Nov 25, 2012

aku dan pertemananku yang berlumur dosa

Kawan lama bercanda tawa
Terbahak terlihat gila
Bau alkohol menyelimuti udara
Tapi lawannya tak pula berat menerima
Ia sudah lama bersama

Terbagi rata bagi semua
Lima puluh dua untuk bertiga
Seratus empat untuk berlima
Begitu seterusnya
Namun kawanku tak mau
Semua hanya untuknya

Kini hanya ada lima puluh tiga
Ia dan mereka yang terkemas bersama
Mempercayakan nasib dari buatan manusia
Kawanku telah tersadar lama
Namun mereka itu candu
Kurang satu gemuruh membatu

Kini mereka hanya berbicara
Dengan berbagai hilang rasa
Dengan setumpuk temannya
Lima puluh dua yang telah setia
Dengan bertumpuk kalah
Ia berlumur darah
Kawannya hanya diam membisu
Sedang kawanku telah berlalu
Ke tempat itu
Dimana maaf selalu dinanti
Dimana lelah selalu dinanti
Dimana sesal selalu datang silih berganti

Tapi persahabatan itu tak berlalu
Berjuta turun berganti
Kawan lama ku telah pergi
Kawan baru ku datang kembali
Berbuat dosa bersamaku
Meski aku tak mau
Apa daya ku?
Hanya setumpuk kartu
Tugasku tuk diam membisu
Selama kawan-kawanku
Berbagi dengan ku
Bertumpuk dosa dari jalannya waktu








*tulisan lama.. namun nampaknya sedang cocok untuk hari ini...


dan semoga ia yang datang hari ini membaca tulisan ini dan betapa diri ini sangat menyesal dengan semua yang terjadi... kata maaf telah usang, karena berkali kali diri ini menkhianatinya.. ketakutan dan kegelisahan menghantui diri ini.. dan sedih melihat diri mu kawan.. 

Sudut pandang Ru Su dan Zu #2


**
Bandung, 2012
sudut pandang RU

hari ini bertemu dengan Su, ah entahlah perasaan bersalah ini semakain menghantui diri ini.
dan aku tak pernah merasa begitu bersalah pada siatuasi apapun, sebelum hari ini..
aku amati Su, kami tidak bertemu setelah sekian lama, mungkin pada situasi hari ini, yah 2 tahun yang lalu terakhir kami berbincang seperti hari ini. ini lah yang aku rindukan, saat Su menceritakan apa yang menjadi  bebannya, masih seperti dulu gaya berbicaranya, dengan tense yang khas, namun kali ini aku mengerti apa yang dialami Su
“hei Su, kemana kamu melangkah. kenapa langkahmu begitu gontai.”

“sudahlah Ru biarkan aku menikmati semua ini, sejak pengkhiatanmu itu aku tak pernah ingin  kamu peduli tentang kehidupan ku, biarkan aku dengan semua ini, aku tahu apa yang aku lakukan.”

aku tahu, akulah penyebab semua itu, kenapa Su kembali ke alkohol, kembali ke obat-obatan sialan itu. ketololan diri ini yang terlalu egois menyebabkan semua itu, seandainya saja dulu aku tak mengkhianatinya mungkin Su saat ini lebih baik.
aku sedih, tapi apa guna nya kini, seharusnya dulu aku berpikir lebih jauh tidak egois mementingkan kepentingan ego pribadi. dan akhirnya sahabat ku Su harus menderita sampai detik ini. Su aku menyesal dengan semua yang terjadi ini, seharusnya dulu aku pergi saja dan tidak menyeretmu kedalam dunia ku. seharusnya aku terbang bersama para kalelawar malam itu dan tidak hadir dalam bayangan indah kehidupan mu. aku ingat, aku pernah berkata, “aku memiliki masalalu yang indah, tapi karena dia aku sadar semua itu kosong, semua itu hampa dan kenyataannya kebahagian ku adalah masalaluku yang kosong”.
Su yang merubah aku dari kubangan hitam penuh lumpur menjadikan aku orang yang berguna dan berlogika. namun saat ini ku lihat Su terjatuh kedalam kubangan itu dan aku yang menjatuhkanya. tuhan parodi seperti apa ini, kenapa kau gariskan hal seperti ini pada diri ini. Su aku mohon kembalilah pada dirimu, diri yang mampu memberi inspirasi bagi sahabat-sahabatmu. diri yang selalu memandang optimis setiap permasalahan. Aku tau tak bisa bersamamu saat ini,
dan hari ini, Tuhan memberikan aku jalan untuk meneteskan air mata. untuk dia, yah untuk dia sahabatku Anaiyze Ratsuga. doa dan salam ku untuk kebahagian mu selalu.

*sudut pandang Zu

kehidupan tak selalu sama, setiap detik menit yang terlampaui selalu saja meninggalkan sebuah kesan. saat ini aku tak ingin menyalahkan siapapun dan apapum, karena aku tau setiap orang pernah dan pasti akan melakukan kesalahan. tidak terkecuali pada dia yang pernah aku sayangi dan aku benci deru hyrlf.
hari ini aku menyengajakan untuk mampir sejenak, sudah lama rasanya tidak bertemu orang itu, sedikit rasa penasaran memang mengganggu tentang dia yang dulu selalu ada dalam kesedihan dan kesenangan ku. dia nampaknya bisa mulai menjalani hari-hari yang indah, aku bahagia melihat dia seperti itu. kembali menjadi Ru yang dulu, ru yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan senyuman yang selalu aku rindukan dari wajah polosnya yang kadang terlihat tolol dan bodoh.
sebenarnya tak banyak yang ingin ceritakan saat ini, hanya saja entah ini perasaan rindu setelah sekian lama tidak berjumpa atau, memang emosi diri ini sedang menigkat dengan semua masalah akhir-akhir ini.
yahh aku tau Ru selalu memperhatikan ku, meski dua tahun ini hanya kebencian yang terjadi antara aku dan Ru. namun kali ini aku tak melihat semua itu, dan aku pun sungguh Tuhan mengajarkan aku untuk ikhlas menjalani semua ini.
aku lihat wajahnya masih sama, sedikit lebih cerah saat ini, aku menyayanginya namun dengan sudut pandang yang berbeda saat ini. aku hanya ingin tau bahwa aku sudah memaafkannya, jangan lagi ia menyimpan perasaan bersalah. aku tau ia sangat tersiksa dengan semua pengkhianatannya. sudah cukup ia menderita, aku hanya ingin tertawa saat ini, tanpa beban, bebas seperti angin, mengalir dalam air yang hangat. dan bersama dalam trilogi emosi.

*sudut pandan Zu

merah dan biru.. ada apa dengan mereka, selalu saja mereka tak pernah untuk membagi warna mereka.. aku hanya menikmati warna hijau ini sendiri. bersama angin seolah aku terlupakan begitu saja oleh merah dan biru. mengapa mereka tak mengerti warna ini, aku takpernah lagi melihat Ru dan Su..
namun aku merasakan, lewat doa yang kulantunkan.. lewat bait yang kutuliskan pada angin dan lewat hati yang merasakan kedua sahabatku itu sedang bergejolak dan terjebak dalam ritme kehidupan.
ingin sesekali aku berkata, hei Ru .. Hei Su.. aku disini, mengapa seolah-olah aku tak nampak dalam pandangan kalian. aku tau antara Ru dan Su terjadi konflik hebat yang tak bisa aku mengerti dan maknai. ru dan su menutup rapat mulut mereka setiap kali aku bertanya tentang mereka, dan mereka selalu menghindar untuk hadir dalam trilogi.
ah kadang aku jenuh dengan mereka, namun merah dan biru terlanjur menyatu dalam rona alam kehidupan ku.. akupun tak kuasa untuk menutup mataku untuk tidak melihat mereka bersama seperti saat kami berjumpa.
dan akhirnya aku seperti awan yang melukis senyuman itu sendiri, bukan nya untuk nya, bukan untku tapi untuk Ru dan Su..

seperti warna, kata pun membaur dalam goresan tinta
yang meninggalkan arti dalam setiap maknanya...
merah biru dan hijau
trilogi emosi...

