A. Pengertian Bimbingan dan
Konseling Keluarga
Menurut Perez (Willis: 1994) mengemukakan pengertian konseling keluarga
(family therapy) sebagai berikut :
“Family therapy is an interactive
process which seeks to aid the family in regaining a homeostatic balance with
which all the member are comfortable.”
Definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa konseling keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga
dalam mencapai keseimbangan dimana setiap anggota keluarga merasakan
kebahagiaan.
Menurut Sofyan S Willis (1994; 78) konseling keluarga adalah usaha
membantu individu anggota keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau
mengantisipasi masalah yang dialaminya, melalui sistem kehidupan keluarga, dan
mengusahakan agar terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu
yang akan memberi dampak positif pula terhadap anggota keluarga lainnya.
B.
Konsep Dasar Pendekatan Client
Centered
Pendekatan konseling client-centered
menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya
dan pemecahan masalah dirinya. Yang paling penting dalam kualitas hubungan
konseling adalah pembentukan suasana hangat, permisif dan penerimaan yang dapat
membuat klien untuk menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan
pengalamannya yang unik.
1.
Dasar Pandangan client-centered Tentang Individu
Konseling non-direktif
sering pula disebut “Client-Centered
Counseling“, yang memberikan suatu gambaran bahwa proses konseling yang
menjadi pusatnya adalah klien, dan bukan konselor. Ciri :
a.
Kegiatan
sebagian besar diletakkan di pundak klien itu sendiri
b.
Klien
didorong oleh konselor untuk mencari serta menemukan cara yang terbaik dalam
pemecahan masalahnya.
a)
Ciri-Ciri Hubungan Client Centered:
Adapun
ciri-ciri hubungan client centerd yaitu sebagai berikut:
(1)
Hubungan Client Centered ini menempatkan konseli pada kedudukan sentral, konselilah
yang aktif untuk mengungkapkan dan mencari pemecahan masalah. Jadi ini berarti
bahwa hubungan ini menekankan pada aktivitas konseli dan tanggung jawab konseli
sendiri. Selain itu, terapi ini ditujukan kepada konseli yang sanggup
memecahkan masalahnya agar tercapai kepribadian konseli yang terpadu.
(2)
Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan bukan segi
intelektualnya.
(3)
Titik tolak konseling adalah keadaan individu termasuk
kondisi sosial psikologis masa kini, bukan pengalaman masa lalu.
(4)
proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara ideal
self dan actual self.
(5)
Konselor berperan hanya sebagai pendorong dan pencipta
situasi yang memungkinkan konseli untuk bisa berkembang sendiri, atau konselor
bersifat pasif reflektif.
b) Pokok-Pokok Teori Rogers
Ada tiga pokok
teori mengenai kepribadian yang dikemukakan oleh Rogers yang mendasari teknik
konselingnya. Diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Organisme
Organisme yaitu
totalitas individu yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
(a) Bereaksi secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang teratur
terhadap medan phenomenal untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
(b) Memiliki motif
dasar yaitu mengaktualisasi, mempertahankan dan mengembangkan diri.
(c) Organisme
kemungkinan melambangkan pengalaman-pengalamannya, sehingga menjadi disadari
atau menolak untuk melambangkan pengalaman-pengalaman tersebut sehingga tetap
tidak disadari, atau kemungkinan tidak memperdulikan pengalaman tersebut.
(2) Medan Phenomenal
Medan phenomenal
adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialami. Pengalaman tersebut disadari
atau tidak tergantung dari apakah pengalaman tersebut disimbolkan tau tidak.
Medan phenomenal hany dapat diketahui oelh subjek yang mengalaminya. Orang lain
hany dapat mengetahui pengalaman seseorang melalui kesimpulan atas dasar empati
(empatic inference). Kesadaran tercapai kalu pengalaman itu disimbolisasikan.
Menurut Rogers, pengalaman terdiri dari:
(a)
Pengalaman yang
disimbolisasikan, dan
(b)
Pengalaman yang tidak
disimbolisasikan
Organisme
berakasi tehadap kedua hal tersebut. Kemungkinan ada bahwa pengalaman tidak
dapat di tes dengan kenyataan, sehingga mungkin dilaksanakan tindakan yang
tidak realistis.
