Feb 24, 2011

Media Literasi (tugas perkembangan individu)

Perkembangan anak
Secara kronologis, murid sekolah dasar pada umumnya berusia antara 6 sampai 13 tahun atau sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Awal masa ini anak mulai keluar dari lingkungan pertama yaitu keluarga dan mulai memasuki lingkungan kedua yaitu sekolah. Akhir periode masa ini tidak dapat diketahui secara tepat karena kematangan seksual pada setiap anak waktunya tidak selalu sama, juga disebabkan karena perbedaan dalam kematangan seksual anak laki-laki dan
perempuan.

Setiap masa dalam rentang waktu kehidupan, mempunyai ciri-ciri yang yang membedakan tahapan usia termasuk masa akhir kanak-kanak. Berikut merupakan ciri anak usia sekolah menurut Hurlock (1980) yang mampu menunjukkan perbedan dengan masa sebelumnya, yaitu:
a.    dorongan anak untuk masuk ke dalam dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan otot-otot;
b.    dorongan anak untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya (peer group);
c.    dorongan mental untuk mematuhi dunia konsep-konsep logika, simbol, dan komunikasi secara dewasa.
Orang tua, pendidik dan ahli psikologi memberikan berbagai label kepada periode ini yang mencerminkan ciri-ciri penting dari periode akhir masa kanak-kanak (Hurlock, 1980: 146).

Pertama, label yang diberikan oleh orang tua, akhir masa kanak-kanak merupakan ”usia yang menyulitkan”. Pada masa itu anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada oleh orang tua atau anggota keluarga lain. Selain label itu, orang tua memandang akhir masa kanak-kanak sebagai ”usia tidak rapi”, karena pada saat itu anak cenderung tidak mempedulikan dan ceroboh dalam penampilan.

Pada masa ini anak banyak mengalami pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga, oleh karena itu orang tua melabelkan anak mengalami ”usia pertengkaran”.
Kedua, oleh pendidik, label yang digunakan adalah ”usia sekolah dasar”. Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa; dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Periode kritis dalam dorongan berprestasi, pada masa ini anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses.
Ketiga, ahli psikologi menggunakan label untuk akhir masa kanak-kanak yaitu ”usia berkelompok”. Pada masa ini, perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Selanjutnya, ahli psikologi menyebut akhir masa kanak-kanak dengan ”usia kreatif”, pada masa ini anak-anak akan menjadi konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinal. Pada periode ini disebut juga ”usia bermain”, karena pada saat ini
luasnya minat dan kegiatan bermain bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
Aspek perkembangan psiko-fisik anak usia sekolah dasar yang dapat mempengaruhi tugas perkembangan anak adalah seperti keadaan fisik, kemampuan berbahasa, keadaan emosi, sikap dan perilaku moral telah berbeda dengan masa sebelumnya. Selain perkembangan-perkembangan yang telah disebutkan, perkembangan inteligensi, perkembangan sosial dan kepribadian pun mengalami perubahan yang berbeda dengan masa sebelumnya, sehingga perbedaan yang tampak ini menjadi sebuah karakteristik perkembangan anak usia sekolah atau siswa sekolah dasar.

Perkembangan yang terjadi akan mempengaruhi kemampuan menjalin relasi pertemanan anak. 
a.    Perkembangan Fisik
Pada masa ini, keadaan fisik menjadi agak lambat tetapi keseimbangan mulai relatif baik. Berkembang pula koordinasi mata dan tangan yang diperlukan untuk membidik, menendang, melempar dan menangkap. Kematangan kemampuan fisik, dapat mempengaruhi keterampilan-keterampilan yang umumnya dimiliki anak usia sekolah dasar, yaitu (Hurlock, 1980: 149):   

          (1) keterampilan menolong diri sendiri;2) keterampilan menolong orang lain;keterampilan sekolah; dan (3) keterampilan bermain.

b.    Perkembangan Emosi
Pada masa ini anak sudah mulai memiliki dorongan untuk mengendalikan emosinya. Melalui interaksi kelompok teman sebaya anak memahami ledakan emosi yang kurang baik tidak dapat diterima teman-temannya. Pada umumnya keadaan emosi anak cenderung lebih tenang sampai datangnya masa puber. Pada akhir masa kanak-kanak, ada waktu dimana anak sering mengalami emosi yang hebat, karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu saat dimana anak sulit dihadapi.

