Pendahuluan
Setiap organisme tentunya akan mengalami
perkembangan selama hidupnya, dimana perkembangan individu ini sangat luas dan
kompleks. Dalam pembahasan ini kami
membatasi masalah yang akan kami sampaikan kedalam subbahasan untuk menyederhanakan
tentang perkembangan individu yang luas ini, diantaranya:
(a) Pengertian perkembangan; (b)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu; (c) Ciri dan tahap
perkembangan.
Bahasan yang pertama berusaha mencari
jawaban tentang inti atau hakekat perkembangan,
bahasan kedua berusaha mencari jawaban terhadap persoalan-persoalan
tentang hal-hal yang mendasari terjadinya perkembangan, sedangkan bahasan
ketiga menyampaikan beberapa ciri dan tahapan perkembangan menurut beberapa
ahli. Didalam makalah ini kami hanya
memaparkan secara dasar-dasarnya saja, sedangkan untuk permasalahan atau
pembahasan selanjutnya akan di sampaikan oleh kelompok lain.
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN
Pengertian perkembangan
Perkembangan adalah perubahan-perubahan
yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity)
yang berlangsung secara sistematik (Lefrancois, 1975:197) progresif (Witherington,
1952:57) dan berkesinambungan (Hurlock, 1956:7), baik mengenai fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).
Lafrancois (1975:80) berpendapat bahwa konsep perkembangan mempunyai
makna yang luas, mencakup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta
aspek-aspek fisik-psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan,
kematangan dan belajar atau pendidikan dan latihan.
MC. Leod. Berpendapat bahwa perkembangan adalah proses atau tahapan
pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
Pertumbuhan berarti tahap peningkatan sesuai dengan jumlah, ukuran, dan
arti pentingnya.
Menurut kamus besar, perkembangan adalah prihal berkembang (menjadi
besar, luas, dan banyak serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian,
pikiran, pengetahuan dsb.)
Menurut Drs. Muhibbin Syah, perkembangan yaitu rentetan perubahan
jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna.
Diatas merupakan beberapa arti perkembangan menurut beberapa ahli,
yang pada dasarnya mengarah kepada pengertian yang sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan individu adalah pembawaan (keturunan/heredity),
lingkungan (environment), dan kematangan (maturation).
1.
keturunan.
Keturunan merupakan faktor utama
dalam mempengaruhi perkembangan individu.
Keturunan ini dapat diartikan sebagai potensi yang dimiliki individu
sejak dalam masa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh seperma).
Penurunan sifat-sifat dari suatu
generasi ke generasi berikutnya adalah melalui prinsip-prinsip :
a.
Reproduksi, yaitu bahwa
penurunan sifat itu hanya berlangsung dengan melalui sel benih, artinya bahwa
manusia akan menurunkan manusia.
b.
Komformitas, yaitu proses
penurunan sipat itu mengikuti pola dari jenis (spesies) generasi sebelumnya,
misalnya manusia menurunkan sifat-sifat manusia pada anaknya.
c.
Variasi, yaitu bahwa proses penurunan
sifat-sifat itu akan terjadi beraneka ragam. Antara kakak dengan adik akan
terdapat perbedaan, meskipun berasal dari orang tua yang sama.
d.
Regresi filial, yaitu bahwa
penurunan sifat atau ciri itu cenderung ke arah rata-rata. Misalnya Indonesia berkulit sawo matang.
2.
Lingkungan.
Lingkungan adalah segala hal yang merangsang atau
mempengaruhi individu, sehingga individu tersebut terlibat/terpengaruh
karenanya. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi perkembangan individu tersebut karena dari lingkungan individu
akan mendapatkan mutu makanan, suasana dalam keluarga sikap-sikap orang
sekitarnya, dan suasana pendidikan baik formal maupun nonformal, dimana
kesemuanya itu akan mempengaruhi perkembangan individu tersebut.
Terhadap dua faktor di atas (keturunan dan
lingkungan), terdapat perbedaan pendapat para ahli, mengenai faktor mana yang
paling mempengaruhi perkembangan individu.
Perbedaan pendapat tersebut adalah :
a.
Nativisme (nativus = pembawaan)
Bahwa perkembangan individu itu semata-mata
ditentukan oleh sesuatu yang telah ada didalam individu tersebut yang dibawa
sejak lahir (pembawaan). Menurut
pendapat ini lingkungan tidak mempunyai peranan terhadap perkembangan individu
tersebut. Tokohnya yaitu Schoupenhowr (Jerman).
b.
Empirisme (empiri = pengalaman)
Bahwa perkembangan individu itu semata-mata
ditentukan oleh lingkungan. Tokohnya
yaitu Jhon Locke (Inggris), dengan teorinya yang disebut “Tabula rasa”, yaitu
yang menganggap, bahwa anak yang dilahirkan itu bagaikan kertas putih bersih,
yang belum kena coretan apapun.
c.