(3) Self
Self merupakan
bagian yang tidak terpisah dari medan phenomenal, yang berisi pole pengamatan
dan penilaian yang sadar dari subjek. Dari pengalaman-pengalaman, seseorang
akan dapat membentuk pola pengamatan dan penialaian terhadap diri sendiri
secara sadar baik orang tersebu sebagai subjek maupun objek. Self ini dinamakan
konsep diri (self-concept).
Berkaitan dengan
Client Centered, bahwa konseling yang berpusat pada klien haruslah dilandasi
pada pemahaman klien tentang dirinya atau dengan kata lain, pendekatan Rogers
menitikberatkan kepada kemampuan klien untuk menentukan sendiri
masalah-masalahnya, dan campur tangan konselor sedikit sekali. Klien akan mampu
menghadapi sifat-sifat dirinya yang tidak dapat diterima lingkungannya tanpa
ada perasaan terancam dan cemas, sehingga dia mampu mengubah aspek-aspek
dirinya sebagai sesuatu yang dirasakan perlu diubah.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah merupakan gambaran seseorang tentang
dirinya seniri. Gambaran yang lengkap tentang dirinya meliputi berbagai
kemampuan, kelemahannya, sifat-sifatnya dan bagaimana hubungan dirinya dengan
lingkungannya. Jadi konsep diri adalah bagaimana individu menyadari dirinya
sendiri, dan mengenal dirinya sendiri
2.
Karakteristik Konseling Client Centered
Peran klien
yang besar dibandingkan dengan konselor dalam hubungan konseling adalah merupakan karakteristik dari konseling Client Centered.
Karakteristik utama dari konseling Client Centered, masing-masing menekankan
pada:
a)
Tanggung jawab dan kemampuan klein dalam
menghadapi kenyataan.
Seorang akan berfungsi sempurna
apabila memiliki pemahaman tentang dirinya sendiri, dan terbuka terhadap
pengalaman baru. Untuk memperolehnya, harus diberikan suatu kesempatan,
pengalaman, dan tanggung jawab untuk menghadapi kenyataan. Kenyataan itu pada
hakikatnya
adalah sesuatu yang diamati dalam individu (Rogers). Jadi klien didorong untuk
menentukan pilihan dan keputusan yang telah diambilnya.
b) Pengalaman-pengalaman sekarang.
Konseling Client Centered tidak
berorintasi kepada pengalaman masa lalu, tetapi menitikberatkan pada
pengalaman-pengalaman sekarang. Untuk emngungkapakan pengalaman dan permasalahannya
yang dihadapi sekarang ini, kosnelor mendorong klien untuk mengungkapkannya
dengan sikap yang empati, terbuka, asli (tidak berpuar-pura), dan permisif.
c) Konseling Client Centered tidak bersifat dinamis.
Konseling Client Centered bukanlah
suatu bentuk hubungan atau pendekatan yang bersifat kakau atau merupakan suatu
dogma, tetapi merupakan suatu pole kehidupan yang berisikan pertukaran
pengalaman, dimana konselor dan klien memperlihatkan sifat-sifat kemanusiaan
dan berpartisipasi dalam menemukan berbagai bantuk pengalaman baru.
d) Konseling Client Centered menekankan kepada persepsi.
Konseling ini mengutamakan dunia
fenomenal dari klien. Konselor berusaha memahami keseluruhan pengalaman yang
pernah dialami (dunia fenomenal) dari kelien tentang dirinya sendiri maupun
dari lingkungan.
e) Tujuan konseling Client Centered ada pada diri klien, dan tidak ditentukan
oleh konselor.
Koneling Client Centered ini
menempatkan klien pada pada kedudukan sentral, sedangkan konselor dengan sendirinya ada dan ditentukan
oleh konseli itu sendiri.
3.
Fungsi Konselor dalam Konseling Client Centered
Dalam
konseling Client Centered, ada beberapa fungsi yang perlu dipenuhi oleh seorang
konselor/pembimbing. Fungsi yang dimaksud adalah:
a)
Menciptakan hubungan yang bersifat
permisif
Menciptakan hubungan yang bersifat
permisif, penuh pengertian, penuh penerimaan, kehangatan, terhindar dari segala
bentukketegangan, tanpe memberikan penilaian baik posotif maupun negatif.
Dengan terciptanya hubungan yang demikian itu secara langsung dapat melepaskan
ketgangan-ketegangan, perasaan-perasaan, dan pertahanan diri klien. Menciptakan
hubungan permisif bukan secara verbal tetapi juga secara non-verbal.
b)
Mendorong pertumbuhan pribadi
Dalam konseling Client Centered
fungsi konselor bukan hanya membantu klien untuk melepaskan diri dari
masalah-masalah yang dihadapinya, tetapi lebih luasnya adalah berfungsi untuk
menumbuhkan perubahan-perubahan yang fundamental (terutama perubahan sikap).