Nov 22, 2012

Sudut pandang RU SU dan ZU #bagian 1


sudut pandang  deru hyrf (RU)
terhanyut dalam kubangan masa lalu itu selalu menyakitkan. banyak kenangan indah yang terhempas begitu saja tanpa bisa menorehkan secuil rasa manis kepada waktu.
sudut pandang anaize ratsuga (SU)
kenangan itu indah namun kamu yang membuat semua nya menjadi hitam, sehitam sebuah masa yang tak ingin ku ingat lagi bersama waktu. engkau yang dulu begitu dekat denganku kau tembok penopang dan tempatku bersandar, kau orang yang membuatku bisa kembali tersenyum, kau yang membuatku yaman, kau yang membuatku merasakan kehangatan yang sebelumnya tak pernah aku dapatkan, namun kau hancurkan aku dari keberadaanku.
sudut pandang ruzu leikyl (ZU)
aku tak pernah mengerti ada apa dengan mereka, mereka berbicara dalam logika yang takpernah mereka izinkan aku tuk masuk dalam maknanya, mereka begitu indah ketika bersama, menyatu bagai melody, menyemai persaudaraan yang membuatku detik cemburu pada waktu. namun entahlah dunia hanyalah tempat dari ketidakbermaknaan , karena kebersamaan berubah mengikuti alur waktu mengikuti ritme yang berjalan sesuai garis Tuhan.

**
bandung 2007
* sudut pandang  RU
langit senja bagitu indah, aku lihat Su dan ZU menikmati awan senja dengan asiknya. Su membawakan kami sebuah lagu yang cukup populer saat kami remaja dulu. ku lihat Su begitu menghayati lagu itu, pada ada penekanan yang sangat mendalam pada bait “just for my mom I sing this song”.  terlihat Zu sangat merindukan Ibunya yang telah pergi lebih dahulu. aku dan Zu menikmati setiap petikan gitar yang dibawakan Su dengan penuh penghayatan, sesekali diselingi dengan gelak canda yang membuat kami terbahak. kemudian kami terdiam saat Su membawakan lagu berjudul “sahabat sejati”. diakhir lagu Zu berkata
“guys, tiga atau lima tahun lagi percayalah perasaan ini akan tetap terjaga untuk kalian”

*sudut pandang  SU
aku ingin bernyanyi, sedikit melepas rasa penat dan rasa rinduku untuk Alm bundaku. aku bernyanyi bersama dua orang sahabatku. ibu, yah aku sangat merindukan, wnita yang membesarkan jiwaku. aku bernyanyi kini bersama senja, bersama mereka yang aku sayangi seumur hidupku lebih dari apapun setelah Ibuku. Ru, dia yang paling tua diantara aku dan Hu, tapi ah dasar Deru Hyrlf namanya saja sudah aneh seaneh kelakuannya, aneh memang kenapa banyak wanita yang menggilainya dengan, pikiran singkatku wanita yang menggilainya sama aneh nya dengan Ru. sikap Ru cool abis, tapi itu hanya diawal perkenalan, klo udah kenal  lo bakal ilfeel setengah mati. but overall Ru teman sejati, ia selalu membuat kami tertawa entahlah, tapi aku dan Zu sepakat bahwa antara polos, bodoh, tolol dan psikopat itu beda tipis, dan semua itu ada di dalam pikiran Ru.
sementara Zu, sulita membedakan antara muka Zu saat sedih, marah, dan bahagia. hampir tanpa ekpresi. tatapan matanya selalu membuat aku dan Ru merasa damai. hobinya photografy dan maksain orang buat curhat sama dia, tapi emang enak diajakin curhat sih orang nya. pembawaan Zu kalem banget, dan Zu penengah saat aku dan Ru terjebak dalam konflik karena berbeda pandangan. yah Zu itu kayak angin penyejuk disaat kami sedang gersang.
*sudut pandang ZU
aku hanya orang biasa yang menyukai kesederhanaa, tentang dua orang itu aku hanya ingin berkata, bahwa Ru dan Su perpaduan warna merah dan biru dan aku mnikmati warna hijau. aku menikmati irama gitar Su dan Ru merusaknya dengan suara cemprengnya, tapi ini yang selalu ku rindukan.

to be continued

Autismo The Lunarian


Lelaki di Persimpangan
bersama kedua sayap kau berjalan
kau angin,
berhembuslah menantang angan
sibak kelam yang membelenggu malam
hingga awan mengundang hujan
malam tak lagi mencekam
kau sepi,
bersandarlah pada bumi
tanam sunyi di pekarangan hati
hingga sajak tumbuh magis
petiklah, jangan menangis
kau sendiri,
berteriaklah lepas tanpa henti
seperti serigala di puncak tebing
melolong pada pelangi dibawah purnama
kau adalah kau
angin, sepi, sendiri
kau adalah kau,
metafora jati diri

Nov 13, 2012

Lebih Baik dari Kesan Orang Lain



Selama ini Anda sudah dikenal sebagai seorang suami yang setia, jujur, di hadapan isteri. Atau sebaliknya, seorang isteri yang senantiasa memegang amanah suaminya. Tak pernah ingkar janji, bahkan selalu menepatinya. Tak henti kalimat sayang dan cinta terhadiahkan untuk pasangan terkasih. Hingga pada satu kesimpulan, pasangan Anda menganggap Anda-lah sosok terbaik anugerah terindah dari Tuhan yang pernah dimilikinya. Jika sudah demikian, Anda sudah mendapatkan kesan baik dari orang terdekat Anda, yakni dari pasangan Anda sendiri. Jadi, buatlah tetap demikian. Kalau perlu jadilah diri ini lebih baik dari kesan yang ada sekarang.
"Ibuku, ibu terbaik sedunia. Ayahku lah yang terhebat." Tak salah jika anak-anak lantang menyatakan perasaan bangganya terhadap Anda. Sebagai ibu, kasih sayang selalu tercurah kepada mereka. Cinta adalah bahasa sehari-hari Anda terhadap mereka, kasih sayang adalah perilaku yang selalu didapat anak-anak dari Anda. Kenakalan anak-anak dibalas dengan kesabaran, tangis mereka selalu mereda di pelukan Anda, egoisme dan amarah anak-anak terjawab dengan kata manis Anda. Sebagai Ayah, Anda tak pernah mengingkari janji, meski sekadar untuk menemaninya tidur tadi malam. Tak ada makian, delikkan mata, atau bahkan pukulan yang akan melukai fisik dan hati mereka. Jika sudah demikian, kesan baik sudah Anda peroleh dari anak-anak. Buatlah tetap demikian, dan bila perlu jadilah lebih baik dari kesan yang ada saat ini.
Anda sekeluarga dikenal sebagai tetangga yang baik, yang tidak pernah terlibat konflik dengan warga di sekitar tempat tinggal Anda. bahkan tak sedikit yang menjadikan keluarga Anda tauladan bagi keluarga lain, tak sedikit pula yang iri dengan keharmonisan keluarga Anda. Orang lain tak pernah mendengar suara pertengkaran di rumah Anda, tak terkecuali tetanggap satu dinding dengan rumah Anda. tak sekalipun ada catatan buruk mengenai keluarga Anda, sekalipun hanya berbentuk gosip atau kabar burung. Semua kesan tetangga dan masyarakat tentang Anda dan keluarga bernilai positif. Buatlah tetap demikian, dan sangat perlu untuk menjadi lebih baik dari kesan orang lain tersebut.
Seluruh jajaran di kantor, dari Direksi hingga office boy menyukai kepribadian Anda. Anda adalah karyawan yang jujur, menghormati atasan, mencitai rekan kerja sekaligus menghargai bawahan. Tak pernah Ada atasan yang marah akibat sikap tidak disiplin Anda, tak satupun rekan kerja yang kecewa karena ketidakprofesionalan Anda, bahkan office boy pun balik menghargai Anda yang tak pernah membuatnya merasa rendah. Tak hanya itu, rekan-rekan bisnis pun mengenal Anda sebagai sosok yang bisa dipercaya. Jika demikian, Anda sudah menciptakan kesan baik di tempat kerja. Buatlah tetap demikian, dan jadilah lebih baik dari kesan yang Anda dapatkan itu.
Di manapun, kapan pun Anda berada, di mata siapa pun Anda dikenal baik. Diam, duduk, berdiri, berjalan, bersikap serta cara Anda bertutur kata memberikan kesan baik diri Anda. Maka buatlah tetap demikian, jadilah lebih baik dari kesan yang Anda terima saat ini. Dan hindari berbuat kesalahan yang menjadikan Anda lebih buruk dari kesan orang lain terhadap Anda.
Jadilah lebih baik dari kesan orang lain, dan jangan menjadi lebih buruk dari kesan orang lain... semoga.