Dengan mengekang ungkapan emosi eksternal, anak menjadi gelisah, tegang dan mudah tersinggung oleh masalah yang sangat kecil sekalipun.
c.    Perkembangan Bahasa
Pada masa ini anak mulai mengetahui bahwa komunikasi adalah kemampuan dirinya untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Pada masa ini anak mulai menggunakan kosa kata rahasia dalam berkomunikasi dengan sahabatnya, yang dapat berupa tulisan, lisan dan atau isyarat. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
d.    Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral terutama dari orang tuanya. Tetapi, pada saat anak menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari kelompok, maka ia mulai menyadari juga aturan yang boleh, harus atau dilarang untuk dilakukan oleh dirinya dalam kelompok itu, karena anak mulai belajar memperhitungkan perilaku benar atau salah.
e.    Perkembangan Intelektual
Pada masa anak-anak akhir, atau sekitar usia 7–12 tahun, termasuk dalam periode operasional konkrit. Periode ini ditandai dengan kemampuan individu dalam mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan bilangan, serta mengkonservasikan pengetahuan tertentu. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain kesehatan, gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
f.    Perkembangan Sosial
Lindgren (Uman Suherman, 2005: 41) mengemukakan, perilaku anak tercermin di dalam sikap dan perasaan yang dapat membawanya kepada tindakan interpersonal. Peristiwa interpersonal dapat dipelajari dengan melihat proses komunikasi, kerja sama, dan persaingan. Pada usia akhir masa kanak-kanak, anak mulai merasakan meningkatnya minat untuk berkelompok yang ditandai dengan meningkatnya minat anak terhadap aktivitas teman-teman, meningkatnya keinginan untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama-sama dengan kelompoknya.

g.    Perkembangan Kepribadian
Menurut Abin Syamsudin Makmun (1996) kepribadian diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Kepribadian dipengaruhi oleh keadaan fisik, intelegensi, keluarga dan kebudayaan. Kepribadian mengalami perkembangan dan perubahan. Fenton (Uman Suherman, 2005: 129) mengklasifikasikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian, yaitu:

(a) faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan organik; (b) faktor lingkungan sosial dan budaya, seperti: pendidikan, rekreasi, dan partisipasi sosial; (c)

faktor dari dalam individu sendiri, seperti: tekanan emosional, identifikasi terhadap orang lain, dan imitasi.
Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Beranjak dari ciri-ciri yang berbeda dari masa sebelumnya, masyarakat mengharapkan anak dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan, karena kegagalan akan mengakibatkan pola perilaku yang tidak matang sehingga akan menyulitkan penerimaan oleh kelompok teman-temannya dan tidak mampu menyamai teman-teman sebaya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut karena tugas perkembangan merupakan harapan dari setiap kelompok budaya yang berkaitan dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogianya dimiliki individu.
Havighurst (Syamsu Yusuf, 2007: 65) mengemukakan, tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Havighurst (Syamsu Yusuf, 2007: 69) menyebutkan sejumlah tugas perkembangan yang harus dipenuhi pada akhir masa kanak-kanak atau sekitar      6–13 tahun adalah sebagai berikut:
a.    mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melalukan senam pagi dan permainan-permainan ringan, seperti sepak bola, loncat tali, dan berenang;
b.    membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh. Hakikat tugas ini adalah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri dan kesehatan, (2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif;
c.    belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya itu berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai perasaan tidak senang karena teman-temannya suka mengganggu atau nakal;
d.    mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainannya yang khas laki-laki, seperti main kelereng dan layang-layang;
e.    mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. Salah satu sebab usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar, karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung;
f.    mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Bertambahnya pengalaman anak menambah pembendaharaan konsep pada anak. Tugas sekolah salah satunya ialah untuk menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat dan sebagainya;
g.    mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai. Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap aturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk dan sebagainya;
h.    mencapai kebebasan pribadi. Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain;
i.    mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang lain.

