Masyarakat, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan
istilah ini. Karena kita adalah bagian dari kata tersebut, eumh yakinkah dengan
pernyataan tadi?? Saya sangat yakin. Namun apakah definisi dari masyarakat dan
bagaimana serta seperti apa masyarakat itu?? Mungkin akan banyak definisi serta
pengertian yang muncul baik dari para ahli sosial khusus sosiolog yang memang
secara khusus mempelajari tentang masyarakat maupun dari individu lainnya dari
berbagai keahlian yang berbeda dalam mendefinisikan masyarakat.
Kita coba lihat defini masyarakat menurut Gabriel Tarde
(bapak Psikologi Sosial, 1842-1904), menurut tarde, masyarakat itu tidak lain
dari pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu mengimitasi yang
lain dan sebaliknya. Ahlinya lainnya
yaitu Gustave le bon (1841-1932) yang terkenal dalam lapangan psikologi massa
atau ilmu orang ramai. Masyarakat ialah suatu kumpulan dari banyak orang
berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan suatu hubungan atau
saling keterkaitan minat dan kepentingan bersama. Sedangkan Emile Durkheim
(1858-1917) mendefinisikan masyarakat sebagai berikut “masyarakat adalah
kelompok-kelompok manusia yang hidup secara kolektif dengan
pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapan kolektif.
Dari pengertian-pengertian diatas, barangkali saya mencoba
mengambil satu titik temu untuk menyamakan terlebih dahulu persepsi kita
tentang masyarakat. Masyarakat menurut saya merupakan suatu sistem yang
mengikat kehidupan orang-orang dan merupakan suatu lingkungan yang menguasai
kehidupan yang didalam terjadi interaksi sosial secara langsung dan tidak
langsung. Mengikat disini memiliki arti bahwa individu tidak bisa lepas dari
kelompoknya karena memiliki satu keterikatan kebutuhan dengan individu lainnya.
Sebagai contoh ketika seorang petani ingin menjual hasil pertaniannya maka
secara langsung maupun tidak langsung ai akan mengadakan kontak dengan individu
lainnya untuk menjual barangnya. Kemudian masyarakat menguasai kehidupan
memiliki arti bahwa, dalam suatu kelompok atau kumpulan dari individu-individu
akan terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang pada mulanya tidak terdapat
pada diri individu namun lambat laun diberikan bahkan sering kali dipaksakan.
Contoh,dalam masyarakat adat “tradisional” peran seorang kepala suku adalah
sebagai pemegang adat, maka nilai-nilai atau norma yang diketahui oleh kepala
suku menjadi norma umum yang diberlakukan dalam masyarakat. Atau dilingkungan
masyarakat kita, dimana memaksakan norma
yang berlaku untuk dipatuhi oleh setiap orang dilingkungan kita, sehingga
muncul kaum-kaum marginal yang dianggap menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
Lalu apa yang hendak saya sampaikan lewat tulisan ini?? Eumh
yah,, barang kali apa yang akan saya utarakan hanya sebatas pengetahuan seorang
yang belum tahu banyak tentang berbagai pengetahuan, tapi mencoba sedikit
memberi kontribusi sebisa saya lewat media ini. Eumh beberapa waktu ini pikiran
saya cukup tersita dengan berbagai hal yang terjadi dilingkungan saya, entah
ini merupakan suatu degradasi moral atau apapun namanya itu. Dengan tulisan ini
saya ingin berbagi berbagai hal yang belum saya ketaui untuk sama-sama belajar.
Pertama dari tulisan ini ingin saya sampaikan bahwa untuk mengetahui dan
mempelajari tingkah laku seseorang, tidak cukup hanya pribadi individunya tapi
kita seimbangkan dengan lingkungan dengan tempat dia tinggal, dengan sendiri
kita akan menemukan seluk beluk psikologis seseorang. Contoh, seorang teman
saya berasal sari daerah X, perilakunya amat sopan dan baik, dan pasti orang
yang pertama kali bertemu dengan dia sepakat bahwa orang ini sangat sopan baik.