kalimat terakhir saya dapatkan dari seorang sahabat, terima kasih atas nasibatnya

Nov 12, 2012

Pria di Usia ke 25 tahun


Pernikahan memang selalu dikesankan indah. Atau memang benar-benar indah. Terutama bagi mereka yang ingin segera mengalaminya. Seorang kawan bilang, dunia setelah pernikahan bagi para bujangan adalah alam ghaib yang penuh misteri. Keindahan dan kenikmatannya-juga pahit getirnya-hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah memasuki alam ghaib itu. Dan keindahan itu jadi lebih awal dirasakan jika tanpa disangka-sangka orang tua menawarkan "seseorang" yang sangat sesuai dengan kriteria yang diidamkan-dan tentunya kita dalam kondisi siap. Orang tua yang sangat memahami anaknya, seperti Umar bin Khatab.

Mungkin terlalu melankolis jika seorang lelaki mengharapkan penawaran dari orang tuanya. Tapi, mau gimana lagi, realita yang ada memaksa sikap melankolis itu bertunas. Kesiapan membangun rumah tangga selalu diidentikan dengan kesiapan materi, dan itu seringkali tidak dimiliki oleh kebanyakan lelaki seusia Rasulullah Saw.-ketika Beliau menikah-yang baru saja selesai kuliah. Memang kesiapan materi sangat penting untuk membangun mahligai rumah tangga, terutama kalau kita ingin mencontoh Rasulullah Saw. Selain usianya 25 tahun ketika beliau menikah, kita juga harus tau bahwa mahar Rasulullah untuk masing-masing isterinya tak kurang dari 400 dinar (atau kira-kira senilai 180 juta rupiah, untuk uang sekarang). Tapi itu juga bukan segalanya, bukankah Rasulullah juga menikahkan Sayidina Ali dengan puterinya, Fatimah Az-Zahra, hanya dengan mahar baju besi yang tidak seberapa?

Memasuki usia duapuluh lima tahun, seorang lelaki sering kali dihadapkan pada sebuah pertanyaan wajib, "kapan sih kamu nikah?" setiap orang selalu menanyakan hal tersebut. Atau kalau tidak, ia sendiri yang bertanya kepada diri sendiri. "Ya, kapan ya, aku nikah?"

Dalam lamunan, ketika seorang lelaki yang mendekati usia duapuluh lima tahun bervisualisasi tentang masa depannya, sering kali menciptakan gambaran ideal tentang pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Bagaimana ia ingin menjadi suami dari isteri yang cerdik, cantik dan shalehah; bagaimana ia akan membahagiakan isterinya tersebut dengan memenuhi segala kebutuhannya; bagaimana ia juga akan senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan memberi berbagai hadiah dan perhatian, tidak lupa untuk menjadi menantu yang terbaik bagi ibu-bapak mertua, juga menjadi ipar yang baik; bagaimana ia ingin bisa membangunkan rumah yang luas untuk keluarga kecilnya; bagaimana ia memberi nama putera-puterinya dengan nama-nama yang indah dan baik, mendidik mereka dengan didikan yang baik dan benar. Semuanya dilamunkan dengan sangat ideal dan indah.

Tapi, ketika visualisasinya selesai dan kembali mendarat di bumi ia mendapati realita yang tidak seindah lamunan. Ia pun sadar bahwa semua yang dilamunkannya bukan sesuatu mudah untuk diwujudkan. Tidak mudah mendapatkan isteri yang cantik luar dalam, sama susahnya dengan mendidik diri sendiri agar tampan luar dalam, atau bahkan lebih susah. Bukan perkara gampang mewujudkan kemapanan ekonomi bagi pebisnis pemula. Tidak murah membangun rumah luas dan nyaman untuk keluarga kecilnya. Lalu, tidak gampang juga membagi cinta untuk semua, anak-isteri, ayah-ibu, mertua, dan saudara-saudara. Seringkali segala keterbatasan yang dimiliki mendatangkan kesalah-pahaman bagi orang-orang yang dicintai. Mendidik anak-anak juga tidak semudah memilihkan nama yang indah dan baik untuk mereka. Semuanya perlu persiapan yang benar-benar matang. Dan visualisasi adalah satu tahap persiapan itu. Karena kalau dalam lamunan saja belum pernah ada, apalagi dalam kenyataan.

Dari sini kita temukan inti persoalannya: kesiapan. "Kematangan" banyak lelaki usia duapuluh lima tahun tidak beriringan dengan kesiapan mereka untuk survive di jenjang kehidupan yang lebih tinggi. Ketidaksiapan secara finansial sering kali menjadi alasan utama untuk menunda pernikahan, padahal jawaban seorang kawan sangat bagus untuk menangkis alasan ini. Orang yang sudah bekerja sebelum menikah mungkin di-PHK , orang yang sudah berwiraswasta sejak masa lajang juga bisa bangkrut, kenapa mereka berani menikah? Sebaliknya, orang yang belum dapat kerja, setelah menikah mungkin dapat pekerjaan, orang yang masih belajar berwiraswasta, setelah menikah mungkin menjadi wiraswastawan yang berhasil, kenapa mereka takut menikah? Persoalannya adalah kepada siapa kita bertawakal? Apakah kita bertawakal kepada instansi tempat bekerja atau kepada Allah? Kalau kita tawakal kepada Allah yang Maha Memberi rizki, kenapa kita terlalu bersandar pada pekerjaan atau kesuksesan bisnis?

Sungguh, yang terpenting dari kesiapan itu bukan ketersediaan, melainkan mentalitas. Kesiapan mental untuk menghadapi apapun kondisi dan situasi kehidupan. Inilah inti ajaran tawakal. Ketersediaan akan ada habisnya, sedangkan mentalitas yang kuat bisa meyelamatkan kita dari segala bentuk ujian dan cobaan hidup. Sayangnya, mentalitas ini pula jarang ditemukan pada kebanyakan lelaki menjelang usia mereka yang keduapuluh lima tahun. Menambah lengkap ketidak-siapan mereka.