Umpamanya, mengembangkan sikap tolong menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain.
Tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak sudah tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua karena anak mulai berinteraksi dan memasuki dunia sekolah, sehingga tanggung jawab pemenuhan tugas perkembangan itu dapat menjadi tanggung jawab guru dan mungkin teman sebayanya.

Perkembangan remaja.
Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti “tumbuh menjadi

dewasa”. Remaja pada saat ini, mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental,

emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1994: 206). Masa remaja merupakan suatu masa dalam

rentang kehidupan, dimana individu menjalani proses untuk mencapai kematangan menuju masa

pembentukan tanggung jawab berusia dewasa. Jadi remaja adalah individu yang sedang

berkembang secara fisik, psikologis, dan sosial menuju kematangan untuk mampu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa.
Zakiyah Daradjat (Al-Gifari, 2004: 22), mendefinisikan remaja sebagai individu yang berada

pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa. Pada masa peralihan ini

biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Zakiyah Daradjat

membatasi masa remaja ini antara usia 13 tahun hingga 24 tahun.
Hasan Basri (Al-Gifari, 2004: 22), menilai remaja sebagai kelompok manusia yang tengah

meninggalkan masa anak-anak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan

tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah

dialami baik dalam bidang fisik-biologis maupun psikis atau kejiwaan.


Menurut WHO (Wirawan, 2004: 9), remaja adalah suatu masa dimana:
a.    Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual
b.    Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anakmenjadi dewasa
c.    Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan remaja adalah individu yang sedang berkembang

secara fisik, psikologis dan sosial menuju kematangan untuk mampu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Sulitnya menentukan rentang usia remaja disebabkan adanya perbedaan kultur dari tiap-tiap masyarakat dunia.
    Sarlito Wirawan Sarwono (2004: 14), mendefinisikan remaja sebagai individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. Jika dilihat dari usia untuk remaja Indonesia dapat digunakan pedoman umum batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.
a.    Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak

(kriteria fisik).
b.    Di masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut

adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak

(kriteria sosial).
c.    Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti

tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan

tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.
d.    Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi

mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum

mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum bisa memberikan

pendapat sendiri dan sebagainya.
e.    Dari semua pertimbangan diatas, status perkawinan sangat menentukan, karena arti

perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia.
        Berdasarkan kebudayaan yang berlaku di Indonesia, siswa yang duduk di SMA

berada pada masa remaja. Ciri-ciri masa remaja (Hurlock, 1994: 207):
a.    Masa remaja sebagai periode yang penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental,

terjadi pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian

mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b.    Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa remaja merupakan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Perubahan

fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan

mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser.

Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
c.    Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat

perubahan fisik. Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal bagi remaja, yaitu

meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis

yang terjadi; perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial yang

diperankan; berubahnya minat dan perilaku mengubah pula nilai-nilai; dan sebagian besar

remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
d.    Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki

maupun remaja perempuan. Terdapat dua alasan terjadinya kesulitan tersebut. Pertama,

sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua  dan

guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua,

karena para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya

sendiri dan menolak bantuan orang tua dan pihak yang mempunyai otoritas lainnya.