Namun setelah kenal lebih jauh, ternyata penilaian saya berubah 180 derajat,
bahkan bukan hanya saya yang berkata demikian tapi beberapa orang teman saya
pun mengatakan dan merasakan hal yang sama dengan saya, setelah mengenal
beberapa orang dari lingkungan yang sama dengan teman saya tersebut ternyata
saya menemukan suatu persamaan diantara perilaku mereka. Apakah hal ini
menggambarkan suatu pembenaran atas teori yang saya utarakan?? Saya pikir ya.
Hal lain yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah,
hubungan yang baik sejak kecil antara invidu dan lingkungan masyarakat,
hubungan baik dengan keluarga, antara anak-anak dan orang tua, antara kakak dan
adik dalam keluarga, antara kawan-kawan sepermainan di sekolah dan seterusnya
adalah kerangka-kerangka hubungan sosial individu dalam bermasyarakat. Penaman
nilai-nilai dan norma yang baik serta mengajari anak untuk memiliki
keterampilan sosial akang berdampak pada perkembangan anak, serta anak memiliki
keterampilan human relationship yang
baik. Sementara akhir-akhir ini banyak
dari individu-individu seolah kehilangan keterampilan tersebut, banyak individu
yang memiliki jiwa sosial sangat rendah, lebih mengutamakan kepentingan pribadi
diatas kepentingan sosial, rasa persaudaraan yang memudar, rasa nasionalisme yang
luntur, apakah ini pengaruh dari norma dan nilai yang diajarkan keluarga dan masyarakat
telah luntur atau norma saat ini tidak lagi dimengikat seperti dulu. Eumh
mungkin ini yang orang sering bilang penurunan norma dan nilai. Ah entahlah,
akan banyak sekali pemikiran-pemikiran yang terlontar disini ketika saya
membahas hal ini. Hanya saja teringat akan sebuah ceramah di minggu pagi di
sebuah masjid bahwa “falsafah hidup Rasullah adalah sebaik-baiknya orang adalah
orang yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain”. Kemudian Ustad itu berkata, jika mengaku
Umatnya sudahkah kita menjalankan apa yang dicontohkan oleh nya (Nabi Muhammad
SAW) jangan sampai sholat kita hanya sebatas ritual yang tidak memiliki kedalam
makna yang merasuk kedalam hati sanubari, sehingga hati kita tertutup oleh
kabut gelap dan sholat kita menjadi sia-sia belaka. Semoga kita tetap berada dijalan yang benar
dan tidak termasuk golongan orang-orang fasik. Amin.
Lanjut ke tulisan sebelumnya, eumh barangkali saya belum bisa
memberikan solusi besar, tapi ini yang saya pikirkan saat ini.
1.
Sebagai
seorang ibu, sudahkah mendidik anak-anak kita untuk memiliki nilai-nilai dan
norma yang baik dalam masyarakat?? Atau mungkin sebagai seorang ibu, terlalu
sibuk dengan pekerjaan sebagai wanita karier sehingga melupakan kewajiban
sebagai seorang ibu. Atau sibuk arisan dan pergi kesalon,, eumh,, “maaf tidak
bermaksud mendiskreditkan para ibu, hanya saja banyak dari murid-murid saya
mengeluhkan tentang ibu mereka yang bekerja dan kurang memperhatikan kebutuhan
dasar dari anak, yaitu kasih sayang. “maaf sekali lagi tidak bermaksud untuk
mendiskreditkan para ibu, karena saya yakin betul surga itu ada ditelapak kaki
ibu. Sehingga sangatlah berdosa orang yang telah membuat hati seorang ibu
terluka bahkan meteskan airmata. Sungguh amat berdosa orang tersebut.
2.
Ayah,
seorang ayah memiliki kecenderungan untuk kaku ketika berkomunikasi dengan
anaknya, sehingga sering kali menimbulkan perselisihan dengan anak, tugas
seorang ayah bukan hanya memberi nafkah kepada istri dan anak, tapi lebih dari
itu. Kasih sayang seorang ayah sangat diperlukan untuk keseimbangan jiwa
seorang anak. So, sudahkan sosok ayah yang sejati ada dalam diri kita?? Eumh
mari ita belajar mengerti dunia anak-anak, sudah sangat banyak anak-anak
menjadi broken home karena sikap ayah yang tidak bersahabat dengan anak, jangan
samapai kita menjadi bagian dari hal seperti itu.
3.
