Jun 26, 2011

sebuah memori #1

oleh Fredy Ardiwinata pada 03 Januari 2010 jam 21:21

Sore itu seorang bocah sedang bermain dengan asiknya. Sebuah mobil mainan, tiruan dari bmw seri 3.5.2 berwarna hitam metalik ia pegang begitu erat. Seolah tak ingin kehilangan mainan tersebut anak itu tak mengijinkan saudara-saudaranya untuk menyentuhnya. Ia pun tak mengijinkan orang tuanya untuk meletekan mainan itu ditempat mainan lainnya selain di box tempat mobil itu bisa aman di benak si anak.
Dua tahun berlalu anak tersebut tak pernah menginginkan mainan baru, ia tetap menjaga mobil mainan bmw seri 3.5.2. ia pun menjaganya dan merawat mainan tersebut nyaris tanpa lecet sedikitpun, hampir sama persis ketika mainan tersebut ia dapatkan sebagai kado hadiah dari sang ayah. Bahkan saat usianya sembilan belas tahun pun, mainan tersbut masih terawat.

Dan 12 tahun kemudian ditempat yang sama, di pagi hari terdengar suatu percakapan,
“Apa kamu masih ingat semua ini?” suara dengan nada sedikit berat dari seorang lelaki paroh baya.
“aku tidak tahu,” gumam seorang lelaki muda dengan nada khas tempramen seorang pemuda sembilanbelas tahun.
Pemuda itu, ya ia bocah kecil yang sangat menjaga mainan kesayangannya itu. Nampaknya ia mengalami suatu perdebatan dengan seorang yang lebih usianya beberapa generasi diatasnya. Sejenak suasana hening berganti dengan perdebatan yang tak berujung.
“kenapa kau pergi waktu itu? Apakah karena aku nakal dan tak bisa diatur sehingga kau pergi dan meninggalkan aku, sementara kau hanya membawa sikecil raiden?” suara parau si pemuda terdengar sangat emosional dan menyiratkan bahwa ia butuh jawaban itu dan telah memendamnya selama ini.
“aku tahu aku tampak bodoh” pemuda itu melanjutkan pembicaraannya. “aku tahu kamu juga menganggap ku begitu.”
“tidak.” Jawab pria paruh baya itu sedikit getir seakan penuh penyesalan.
“Ya.” Kata pemuda itu. “kamu begitu. Setiap orang juga bahkan, aku sendiri.” Pemuda itu menggerakan jari kirinya disela-sela rambutnya, dan menaikannya keatas. “jika aku seperti ini tentu aku berbeda, aku Cuma tidak ingin terlihat seperti aku, tidak apa-apa bagiku terlihat bodoh, jika itu bisa membuatku jadi orang lain.” Begitu polos pemuda itu menjawab, seolah suara paraunya menghilang dan berganti dengan suara bernada angkuh.
“heudy, kamu masih sangat kecil waktu itu.” Terdengar suara pria paroh baya tersebut berusaha menenangkannya. Namun sebelum pria itu bicara lebih lanjut, heudy memotongnya.
“mengapa??? Mengapa kamu membawa raiden, dan meninggalkan aku sendirian. Papa tidak adil.” Kalimat terakhir terdengar secara sengaja menggunakan bentuk dalam bahasa ingris present-tense, menggemakan pola khas pembicaraan heudy pada masih kanak-kanak.
“aku bisa mengerti,” kata pria yang ternyata adalah ayah heudy. “pasti kesepian sekali rasanya, ditinggal sendirian seperti itu, sedang kamu masih terlalu kecil.”
“ya” suara heudy terdengar pelan, seakan-akan tidak keluar dari tubuhnya. “memang.”
“waktu papah pergi dan membawa raiden pergi, bukan berarti papah tidak sayang terhadapmu nak, papah tahu papah salah.” Kalimat pengakuan dari seorang ayah yang pergi meninggalknya.
“Lalu sekarang apa yang kau harapkan dari ku?” heudy nampak ingin mengakhiri pembicaraan ini, namun sorot matanya terlihat jelas bahwa ini belum usai. Heudy masih menyimpan rasa benci yang ia simpan rapi selama ini. “kamu pikir, kamu membuat saya lebih baik dengan saat ini kamu datang kerumah ini, rumah dimana kamu dulu pergi dan membiarkan aku sendiri dan terpenjara dalam trauma masa laluku karena kehilangan kamu?? Apa kamu pikir ini bisa mengobati semua rasa kesepian yang kamu ambil selama belasan tahun, aku terbiasa hidup tanpa kamu. Kamu menjebakku dalam situasi ini. Sama seperti yang kamu lakukan ketika menjebaku saat umurku lima tahun, kamu sengaja memberikan aku kenangan indah dengan memberikan mainan kesukaanku dan kamu pergi dengan adikku. Kamu membuatku merasa begitu berharga dan kemudian apa yang kamu lakukan??? Dan sekarang kamu datang kesini disaat semua kenangan itu hampir hilang, kamu membuka rasa sakit yg telah lama aku ingin melupakannya. Dengan semua rasa trauma karena kehilangan mu, kamu sengaja membuatku seperti ini, selalu takut akan kehilangan, selalu merasa kesepian, kamu sengaja,” Heudy merengut, heudy seolah menahan airmatanya dan menarik nafas panjang, “padahal kamu tahu bahwa aku butuh kamu.”
“aku tidak bermaksud seperti itu heudy _____” Suara ayah heudy pelan dan berusaha menyela.
“kamu sengaja! Kamu sengaja pergi, kamu sengaja hanya membawa raiden dan meninggalkan aku dengan mainan sialan itu. Kamu menciptakan aku dari kubangan kotor dan membuatku berpikir bahwa aku berbau wangi seperti bunga dan kamu melemparkan aku kedalam kubangan yang lebih kotor dari kotoran hewan.”
“Aku sayang pada mu heudy, kamu anakku dan aku ayahmu.”
“kamu punya begitu banyak kekuasaan tuan ardwint, kamu tahu aku menyayangimu amat sangat, begitu dalam dan apa yang kamu lakukan?? Kamu mendorong aku keluar pintu dan meninggalkan aku.”
“heudy,, please,, ini papah,, papah kembali buat kamu nak.”
Suasana menjadi hening, heudy masih menarik nafasnya dalam-dalam menahan rasa benci dan kesepiannya selama ini. Matanya terlihat tidak fokus, berkali-kali heudy mengalihkan pandangannya menatap keatas untuk menahan air matanya, sebelum kembali menatap mata tuan ardwint dengan tatapan menantang seolah siap jika sesuatu hal terjadi ia akan siap bertempur.
Sementara, tuan ardwint ayah heudy,, menerima semua yang anaknya katakan, ia sadar selama ini telah membuat sang anak merasakan apa yang tak semestinya ia rasakan, dan ia sadar bahwa heudy mengalami hari-hari yang sangat sulit selama ini. Tuan ardwint selama ini memang tidak pernah bertemu dengan heudy, tapi selama itu pula tuan ardwint selalu mengikuti perkembangan puteranya itu,, dengan mendatangi tempat dimana heudy sering berkumpul maupun kepada walikelas heudy di sekolah. Tuan ardwint pun tahu bahwa heudy pernah didiagnostik mengalami mutisme elektik dan juga attention deffisit disorder.

wow.. ckckckckck lagi belajar bikin cerpen... mohon masukannya.... ckckckckck

No comments:

Post a Comment

Ayo semua...

jadikan hidup kita lebih berarti dan bermanfaat bagi kita
bagi dunia kita...

salam selalu untuk Kalian...