan diriku...

Jangan ada tangis,, jangan ada sedih
Selamat tinggal keluh kesah dalam perjalanan jiwa yang mengembara..
“ya, salam dari jiwaku yang lama tak bernyawa sepi, dengan sebatang rokok dan kelelawar malam datang menyambut sesosok manusia tanpa nurani terlahir kembali menjadi orang asing dalam dunianya."

Kubuka tulisan ini hanya sebagai pemuas jiwa..

Jangan ada duka, jangan ada luka
Selamat tinggal rasa bosan dalam perjalanan jiwa yang mengembara..
lewati belantara sunyi sendiri, lewati padang luas kering berbatu, lewati gelombang bencana yang dingin, lewati haru deru yang tak bergeming..

“tidak, cukuplah, biarkan hati ini bebas dari penjara tirani yang semakin menyiksa, tak ada lagi nurani, tak ada lagi hati, biarkan bias seperti warna pelangi yang tak pernah berujung sampai didasar bumi, dunia memang begini ada nya.”

Oh, rindu, rindu lagu tentang ketegaran jiwa
Oh  jiwa, jiwa yang menggeliat bukan gelisah
Jangan, menangis jangan bersedih lagi..
Jangan, berduka jangan terluka lagi...

“jiwa yang selalu haus akan petualangan, dunia yang berbeda, juga jiwa-jiwa yang berbeda. semua kandas, semua terhempas, orang bilang itu losting time, yach semua tak berasa, semua makna hilang, semua kebersamaan sia-sia belaka, satu tahun bahagia, tahun kedua bertemu duka dan tahun ketiga semua menjadi realita yang hampa akan makna. jiwa yang penuh semangat hilang terkekang dalam perjalanan konyol untuk memberi makna kepada kelelawar malam yang tak setia. Cukuplah semua tertawaan fatamorgana itu, cukup pula semua cercaan yang tak sengaja terhempas dalam nuansa persaingan reposisi dan dilema moral yang tak berujung pada kedamaian jiwa. Jangan ada lagi retorika dalam bahasa, biarkan jiwa merdeka, bebaslah nurani dari tikaman tirani tanpa dibumbui aroma khas kepentingan duniawi.

Rasa bosan, keluh kesah sudah pergi,
Perjalanan jiwa merdeka menanti...

“ impian, ekspektasi dan harapan, bersatu dalam irama waktu yang terbuang, penantian adalah usang, pengorbanan menjadi sampah yang menyakitkan, kesempatan tlah terbuang dalam nafas yang menyesakkan, irama waktu tlah menari mencemooh, semua tentang perbedaan, berbeda impian, berbeda ekspektasi, berbeda harapan."

"waktu, lagi dan lagi waktu mempermainkan jiwa yang lama tak bernyawa suka. album kenangan pun tlah terbuka jelas dan tergambar dalam penuh nya debu dan masa-masa yang tlah usang, hanya nada dan dawai dari alunan syahdu doa seorang wanita yang selalu membesarkan jiwa ini, ketegaran hatinya selalu membesarkan lemahnya jiwa, kesucian doanya membawa jiwa ini kedalam kedamain nurani,, sampai pada akhirnya jiwa ini kembali pada cahaya dimana ia akan berlari, dan meninggalkan pelabuhan kesunyian, meninggalkan para kalelawar yang membuatnya terpenjara sepi, melangkah untuk meninggalkan duri perjalanan, berlari penuh semangat, seperti sebelum 36 purnama yang tlah lalu.. kini jiwa ini bercahaya dalam doa, tersenyum dalam bahagia, dan merdeka dalam dunia yang tak seindah surga.”

**

Sudut Pandang Su


tak ada penyesalan datang dari awal cerita
dan penyesalan dari diri ini telah membawa seseorang kedalam dunia yang sulit untuk dimengerti terluka dan tersayat

jiwa ini terlalu egois untuk selalu hadirkan dia dalam bayangan diri ini
sampai akhirnya terasa sulit untuk memberikan yang terbaik untuk dirinya
sebelum penyesalan itu berlanjut dan membuatnya semakin terluka
aku ingin dia pergi dari bayangan diri ini

agar dia bisa tersenyum bahagia kembali seperti saat pertama ia dikenal
dan biarkan diri ini kosong dengan para kalelawar malam..
sebuah rumah sederhana di ujung sebuah kota tua
bunga itu layu bunga itu mekar


**

Sudut Pandang Zu


Sendirian kadang lebih menyenangkan, Dalam kesendirian kita bisa merasakan kebebasan, dalam kesendirian kita bisa menarik nafas dengan lega, dalam kesendirian kita bisa berpikir dengan lebih jernih dan rasional, dalam kesendirian kita bisa melepaskan segala beban yang telah lama bertumpuk dalam diri kita, dalam kesendirian kita bisa  mengisi kembali energi untuk memulai hidup pada esok hari.



Kadang kita tak sadar dengan waktu yang kita buang dengan sia-sia, waktu kita habis karena kita menunggu sahabat yang kadang datang terlambat, terbuang karena obrolan tak bermutu yang sebenarnya hanya mengulang dari apa yang telah di katakan pada hari-hari sebelumnya, Tercuri oleh jalan-jalan melelahkan tanpa tujuan.



Hidup adalah pilihan, tak semua ajakan harus kita penuhi dan kita terima, target yang ingin di capai hendaknya harus bisa menjadi prioritas utama kita dalam mengambil keputusan antara menerima atau menolak ajakan yang di ajukan. Menolak tidak selalu harus di artikan sebagai pemutusan jalinan terhadap apa yang telah kita rangkai. Kadang menolak bisa di artikan sebagai bukti bahwa kita memiliki pendirian dan prinsip yang teguh.

Malam sunyi,
untuk merah dan biru...
 

Hidup adalah pilihan, kesalahan dalam menentukan pilihan akan menimbulkan penyesalan yang tiada akhirnya di masa depan kelak. 









Penyesalan datang ketika telah melakukan perbuatan, tak ada penyesalan yang terjadi pada awal cerita, ia akan datang pada akhir dari sebuah cerita. Karenanya selalulah berhati-hati dalam menentukan pilihan.

Ingatlah……

Penyesalan datang dari,
Waktu yang tak pernah bisa di ulang  


No comments:

Post a Comment

Ayo semua...

jadikan hidup kita lebih berarti dan bermanfaat bagi kita
bagi dunia kita...

salam selalu untuk Kalian...