Keluarga,
bukankah setiap orang punya keluarga, disamping ayah, ibu dan kakak atau adik,
ia pasti punya bibi, om, kakek nenek, sodara sepupu, ipar, ponakan. Keluarga
adalah hal utama dalam membangun kerangka-kerangka seorang individu dalam
memulai bermasyarakat. Lalu apa jadinya jika keluarrga tercerai berai, bukankah
anak-anak yang akan jadi korban, so mari kawan jaga persaudaraan ita, ingat
pepatah sunda mengatakan, “saburuk-burukna
kai jati anggeur jati” yang artinya seburuk-buruknya keluarga, dia
adalah keluarga kita, masih punya ikatan darah.
4.
Teman,
bahkan (maaf sebelumnya) seorang pelacur pun pasti punya teman. Hanya saja, apa
yang bisa dilakukan oleh teman itu, apakah dia hanya diam saja melihat temannya
sedang menuju lubang neraka, tentu sebagai seorang teman yang baik dan memiliki
hati nurani sebagai manusia, ia akan berbuat sesuatu untuk mencegah hal itu.
Bukankah telah dicontohkan oleh para sahabat nabi bagaimana suatu jalinan
persahabatan itu bagaimana. Mari kawan kita jadi seorang yang lebih bertenggang
rasa terhadap kawan-kawan kita, karena kita pun pasti akan membutuhkan nya,
setidaknya kelak diakhirat ketika kita dihisab, kita akan memerlukan ucapan
maaf dari kawan yang telah disakiti hatinya saat didunia.
5.
Pemuka
agama, eumh,, ya pemuka agama memiliki peranan sangat penting dalam menata
kehidupan sosial,, namun saat ini peran mereka seakan luntur,, lalu apa saja
yang mereka ajarkan saat ini, kenapa peran mereka bisa tergeser oleh roda
jaman, bukan kah dalam islam Ulama itu pewaris para nabi, lalu kenapa saat ini
nasehat-nasehat para ulama tidak dihiraukan bahkan cenderung dilecehkan?? Mari
kita sama-sama merefleksikannya, bisa saja kita terlalu gelap hatinya sehingga
tidak bisa menerima nasehat para alim ulama, namun bisa juga para alim ulama
saat ini lebih mengedepankan popularitas, fashion dan keduniaan sehingga
menimbulkan kekecewaan dimasyarakat, saya pikir sudah saat nya ulama kembali kepada
khitahnya untuk menjadi penerus para nabi dengan cara-cara yang kreatif namun
tidak menyimpang. Bukankah dulu wali sanga pun bisa, lalu buya hamka pun
menjadi tokoh ulama yg kharismatik,,
6.
Guru.
. saya lebih suka menyebutnya dengan pendidik, ya, pendidik bukan pengajar. Apa
saja yang mereka berikan dikelas?? Hanya sebatas teori saja kah yang diberikan,
tanpa ada pembekalan tentang bagaimana teori digunakan untuk hal yang positif.
Atau bahkan ketika dikelas tidak mengajarkan apa-apa, hanya dudk diam manis sambil
menunggu bel pergantian jam usai lalu pulang mengambil gaji tanggal 1,, atau
hanya mengejar dan menyuruh murid-murid untuk mendapat nilai yang bagus serta
hanya mengukur prestasi murid dari nilai yang mereka raih.. eumh saya pikir tidak hanya demikian ,, sosok
guru, memang suatu pekerjaan yang tidak sesimpel namanya,, hanya empat huruf
memang,, tapi luar biasa tanggung jawab yang dipikulnya, salah memberi arahan
dalam medidik, maka akan salah pula orang yang ia didik.. oleh karena itu guru
harus memiliki jiwa pengabdi yang tinggi, apalagi sekarang sudah ada
sertifikasi bagi guru yang katanya meningkatkan kesejahteraan guru, seharusnya
di imbangi juga dengan kualitas mengajar yang lebih baik oleh para guru. Saya yakin guru-guru di
Indonesia penuh dengan kebesaran jiwa dan akan menjadi pendidik yang baik.
Amin.
7.