Mungkin inilah yang harus dipahami oleh semua lelaki yang mendekati usia duapuluh lima tahun tetapi masih ragu untuk memasuki "alam ghaib" pernikahan. Selain harus tahu juga bahwa usia duapuluh lima tahun yang sesuai contoh Rasulullah adalah duapuluh lima tahun dalam hitungan Tahun Hijriyah, atau sekitar duapuluh tiga tahun setengah dalam hitungan Tahun Masehi. Jadi, kalau sekarang sudah menjelang usia duapuluh lima tahun dalam hitungan Masehi, artinya sudah lewat setahun lebih dari usia Rasulullah ketika Beliau menikah. Nah lho! 

Mar 25, 2012

Asal Usul Kata "Kamseupay"


Ghiboo.com - Perseteruan yang terjadi antara Marissa Haque-Dee Djumadi Kartika-Memes sempat meramaikan pemberitaan media di bulan Januari 2012 kemarin.

Berawal dari kicauan penyanyi Dee Djumadi di akun twitternya @DeeDeeKartika, pada 2 Januari 2012, yang menyatakan disertasi artis era 80-an dan politisi, Marissa Haque dalam memperoleh gelar S3 gagal, bahkan disertasi tersebut dibuatkan orang lain, sontak membuat geram Marrisa.

Merasa nama baiknya sudah dicemarkan oleh Dee Djumadi, Marissa membalas dengan memaki Dee Djumadi lewat blognya, marissahaque.blogdetik.com. Melalui tulisan diblognya tersebut, Icha (sapaan Marissa) tidak hanya memaki Dee, tapi juga mengkait-kaitkan masalah dengan Memes dan Adi MS.

Dalam blog marissahaque.blogdetik.com, Icha menulis pembelaannya bahkan kecamannya terhadap Dee Djumadi sampai lima paragraf, tulisan yang cukup panjang untuk meluapkan emosi dan amarah. Di tulisan blog ini juga Icha menyebut Dee Djumadi 'kamseupay' yang artinya kampungan atau kampungan sekali.

Setelah menulis di blog yang membawa serta nama keluarga musisi Adi MS, sontak perang twitter pun dimulai, antara Marrisa-Memes dan Adi MS. Tidak hanya itu, merasa kedua orangtuanya terpojok,leader band Vierra yang juga putra pertama Memes dan Adi MS, Kevin Aprilio ikut serta dalam alur perang di twitter.

Memanas hampir sebulan, akhirnya perang twitter antara tiga selebritis lawas ini pun meredam. Baik pihak Marissa dan pihak Memes pun setuju melupakan masalah ini begitu saja.

Namun, dibalik selesainya perang twitter ini, ternyata kata 'Kamseupay' yang dilontarkan Icha dalam blognya malah menarik perhatian para tweeps (pengguna twitter), bahkan menjadi kata tren dikalangan tweeps.

Sama halnya dengan Icha, kini kata 'kamseupay' juga digunakan di penguna jejaring sosial untuk meluapkan emosi, memaki seseorang, sesuatu, barang atau apa saja yang dianggap menyebalkan.

Biasanya bila sudah mengucapkan 'kamseupay' seseorang akan merasa puas, karena telah meluapkan emosinya lewat kata, tanpa harus mengeluarkan kata kotor atau tidak senonoh.

Kini, makna 'kamseupay' menjadi lebih luas. Ada yang mengartikan kalau kamseupay adalah sebuah singkatan, dari "Kampungan Sekali Udik Payah!".

Siapa sangka, celotehan Icha saat emosi dengan mengeluarkan kata 'kamseupay' kini menjadi tren di dunia twitter dan jejaring sosial lainnya.

sumber redaksi : yahoo.com

Mar 19, 2012

Perbandingan Asuransi dan Bank Biasa





Diatas Merupakan perbandingan beberapa Produk Asuransi AJB Bumi Putera dengan Bank, terlihat hasil yang berbeda jauh antara Investasi di Asuransi dengan perbankan biasa. ;)

Best Regards
Fredy Ardiwinata, S.Pd.
Consultan Financial Agen
AJB Bumi Putera 1912
Kc. Supratman Bandung 085220047002

Program Asuransi Pendidikan Anak


Memberikan perlindungan anak dan biaya pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi
mewujudkan cita-cita dan impian pendidikan putera puteri anda

Setiap orang tua menginginkan masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka, dan memberikan mereka awal yang lebih baik. Namun banyak orang tua kuatir bahwa melonjaknya biaya sekolah akan menempatkan pendidikan yang baik di luar jangkauan anak-anak mereka, dan kuatir akan masa depan anak-anaknya jika terjadi sesuatu terhadap mereka.
Mitra Beasiswa disediakan dalam mata uang Rupiah dan merupakan program Mitra Beasiswa yang menjamin pembiayaan pendidikan anak sepenuhnya, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, terlepas dari perubahan keadaan keuangan.
Mitra Beasiswa dirancang khusus untuk menjadi mitra anak dalam pendidikan, memastikan anak-anak Anda secara teratur mendapatkan uang yang mereka butuhkan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Masa depan anak-anak juga terlidungi karena program ini dirancang untuk memastikan agar mereka tetap mendapatkan dana beasiswa hingga mereka lulus, walaupun jika orang tua mereka meninggal dunia.
Beragam Manfaat
Melalui Mitra Beasiswa, manfaat yang Anda akan dapatkan meliputi:
a Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang dibayarkan secara bertahap, sesuai dengan tingkat usia anak, baik Tertanggung hidup atau meninggal dunia.
b. Dana Beasiswa anak, dibayarkan pada saat periode asuransi berakhir, baik tertanggung masih hidup atau meninggal dunia.
c. Santunan meninggal dunia sebesar 100% dari uang pertanggungan.
d. Bebas premi bagi polis jika Tertanggung meninggal dunia.
e. Pengembalian simpanan premi bagi polis saat Tertanggung meninggal dunia jia premi dibayarkan secara penuh setelah jumlah premi diperhitungkan.
f. Hak untuk mendapatkan Reversionary Bonus, jika Tertanggung meninggal dunia, penebusan polis, atau habis kontrak.
Persyaratan
Jika Anda berusia 21 tahun atau sudah menikah, Anda berhak untuk menjadi seorang pemegang polis. Pemegang polis belum tentu termasuk Tertanggung, tetapi antara Pemegang Polis dan Tertanggung, harus ada bunga jaminan - suami, istri dan anak yang sah.
Masa pertanggungan untuk asuransi ini adalah minimum 2 tahun dan maksimum 17 tahun. Premi dibayar dalam mata uang Rupiah, dan dapat dibayar sekaligus, tahunan, setengah tahunanan, atau tiap tiga bulan.
Asuransi dapat diperoleh dengan atau tanpa pemeriksaan kesehatan. Masa observasi untuk kewajiban tanpa pemeriksaan kesehatan adalah 2 tahun, kecuali jika terjadi kecelakaan atau adanya wabah penyakit yang telah dinyatakan oleh lembaga kesehatan setempat, di mana ketentuan untuk masa observasi tanpa pemeriksaan kesehatan tidak berlaku.