Konvergensi
Bahwa pembawaan dan lingkungan merupakan dua faktor
yang sama kuat menentukan perkembangan individu. Tokohmya yaitu Wiliam Stern
(Jerman).
3.
Kematangan
Kematangan merupakan faktor yang ketiga yang
mempengaruhi perkembangan individu.
Kematangan ini dapat diartikan sebagai berikut, yaitu siapnya suatu
fungsi kehidupan, baik fisik maupun fisikis untuk berkembang dan melakukan
tugasnya.
Secara singkatnya, keterkaitan antara ketiga faktor
tersebut dapat dilihat pada pormula berikut:
P (I) = f (H.E.T/M)
Artinya bahwa persons (individu)
merupakan hasil (fungsi) dari interaksi antara faktor-faktor Hereditas, Empirotment
(lingkungan), dan Time/Maturation (kematangan).
Ciri dan tahap perkembangan
Dibawah ini merupakan ciri dan tahap perkembangan
menurut beberapa ahli yaitu :
a.
Aristoteles (384-233 SM)
Ia membagi masa perkembangan individu sampai menginjak dewasa dalam
tiga septima berdasarkan perubahan ciri fisik tertentu.
Nama tahapan
Waktu Indikator
(1) Masa kanak-kanak 0,0-7,0 Pergantian
gigi
(2) Masa anak sekolah 7,0-14,0 Gejala pubertas
(3) Masa remaja 14,0-21,0 (ciri-ciri primer dan
sekunder)
b.
Hurlock (1952)
Ia membagi fase-fase perkembangan individu secara lengkap sebagai
berikut.
Nama tahapan Waktu Indikator
(1) Prenatal conception-280 days Perubahan-perubahan
(2) Infancy 0-10 to 14 days psikofisis
(3) Babyhood 2 weeks-2 years
(4) Childhood 2 years-adolevcence
(5) Adolescence 13(girls)-21
years
14(boys)-21
years
(6) Adulthood 21-25 years
(7) Middle age 25-30 years
(8) Old age 30 years-death
c.
Piaget (1961)
Dengan mengobservasi aspek
perkembangan intelektual, piaget mengembangkan model pentahapan perkembangan
individu sebagai berikut.
Stage
Age
(1) Sensorimotor 0-2 years
(2) Preoperational 2-7 years
(a) Preconceptual 2-4
years
(b) Intuitive 4-7
years
(3) Concrete operations 7-11 years
(4) Formal opertions 11-15 years
d.
Erikson (1963)
Ia mengamati beberapa segi
perkembangan kepribadian dan mengembangkan model tahapan perkembangan tanpa
menunjukkan batas umur yang jelas atau tegas, namun menunjukkan komponen yang
menonjol pada setiap fase perkembangan.
Developmental Stages Basic Components
I. Infancy Trust
and mistrust
II. Early cildhood Autonomy vs shame,
doubt
III. Preschool age Iniative vs guilt
IV. School age Industry vs
inferiority
V. Adolescence Identity vs
identity confusion
VI. Young adulthood Intimacy vs isolation
VII. Adulthood Generativity
vs stagnation
VIII. Senescence Ego
integrity vs despair
e.
Witherington (1952)
Mengobservasi penonjolan aspek
perkembangan psikofisik yang selaras dengan jenjang praktik pendidikan, ia membagi
tahap yang lamanya masing-masing tiga tahun perkembangan individu sampai
menjelang dewasa.
Stage Indikator
(1) 0,0-3,0 Perkembangan
fisik yang pesat
(2) 3,0-6,0 Perkembangan
mental yang pesat
(3) 6,0-9,0 Perkembangan
sosial yang pesat
(4) 9,0-12,0 Perkembangan
sikap individualis (II)
(5) 12,0-15,0 Awal
penyesuaian sosial
(6)
15,0-18,0 Awal
pilihan kecenderungan pola hidup yang akan diikuti sampai dewasa
Implikasi perkembangan individu terhadap bimbingan dan konseling
Dengan mempelajari dan memahami
perkembangan individu, maka seorang konselor dapat mengarahkan konselinya
sesuai dengan tahapan perkembangan atau sesuai dengan tugas-tugas
perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan antara siswa SD, SLTP dan SMU serta Perguruan Tinggi,
berbeda-beda. Jadi dengan pemahaman
perkembangan individu tersebut, seorang konselor dapat menjadikan tugas-tugas
perkembangan tersebut sebagai tolok ukur atau panduan dalam mengarahkan
konselinya ke arah yang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Dan dengan memahami perkembangan individu
tersebut, konselor dapat menentukan apa yang akan dilakukan, misalnya teknik
yang digunakan, pendekatan yang dilakukan dan sebagainya, serta seorang
konselor tidak akan memaksakan konselinya untuk mencapai kematangan diatas
tahapan perkembangannya.
No comments:
Post a Comment
Ayo semua...
jadikan hidup kita lebih berarti dan bermanfaat bagi kita
bagi dunia kita...
salam selalu untuk Kalian...