Pejabat
Pemerintah dan pemerintahannya,, lembaga
formal yang menjaga keberlangsungan kesejahteraan suatu masyarakat. Namun apa
yang terlihat saat ini,, eumh tidak banyak kata yang akan tertulis disini,,,
hanya saja bukankah kalian telah dibayar mahal oleh rakyat untuk tugas ini,,
lalu jika rakyat tidak kunjung sejahter,, apa saja yang telah kalian lakukan,,
apakah anggota dewan pekerjaannya tidur di gedung dewan?? Ataukah seorang
walikota pekerjaan nya menghamburkan-hamburkan uang rakyat untuk proyek yang
hanya menambah sengsara rakyat.. haloo.. kalian dibayar mahal rakyat untuk
bekerja dan mengabdi kepada rakyat,, maka jadilah pejabat yang mengayomi
rakyatnya. Dalam hal ini sy pernah dengar, serahkan segala urusan pada
ahlinya,, itu memang benar... jika tidak ahli,, lebih baik para pejabat yang
ada itu mundur saja, karena saya pikir masih banyak yang lebih layak duduk
dikursi pemerintahan dan bisa dengan benar mengurusi rakyatnya. Dan bekerja penuh
pengabdian adalah kunci utamanya..
8.
Pihak
lainnya yang terkait,, pengusaha, pelaku bisnis, kontraktor, buruh,dan lain
sebagai nya,, masing punya peran dalam membangun suatu masyarakat... oleh
karena itu alangkah bijak dan baiknya jika kita berperan sebaik-baiknya dalam
menjalankan fungsi kita dalam masyarakat.
Wah wah,, eumh kalau dilanjutin ga
bakal habis habis... eumh,, mungkin saat ini hanya sebatas ini yang bisa saya
sampaikan,, mari kawan, rekan, bapak, ibu, sodara-sodara semua. Kita cipatakan
suatu masyarakat yang damai, masyarakat yang harmonis dan kita minimalisasikan
perpecahan diantara kita demi kesejahteraan bersama.
Terakhir kutipan yang diambil dari
tafsir La tahzan
Janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa
kecil yang sebenarnya bisa kita tutupi dengan kebaikannya yang lebih banyak,
anda menjadi jauh dari seseorang yang pernah anda puji latar belakangnya, yang
pernah anda terima kehidupannya, yang pernah anda ketahui kemuliaannya, dan
yang pernah anda ketahui kemampuan berfikirnya.
Karena anda tidak akan mendapatkan seorang pun yang sopan
tanpa aib atau dosa. Coba posisikan diri anda dalam posisinya, tidaklah anda
terpaksa harus melihatnya dengan ainur
ridha dan tidak menilainya dengan kaca mata hawa nafsu ketika anda menempatkan
diri anda dalam posisinya dan menilainya, ada sesuatu yang dapat membantu apa
yang sudah inginkan dan mendekatkan diri anda kepada orang yang melakukan dosa
ini.
Dan
sebuah bait tak bertuan,, untuk menutup tulisan ini
Wahai Tuhan, engkaulah yang memasukan aku dengan
baik-baik maka keluarkan pula dengan baik-baik.
Wahai Tuhan, engkaulah yang mengetahui bahwa diri ini
mencintai perjuangan ini, maka pahamkanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya
saya mencintainya.
Wahai Tuhan, cintamu,nikmatnya berada dalam kekurangan
ini maka sadarkanlah diri ini agar dapat tetap menikmatinya.
Semuanya telah berlalu, menjadi sebuah kenangan indah
maka jangan Kau beri kami lupa atas apa yang telah terjadi. (Al-Itsar)
Sejenak kuterkenang hakikat perjuangan penuh onak dan
cabaran
Bersama teman-teman arungi kehidupan oh indahnya
Berat rasanya di dalam jiwa untuk melangkah
meninggalkan semua
Kasih dan cintaa…yang terbina ia kan selamanya
Selamat berjuang sahabatku
Semoga Allah berkatimu
Kenangan indah bersamamu tak kubiar ia berlalu
Berjuanglah hingga ke akhirnya
Dan ingatlah semua ikrar kita
Semoga bermanfaat,,, masukan dan kritik nya sangat ditunggu
untuk perbaikan diri saya pribadi dan untuk kebaikan bersama.
Redaksional
Psikologi Sosial, Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych.
Catatan Kuliah Sang Autismo
Buku komunikasi MH
Terimakasih :)
ReplyDelete