untuk premi Mitra Beasiswa Berencana ini sangat terjangkau
Contoh : Tn. A Premi per triwulan Rp. 328.000,- (perbulan Rp. 109.333,33,-) UP (uang pertanggungan) Rp. 15.000.000,- untuk masa kontrak 17 tahun maka Tn. A akan mendapatkan :
1. Beasiswa masuk TK sebesar           : Rp.    750.000,-
2. Beasiswa Masuk SD sebesar           : Rp. 1.500.000,-
3. Beasiswa Masuk SMP Sebesar        : Rp. 3.000.000,-
4. Beasiswa Masuk SMA Sebesar        : Rp. 4.500.000,-
5. Beasiswa Masuk Perguruan TInggi  : Rp. 15.000.000,-
6. Beasiswa Ekstra                          :  Rp.  6.000.000,-
7. Beasiswa Reversianary Bonus        : Rp.   1.125.000,-
 total Beasiswa yang di terima          : Rp. 31.875.000,-


ilutrasi ini jika tertanggung hidup sampai akhir masa kontrak. jika tertanggung meninggal dunia, maka ilustrasinya sebagai berikut :
Santunan Sebesar 100% Uang Pertanggungan : Rp. 15.000.000,- 
1. Beasiswa masuk TK sebesar          : Rp.    750.000,-
2. Beasiswa Masuk SD sebesar          : Rp. 1.500.000,-
3. Beasiswa Masuk SMP Sebesar       : Rp. 3.000.000,-
4. Beasiswa Masuk SMA Sebesar       : Rp. 4.500.000,-
5. Beasiswa Masuk Perguruan TInggi : Rp. 15.000.000,-
6. Beasiswa Ekstra                         :  Rp.  6.000.000,-
 total Beasiswa yang di terima     : Rp. 45.750.000,-
dan di bebaskan dari kewajiban membayar premi.

Best Regards
Fredy Ardiwinata, S.Pd.
Consultan Financial AJB Bumi Putera 1912
KC. Supratman Bandung
085220047002

Mitra Dana


Investasi makin berkembang, perlindungan asuransi juga meningkat.

Perpaduan dari Perlindungan, Tabungan, dan Investasi
Asuransi Mitra Dana dirancang untuk menjadi salah satu instrumen investasi Anda. Melalui program ini, dana Anda akan berkembang sesuai pola bunga majemuk (bunga berbunga), dengan tingkat bunga kompetitif. Mitra Dana memberikan fasilitas potongan premi tanpa mengurangi nilai Uang Pertanggungan asuransi Anda.
Investasi Dijamin Meningkat
  1. Mitra Dana memberikan jaminan perolehan hasil investasi minimal sebesar 4.5% efektif per tahun atau 0.37% per bulan, dari akumulasi dana premi.
  2. Pemegang Polis berhak mendapatkan tambahan hasil investasi jika hasil investasi yang diperoleh AJB Bumiputera 1912 melebihi hasil investasi 4.5% per tahun, sebagaimana yang dijamin pada butir 1.
Perkembangan Dana Asuransi
*) asumsi bunga 12%
Proteksi Ganda
Jika Tertanggung meninggal dunia, ahli waris yang ditunjuk berhak menerima santunan meninggal dunia, meliputi:
  1. Uang Pertanggungan sebesar 125% Premi Tunggal.
  2. Akumulasi dana premi sesuai hasil pengembangan investasi AJB Bumiputera 1912.
    Dapatkan Potongan Premi
    Mitra Dana dapat Anda miliki dengan Premi Tunggal mulai dari Rp. 250.000.000,-. Potongan premi tidak akan mengurangi manfaat asuransi, sebagai berikut :
    1. Potongan premi 5%: Premi Tunggal Rp. 250 juta s.d Rp. 500 juta
    2. Potongan premi 7.5%: Premi Tunggal Rp. 501 juta s.d Rp. 750 juta
    3. Potongan premi 10%: Premi Tunggal diatas Rp. 750 juta
    Fleksibel
    1. Masa asuransi minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun.
    2. Mitra Dana dapat Anda peroleh dengan pemeriksaan dokter (medis) atau tanpa pemeriksaan dokter (non medis), dengan mengacu pada ketentuan underwriting yang berlaku di AJB Bumiputera 1912.
    Persyaratan
    Jika Anda berusia minimal 21 tahun dan maksimal 65 tahun pada saat berakhirnya program Asuransi Mitra Dana maka Anda berhak menjadi Pemegang Polis Mitra Dana.
    Informasi perkembangan hasil investasi dapat Anda peroleh dengan menghubungi kantor cabang AJB Bumiputera 1912 terdekat.


    Ilustrasi Mitra Dana

    Program Pendidikan Anak


    Sebuah program asuransi pendidikan yang nilainya bertambah ketika kebutuhan biaya pendidikan anak Anda bertambah. (IDR)
    Mitra Cerdas AJB Bumiputera 1912 merupakan program asuransi dalam mata uang Rupiah yang menyediakan biaya pendidikan yang terkait dengan investasi. Sehingga, dana yang dirancang untuk biaya pendidikan akan meningkat sejalan dengan hasil investasi.
    Menabung untuk pendidikan masa depan anak Anda merupakan gagasan yang bijaksana, tetapi biaya pendidikan dapat naik lebih cepat dari tabungan Anda, dan menimbulkan masalah nyata ketika Anda hanya dapat memenuhi sebagian kecil saja.
    Mitra Cerdas dirancang secara khusus untuk mengembangkan dana yang Anda alokasikan untuk pendidikan anak Anda. Berbeda dengan asuransi pendidikan pada umumnya yang hanya menawarkan perlindungan dan tabungan, program ini memberikan Anda kesempatan untuk mendapatkan hasil investasi yang kompetitif dari premi asuransi yang Anda bayar.
    Mitra Cerdas adalah program dengan beragam manfaat yang menawarkan keuntungan-keuntungan, seperti:
    1. Dana Kelangsungan Belajar (DKB) yang dibayarkan secara bertahap sesuai dengan tingkat usia anak-anak, baik Tertanggung hidup atau meninggal dunia.
    2. Jaminan perolehan hasil investasi sebesar 4,5% per tahun dari akumulasi premi tabungan.
    3. Tambahan hasil investasi jika dana investasi yang diperoleh AJB Bumiputera 1912 melebihi hasil investasi yang dijamin pada poin 2.
    4. Santunan kematian 100% dari Uang Pertanggungan.
      Bebas premi bagi polis untuk Tertanggung yang meninggal dunia.
    5. Pengembangan investasi sebagaimana dinyatakan pada butir 2 dan 3 untuk Dana Kelangsungan Belajar (DKB), yang tidak dapat diambil pada saat jatuh tempo.
    6. Jika Pemegang Polis menghendaki, setelah Tertanggung meninggal dunia, polis dapat diakhiri dengan penarikan Dana Kelangsungan Belajar (DKB) sekaligus, tanpa mengurangi hak-hak lain yang diuraikan sebelumnya pada butir 2, 3 dan 4.
    Persyaratan
    Jika Anda berusia minimum 21 tahun dan maksimum saat mulai asuransi ditambah dengan masa asuransi tidak lebih dari 65 tahun, Anda berhak menjadi Tertanggung. Masa asuransi minimum 3 tahun dan maksimum 17 tahun.
    Minimum uang pertanggungan untuk masing-masing Polis adalah Rp 100.000.000 (seratus juta Rupiah). Premi dapat dibayarkan dalam Rupiah, dengan sistem pembayaran tunggal atau tahunan, setengah tahunan, dan triwulanan.
    Anda bisa mendapatkan Mitra Cerdas dengan pemeriksaan dokter (medis) atau tanpa pemeriksaan dokter (non-medis), dengan mengacu pada ketentuan AJB Bumiputera 1912 yang berlaku. Batas maksimum Uang Pertanggungan yang dijamin tanpa pemeriksaan dokter (non-medis) adalah Rp 200.000.000 (dua ratus juta Rupiah).
     Best Regards Fredy Ardiwinata S.Pd. Consultan Financial AJB  Bumi Putera 1912 085220047002