Jadi proses hubungan konseling di sini adalah proses untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan klien.
c)
Mendorong kemampuan memcahkan masalah
Dalam konseling Client Centered,
konselor berfungsi dalam membantu klien agar ia mengembangkan kamampuannya
untuk memecahkan masalah. Jadi dengan demikian salah satu potensi yang perlu
dikembangkan atau diaktualisasikan pada diri klien adalah potensi untuk
memcahkan masalahnya sendiri.
4.
Tujuan Konseling Client Centered
Secara umum
tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan konseling Client Centered ialah
untuk membantu individu (klien) agar berkembang secara optimal sehingga ia
mampu menjadi manusia yang benar-benar berguna.
Secara terperinci tujuan dasar
dari pendekatan konseling Client Centered adalah sebagai berikut:
a) Membebaskan
klein dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.
b) Menumbuhkan
kepercayaan pada diri klien, bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengambil satu
atau serangkaian keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merugikan
orang lain.
c) Memberikan
kesempatanseluas-luasnya kepada klien untuk belajar mempercayai orang lain, dan
memiliki kesiapan secara terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang lain
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.
d) Meberikan
kesadaran kepada klien bahwa dirinya adalah merupakan bagian aru suatu lingkup
sosial budaya yang luas, walaupun demikian dia masih tetap memiliki kekhasan
dan keunikan tersendiri.
e) Menumbukan
suatu keyakinan pada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (process of becoming).
5.
Teknik Konseling Client Centered
Implementasi
teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor. Teknik
konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan
komunikasi, mengahargai orang lain, dan memahami klien. Karena itu dalam teknik
konseling Rogers ini diutamakan sifat-sifat konselor sebagai berikut.
a) Acceptance,
artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya.
b) Congruence,
artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai dengan kata dan perbuatan
dan konsisten.
c) Understanding,
artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia
klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien tersebut.
d) Nonjudgemental,
artinya tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu
objektif.
C.
Aplikasi Teori Client Centered pada Konseling Keluarga
Rogers dalam bukunya ”On Becoming a
Person”tahun 1961 menekankan bahwa hubungan dalam keluarga dapat dihidupkan
atas suatu dasar yang wajar, jujur, asli, dan beretntangan dengan kehidupan
yang berpura-pura atau penuh dengan kepalsuan.
Rogers menekankan bahwa klien secara
individual dalam keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri yang akan
mengakibatkan anggota keluarga dapat memepercayainya. Hal ini dapat terjadi
apabila terdapat kondisi-kondisi utama yaitu: kejujuran, keaslian, memahami,
menjaga (caring), menerima, menghargai secara positif serta belajar aktif.
Konseling keluarga dalam teori ini harus memiliki iklim terbuka, bebas dan
jujur.
Di dalam konseling keluarga, fungsi
konselor adalah sebagai fasilitator , yaitu memudahkan membuka dan mengarahkan
jalur komunikasi sehingga jalur komunikasi dalam keluarga tersebut tidak
berantakan dan terputus.
Kondisi-kondisi inti dari hubungan
terapeutik yang dikemukakan Rogers merupakan hal yang penting dalam konseling
keluarga. Suatu asumsi dasar dalam hal ini adalah sikap konselor sangat
menentukan terhadap keterbukaan anggota kelaurga dalam setiap sesi. Konselor
tidak melakukan pendekatan terhadap anggota keluarga sebagai seorang pakar yang
akan menerangkan rencana treatmentnya, akan tetapi berusaah untuk menggali
sumber-sumber yang ada dalam keluarga tersebut, yaitu bahwa setiap anggota
keluarga mempunyai potensi untuk berkembang.
Thayer (1982) menemukan kemampuan
anggota-anggota keluarga untuk mencapai aktualisasi diri dan menemukan sumber
atau potensi diri untuk digunakan memecahkan masalah individual mapupun masalah
keluarga. Mereka mampu untuk membentuk pertumbuhan mereka sendiri baik secara
individual maupun secara keluarga. Dan essensinya adalah bahwa anggota keluarga
adalah arsitek bagi dirinya sendiri. Konselor memperlihatkan respek (rasa
hormat) yang tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk menentukan
dirinya sendiri.