e.    Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa

perannya dalam masyarakat. Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai

individu adalah dengan menggunakan simbol status.
f.    Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat

dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan

mengawasi kehidupan remaja.
g.    Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan

sebagaimana adanya. Bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial, serta

meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja mulai memandang diri sendiri,

keluarga, teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara realistik.
h.    Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Di akhir masa remaja, remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan

untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-

minuman keras, dan terlibat perbuatan seks.
        Menurut Chaplin (1999: 135), tugas perkembangan adalah keterampilan,

tingkat prestasi dan kemampuan menyesuaikan diri yang dianggap penting pada usia tertentu

bagi penyesuaian diri dengan sukses dari seseorang. Tugas perkembangan pada masa remaja

dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan

persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Hurlock (1994: 10), mengemukakan delapan tugas

perkembangan yang harus dilalui ketika masa remaja. Tugas perkembangan tersebut adalah:
a.    Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
b.    Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita
c.    Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d.    Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e.    Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dari orang-orang dewasa lainnya
f.    Mencapai kemandirian ekonomi
g.    Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
h.    Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-

mengembangkan ideologi
    Menurut Ali dan Asrori (2004: 9) pada usia remaja, umumnya anak sedang duduk di

bangku sekolah menengah. Siswa SMA pada umumnya adalah remaja yang  berusia antara 16-19

tahun. Remaja SMA memiliki karakteristik serta kebutuhan yang berbeda dengan masa anak-

anak. Kebutuhan pada masa SMA lebih bersifat psikologis, seperti; mendapat perhatian dan

dukungan tanpa pamrih negatif apa pun, mendapat pengakuan terhadap keunikan alam pikiran

dan perasaannya, menerima kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa

dilepaskan sama sekali dari perlindungan kuarga, memperoleh prestasi-prestasi yang patut

dibanggakan di bidang akademik dan non-akademik, membina persahabatan dengan teman sejenis

dan lain jenis, dan memiliki cita-cita hidup yang pantas untuk dikejar.
    Sejumlah tugas-tugas perkembangan yang dihadapi oleh siswa SMA antara lain adalah

mengembangkan rasa tanggung jawab sehingga dapat melepaskan diri dari ikatan emosional yang

kekanak-kanakan dan membuktikan diri pantas diberi kebebasan yang sesuai bagi umurnya,

mempersiapkan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa, memantapkan diri dalam

memainkan peranan sebagai pria dan wanita, merencanakan masa depannya di bidang studi dan

pekerjaan, serta sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan masyarakat

yang nyata.
Siswa remaja memiliki tantangan pokok dalam membentuk diri sendiri dan menginternalisasi

seperangkat nilai dasar kehidupan (values) yang patut diperjuangkan. Jika siswa kelihatan

kerap memberontak terhadap nilai tradisional, itu tidak semata-mata merupakan gejala

negatif, selama ini membantu untuk memperjelas tata nilai yang akhirnya akan ditetapkan

sendiri.


Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.

Menurut Winkel (1997: 592-598), terdapat interaksi faktor-faktor internal dan eksternal

pada individu, yang berpengaruh terhadap perkembangan.
d.    Faktor Internal
Faktor-faktor internal meliputi:
1.    nilai-nilai kehidupan (values), yaitu beberapa ideal yang dikejar oleh seseorang di mana-mana dan kapan juga. Nilai-nilai menjadi pedoman atau pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan gaya hidup seseorang. Namun, belum dapat ditunjukkan kaitan langsung antara nilai-nilai kehidupan yang dianut seseorang dan aneka bidang pekerjaan;
2.    taraf inteligensi, yaitu kemampuan berpikir untuk mencapai prestasi-prestasi;
3.    bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian;
4.    minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu;
5.    sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh;
6.    pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat; dan
7.    keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin.
e.    Faktor Eksternal
Faktor–faktor eksternal, terdiri atas:
1.    masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan;
2.    keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang

lambat atau cepat; stratifikasi masyarakat; serta diversifikasi masyarakat atas kelompok

yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok lain;
3.    status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi rendahnya
pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah temapt tinggal dan suku bangsa;
4.    pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti (genogram);
5.    pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak
didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung
dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan
tertentu untuk anak laki-laki atau anak perempuan;
6.    pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan
tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari; dan
7.    tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau
latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.

Dari berbagai sumber dan catatan semasa kuliah semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

Ayo semua...

jadikan hidup kita lebih berarti dan bermanfaat bagi kita
bagi dunia kita...

salam selalu untuk Kalian...