    4 Alasan kenapa Kita haru ber Asuransi

    Bagi sebagian orang Asuransi adalah hal penting untu menjamin keadaan dan kondisi diri dan keluarga di masa depan. Namun tidak semua orang berpikir demikian, banyak orang Asuransi merugikan dan tidak memberi manfaat.
    di bawah ini saya ilustrasikan kenapa kita haru ber asuransi :
    1. Dianugerahi Usia yang panjang dan persiapan pensiun
        Memiliki Usia panjang tentu merupakan anugerah yang tidak setiap orang bisa merasakannya. namun timbul pertanyaan ketika usia kita beranjak tua kelak. apakah kita masih produktif seperti saat usia kita muda, tentu kondisi nya akan sangat berbeda dengan ketika kita muda dulu, pada usia kita beranjak tua, kita sudah tidak mampu untuk bekerja seperti dulu lagi. namun pengeluaran kebutuhan hidup kita tentu tidak mengalami perubahan. karena gaya hidup akan terus melekat pada diri seseorang. oleh karena itu untuk menjamin kehidupan anda pada masa tua asuransi menjawab segala kegelisahan anda, anda tidak perlu khawatir merepotkan atau menyusahkan orang lain karena secara financial asuransi menjamin kesehatan, keselamatan dan menyediakan biaya untuk meneruskan hidup anda sesuai dengan gaya hidup anda.

    2. Kematian terlalu dini.
        anda adalah seorang kepala rumah tangga, atau anda seorang ibu rumahtangga yang memiliki anak yang harus anda besarkan sebagai titipan dari Tuhan kepada Anda. tentu anda ingin menjaga keluarga anda agar tetap bisa melangsungkan kehidupannya, karena anda rela bekerja keras untuk mencukupi segala kebutuhan keluarga anda. Namun kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan diri kita esok atau sebulan kemudian. sangat mungkin jika Tuhan berkehendak kita bisa meninggal saat ini juga, yang jadi bahan pertimbangan anda saat ini adalah, sudah siapkah keluarga anda tinggalkan, setiap orang pasti menjawab tidak siap. ya memang tidak akan ada siap siapapun jika di tinggalkan oleh seseorang yang di sayangi. Untuk mengantisipasi hal yang tidak di inginkan ini, Asuransi adalah jawaban yang tepat, karena ketika anda mengikuti program Asuransi maka anda dan keluarga memperoleh perlindungan jiwa yang akan memberikan jaminan kepada keluar anda ketika anda wafat.

    3. Kesehetan yang tidak menentu.
       musim saat ini sangat tidak menentu, banyak dari teman-teman kita yang mengalami sakit baik ringan, sedang maupun berat. sebagai manusia kita tidak akan selamanya sehat, pasti akan mengalami sakit. namun kita tidak tahu kapan datang nya sakit tersebut oleh karena itu kita tidak perlu khawatir jika sakit dan sudah mengikuti program Asuransi, karena asuransi akan menanggung biaya kesehatan anda. sehingga anda tidak perlu lagi bingung saat anda mengalami sakit.

    4. Biaya pendidikan yang semakin mahal.
        bagi anda yang sudah berkeluarga tentu saja ingin melihat putra-putri kita bisa mengeyam pendidikan yang setinggi-tinggi, namun biaya pendidikan saat ini sangat tinggi apalagi masuk sekolah-sekolah Favorit, banyak orang tua yang dibuat pusing dengan biaya sekolah anak-anak mereka yang selangit, nah jika anda mengikuto program asuransi anda tidak usah lagi pusing dan bingung, karena asuransi akan menjamin biaya pendidikan anak anda sampai Perguruan Tinggi kelak.

    itulah 4 alasan yang bisa menjadi bahan pertimbangan bagi anda untuk mulai berasuransi dari sekarang,,
    jika ada pertanyaan tentang jenis asuransi yang sesuai dengan anda silahkan beri komentar pada tulisan ini atau sms ke no kontak di bawah ini.. ;)


    Best Regards
    Fredy Ardiwinata, S.Pd.
    085220047002
    Consultan Financila AJB BumiPutera 1912
    KC. Supratman Bandung

    Mar 10, 2012

    ADD and ADHD: An Overview for School Counselors


    ADD and ADHD: An Overview for School Counselors. ERIC Digest. by Pledge, Deanna S. 
    INTRODUCTION
    School counselors are often consultants for parents and teachers on problems that children and adolescents face. Attention deficit is one such problem. It is frequently misunderstood, presenting a challenge for parents and teachers alike. The counselor is a resource for initial identification and interventions at home and in the classroom. The counselor must have at least a working knowledge of typical symptoms and likely responses to environmental demands in order to be an effective resource on attention deficit. 
    ETIOLOGY
    Attention Deficit Disorder without Hyperactivity (ADD) or with Hyperactivity (ADHD) continues to be a misunderstood diagnosis by many. Some parents and teachers still hold a perception that the label simply provides an excuse for disruptive behavior; however, studies continue to support a biochemical or organic basis to the disorder. 
    Presentation of symptoms can be affected by family interactions, school expectations, and other demands placed on the individual child. Part of the reason that attention deficit is usually diagnosed in school age children (e.g., first to third grade) is attributable to the demands placed on the child when beginning school (American Psychiatric Association [APA], 2000). The structure at school differs from that in the home or preschool environment. 
    Typical predisposing factors within the individual, as well as in the family history, are being identified in the literature (Chi and Hinshaw, 2002). For example, a history of alcoholism, smoking, or depression in parents can be predisposing factors (Mick, Biederman, Faroane, Sayer, and Kleinman, 2002). Certain physiological markers, such as frequent early ear infections (Combs, 2002), have also been associated with the presentation of attention deficit. Physical complications can be a factor in the development of language and reading disabilities that are associated with attention deficit for between 45% and 60% of those diagnosed (Lloyd, Hallahan, Kauffman, and Keller, 1998). 
    Attention Deficit Disorder presents in a slightly different way for each individual, partially due to the factors noted above. Although there is a cluster of symptoms usually associated with the disorder, the individual presentation can be just as varied as the predisposing factors. 
    SYMPTOMS AND DIAGNOSIS
    Diagnosis in children and adults is usually made by history, self- report, and observation from significant others in the person's life. Central to diagnosis in children are the symptoms in the general areas of inattention, impulsivity, and hyperactivity (APA, 2000). In adults, the most prominent symptom is inattention (Stern, Garg, and Stern, 2002). 
    Symptoms of attention deficit can be mimicked by emotional disorders, e.g., reaction to abuse, depression or anxiety (APA, 2000). If therapy is not successful in addressing underlying emotional concerns, medication may be used with positive results just as in the case of more classic symptoms of ADHD. In those cases where early abuse or neglect has been instrumental in affecting the neurology of the individual, the actual outcome, and thus treatment, may not differ significantly from other cases of ADHD. Difficulty sleeping is often seen with attention deficit, particularly for those with hyperactivity (Stein, Pat-Horenczyk, Blank, Dagan, Barak, and Gumpel, 2002). Sleep problems can also be exacerbated by medication use. 
    Other disorders may co-occur with Attention Deficit Disorder. Those commonly observed include: Tourette's, Obsessive-Compulsive Disorder, Depression, Autism, Oppositional Defiant Disorder (ODD), or Conduct Disorder (CD) (Burns and Walsh, 2002). The relationship between ADHD, ODD, and CD is often presented on a continuum or as a progressive relationship. Symptoms of ADHD often present initially, followed by ODD, and ultimately CD for a small percentage of those with initial attention problems. Individual characteristics, family factors, and life experiences all interact to push some individuals through this continuum to more serious behavioral concerns. The comorbidity of other disorders or symptoms often makes successful treatment more difficult. Other features of ADHD include differences in level of executive functioning between those who present with hyperactivity and those who do not (Klorman, Hazel-Fernandez, Shaywitz, Fletcher, Marchione, Holahan, Stuebing, and Shaywitz, 1999). Deficits in executive functioning are associated with greater hyperactivity and impulsivity. These differences in executive functioning include an inability to self-monitor and self-control. 
    Prevalence estimates for ADHD and ADD are between 3 to 7% of school age children (American Psychiatric Association, 2000). 
    TREATMENT OPTIONS
    Effective treatment usually combines medication and therapy, including behavioral interventions aimed at increasing structure at home and school. Parents and teachers are active participants in successful treatment efforts. Stimulants are the most commonly used medications, with some use of anti-depressants, for co-morbid conditions of depression and anxiety (Shatin and Drinkard, 2002). Other interventions include parent training and family therapy, individual therapy, support groups, and social skills training. Providing structure for these individuals, and helping children learn to provide structure for themselves, are at the core of successful interventions (Shapiro, DuPaul and Bradley-Klug, 1998). 
    Although medication is often part of a successful treatment approach, school personnel are usually not directly involved in recommending a prescription. Diagnoses and prescriptions can only be provided by the family physician, pediatrician, or psychiatrist. Even the process of referral can expose a school to liability for financial responsibility, so the counselor needs to be aware of the manner in which any conversation about medication or referral takes place. 
    INTERVENTIONS: COUNSELING, CONSULTATION, AND SUPPORT
    The counselor's role in enhancing the academic performance of students with ADD or ADHD often involves consultation with teachers around classroom interventions, as well as providing support and education to parents. In addition to basic behavioral interventions, coping skills, social skills, and self-monitoring skills are important tools that can be reviewed through various modalities, including individual counseling, group sessions, or classroom guidance modules. Providing workshops in the evening with separate sessions for parents and children can be a resource welcomed by parents. Such efforts may be jointly offered with community support groups. 
    Parents often need information about appropriate expectations for behavior and school work, positive parenting techniques, and support groups at the school or in the community, such as CHADD (a support group for children and adults with attention deficit disorder). For example, a counseling newsletter to parents can provide descriptions of ADD, such as the fact that disruptive behaviors observed at school may not be observed at home, or that behavior can be inconsistent - at times under the child's control, and impulsive at others. Information and support can help parents in making the decision to seek an evaluation. 
    Typical challenges for students with ADD or ADHD include: 1) organizational problems; 2) problems with transitions; 3) acting as if rules don't apply to them; 4) adopting a negative attitude out of frustration in academic tasks, social interactions, or as a defense against low self esteem; 5) experiencing isolation or exclusion from peers; 6) poor grades as a result of rushing through assignments, incomplete work, or distractibility in class; 7) impulsive behavior; 8) difficulty sustaining attention; 9) different learning styles; or 10) disruption of sleep or appetite, as a result of ADD or medication. These students often describe feeling bored at school, and may appear oppositional (APA, 2000). Motivation around academic tasks or conforming to rules can be a challenge for these students. 
    A simple intervention that has proven successful includes "chunking" or organizing assignments into smaller sections. This makes successful completion a more likely outcome, and if applied to in-class assignments, allows the student a legitimate reason to get up and walk to the teacher's desk. Even such a small amount of movement can help discharge energy that is so critical for these students. It is for this reason that a common consequence for not completing homework (i.e., losing recess) is actually counter-productive with overactive children. 
    It is also important to remember the lack of self-monitoring ability as being central for many of these individuals. Teachers and parents can help children and adolescents develop this skill. Mechanisms to increase self-awareness include external monitoring systems such as checklists in the classroom. Additionally, the teacher can provide verbal cues such as asking the class to, "Stop and check - where is your mind?" Or the teacher can use physical monitoring cues for particular students, e.g., a simple tap on the shoulder to help them self-monitor. These cues are general enough to ensure that students don't feel ostracized by their use. 
    PROGNOSIS
    Symptoms of attention deficit continue throughout adulthood, although symptoms of hyperactivity generally do not. Recent estimates as high as 50% have been made regarding the continuation of symptoms into adulthood (Stern, Garg and Stern, 2002). It is noted that the gender ratio in adulthood (approximately twice as frequent for males) is more equal than in childhood (estimates ranging from 6 to 10 males for every 1 to 3 females; APA, 2000). 
    RESOURCES
    Children and Adults with Attention Deficit Disorder (CHADD) CHADD website: http://www.chadd.org/ CHADD National Call Center 1-800-233-4050 
    Attention Deficit Disorder Association Website: http://www.add.org 
    American Academy of Child & Adolescent Psychiatry Website: http://www.aacap.org/ 
    REFERENCES
    American Psychiatric Association (APA), 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed.), Text Revision. Washington, D.C.: American Psychiatric Association. 
    Burns, G.L. & Walsh, J.A. (2002). The influence of ADHD-hyperactivity/impulsivity symptoms on the development of oppositional defiant disorder symptoms in a 2-year longitudinal study. Journal of Abnormal Child Psychology, 30(3), 245-257. 
    Chi, T.C. & Hinshaw, S.P. (2002). Mother-child relationships of children with ADHD: the role of maternal depressive symptoms and depression-related distortions. Journal of Abnormal Child Psychology, 30(4), 387-401. 
    Combs, J.T. (2002). Lack of right ear advantage in patients with attention-deficit/hyperactivity disorder. Clinical Pediatrics, 41(4), 231-235. 
    Klorman, R.; Hazel-Fernandez, L.A.; Shaywitz, S.E.; Fletcher, J.M.; Marchione, K.E.; Holahan, J.M.; Stuebing, K.K.; & Shaywitz, B.A. (1999). Executive functioning deficits in attention-deficit/hyperactivity disorder are independent of oppositional defiant or reading disorder. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 38(9), 1148-1156. 
    Lloyd, J.W.; Hallahan, D.P.; Kauffman, J.M.; & Keller, C.E. (1998). Academic problems. In R.J. Morris & T.R. Kratochwill (Eds.). The practice of child therapy (pp. 167-198). Boston: Allyn & Bacon. 
    Mick, E.; Biederman, J.; Faroane, S.V.; Sayer, J.; & Kleinman, S. (2002). Case-control study of attention-deficit hyperactivity disorder and maternal smoking, alcohol use and drug use during pregnancy. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 41, 378-385. 
    Shapiro, E.S.; DuPaul, G.J.; & Bradley-Klug, K.I. (1998). Self-management as a strategy to improve classroom behavior of adolescents with ADHD. Journal of Learning Disabilities, 31, 545-555. 
    Shatin, D. & Drinkard, C.R. (2002). Use of drugs to treat ADHD and depression in youth steadily increased. Pain and Central Nervous System Week, 19-24. 
    Stein, D.; Pat-Horenczyk, R.; Blank, S.; Dagan, Y.; Barak, Y.; & Gumpel, T.P. (2002). Sleep disturbances in adolescents with symptoms of attention-deficit/hyperactivity disorder. Journal of Learning Disabilities, 35(3), 268-276. 
    Stern, H.P.; Garg, A.; & Stern, T.P. (2002). When children with attention-deficit/hyperactivity disorder become adults. Southern Medical Journal, 95, 985-992.

    Depression and Disability in Children and Adolescents. ERIC Digest


    ERIC Identifier:  ED482340
    Publication Date: 2003-08-00
    Author: Guetzloe, Eleanor
    Source: ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted Education
    Depression and Disability in Children and Adolescents. ERIC Digest.
    For many years, depression and other disorders of mood were thought to be afflictions of only adults. Within the past three decades, however, it has become evident that mood disorders are common among children and adolescents. Population studies reveal that between 10% and 15% of the child and adolescent population exhibit some symptoms of depression (U. S. Department of Health and Human Services [USDHHS], 2000).
    In children and adolescents, the most frequently diagnosed mood disorders are major depressive disorder, dysthymic disorder, and bipolar disorder. This digest focuses on these three disorders as they are exhibited in childhood and adolescence-their symptoms, causal factors, and treatment.
    Major Depressive Disorder
    Major depressive disorder is a serious condition characterized by one or more major depressive episodes. In children and adolescents, an episode lasts an average of seven to nine months (Birmaher et al., 1996a, 1996b). Depressed children are sad and lose interest in activities they used to enjoy. They feel unloved, pessimistic, or even hopeless; they think that life is not worth living; and they may think about or threaten suicide. They are often irritable, which may lead to disruptive or aggressive behavior. They may be indecisive, have problems concentrating, and lack energy or motivation. They may neglect appearance and hygiene, and their normal eating and sleeping patterns may be disturbed (USDHHS, 2000).
    Dysthymic Disorder
    Dysthymic disorder has fewer symptoms, but is more persistent. The child or adolescent is depressed for most of the day on most days, and symptoms may continue for several years, the average dysthymic period being approximately four years. Seventy percent of children and adolescents with dysthymia eventually experience an episode of major depression. When this combination of major depression and dysthymia occurs, the condition is referred to as double depression (USDHHS, 2000).
    Bipolar Disorder
    In bipolar disorder, episodes of depression alternate with episodes of mania. The depressive episode usually comes first, with the first manic features becoming evident months or even years later. Adolescents with mania feel energetic and confident; may have difficulty sleeping but do not tire; and talk a great deal, often speaking very loudly or rapidly. They may complain of racing thoughts. They may do schoolwork quickly and creatively, but in a chaotic, disorganized way. In the manic stage, they may have exaggerated or even delusional ideas about their capabilities and importance, become overconfident, and be uninhibited with others. They may engage in reckless behavior (e. g., fast driving or unsafe sex). Sexual preoccupations are increased and may be associated with promiscuous behavior (USDHHS, 2000).
    Other Disabilities Associated With Depressive Disorders
    Approximately two-thirds of children and adolescents with major depressive disorder also have another mental disorder, such as anxiety disorder, conduct disorder, oppositional defiant disorder, psychoactive substance abuse or dependence, or phobias (Anderson & McGee, 1994). Authorities have also noted that children with medical problems often face extreme and/or chronic stress, which places them at risk for depression. Estimates of depression among youngsters with medical problems range from 7% in general medical patients to 23% in orthopedic patients (Guetzloe, 1991). Depression has also been linked to a variety of other medical conditions, including endocrinopathies and metabolic disorders (e.g., diabetes and hypoglycemia), viral infections (e.g., influenza, viral hepatitis, and viral pneumonia), rheumatoid arthritis, cancer, central nervous system disorders, metal intoxications, and disabling diseases of all kinds. Some of these conditions may be temporary, but some may be diagnosed as primary disabilities in youngsters with health impairments.
    The Link Between Depression and Suicide.
    A number of studies have confirmed that children and adolescents with depression are at high risk for suicidal behavior (see Guetzloe, 1991). Because mood disorders substantially increase the risk of suicide, suicidal behavior is a matter of serious concern for parents, educators, and clinicians who deal with the mental health problems of children and adolescents. Over 90% of children and adolescents who commit suicide have a mental disorder (USDHHS, 2000).
    Causal Factors Related to Depression
    The precise causes of depression are not known. Research on adults with depression generally points to both biological and psychosocial factors, but there has been considerably less research on children and adolescents (Kendler, 1995).
    • Family and genetic factors. Between 20% and 50% of depressed children and adolescents have a family history of depression. It is not clear whether the relationship between parent and childhood depression derives from genetic factors or if depressed parents create an environment in which children are more likely to develop mental disorders (USDHHS, 2000).
    • Biological factors. Biochemical and physiological correlates of depression have been studied by medical researchers, with results that generally point to a chemical imbalance in the brain as a causal factor (Birmaher et al., 1996a,1996b). Most of these studies have been conducted with adults, so the findings may not apply to children and adolescents (Guetzloe, 1991).
    • Cognitive factors. For several decades there has been considerable interest in the relationship between a pessimistic mindset and a predisposition to depression. Pessimistic individuals generally react more passively, helplessly, and ineffectively to negative events than optimistic individuals. The specific origins of pessimistic mindset have not been established (USDHHS, 2000) but are topics of current research interest (Alloy et al., 2001; Garber & Flynn, 2001).
    Diagnosis and Assessment of Depressive Illness in Young People
    Recent research has focused on the development and validation of checklists and protocols to be used by mental health professionals along with clinical interviews and medical tests. An accurate diagnosis of depression is a complex task, extremely difficult for even highly skilled physicians and other clinicians. It requires a careful examination of physical, mental, emotional, environmental, and cultural factors related to the child or adolescent, his/her family, and the environment. Teachers, counselors, and other school personnel are not expected to diagnose depression in young people; the major roles of educators are to detect the symptoms of depression and make appropriate referrals.
    Treatment of Depressive Disorders
    Treatment approaches for children and adolescents include psychosocial interventions (e. g., cognitive behavior therapy) and medication, as well as traditional psychotherapy. Two forms of cognitive therapy (i.e., self-control therapy for prepubertal children and coping skills for adolescents) have been judged as probably effective (Kaslow & Thompson, 1998).
    A number of medications are commonly prescribed for children and adolescents with depression, but many of these have not yet been subjected to sufficient study. Effective treatment requires intervention by both medical and mental health professionals, with support from all others who come in contact with the young person; and is therefore not within the purview of the school alone.
    School and Classroom Intervention
    The educator's most important contribution is the provision of a positive and supportive environment, components of which include satisfaction of basic needs, caring relationships with adults, and physical and psychological security. Any inclusion in a student's program that serves to enhance feelings of self-worth, self-control, and optimism has the potential for ameliorating feelings of depression. Aversive techniques (e. g., punishment and "get tough" approaches) should be avoided to the extent possible (Guetzloe, 1989, 1991).
    Educators must use instructional strategies that are both positive and effective so that the student will achieve success and enjoy the learning process. Examples include direct instruction with positive reinforcement, thematic instrucional units with varied levels of classroom assignments, learning strategies (e. g., mnemonic devices) and utilization of the principles of universal design for leaning, which promote access to the general curriculum for students with learning problems. Some protective factors have been addressed in published curicula (e. g., preventing alienation, enhancing self-esteem, and learning self-control). Other interventions that have implications for school programs (e. g., phototherapy and exercise) have been found to have value in reducing symptoms of depression in adults (Brosse, Sheets, Lett, & Blumenthal, 2002; USDHHS, 2003), but have not yet been subjected to sufficient study with children and adolescents.
    Summary
    Mood disorders, including major depression, dysthymia, and bipolar disorder, are now recognized as serious problems among children and adolescents. This brief discussion has focused on the symptoms of these disorders, their relationships to other mental and physical problems, their treatment, and appropriate school intervention.
    Resources
    Alloy, L.B., Abramson, L.Y., Tashman, N., Berrebbi, D.S., Hogan, M.E., Whitehouse, W.G., Crossfield, A.G., & Morocco, A. (2001). Developmental origins of cognitive vulnerability to depression: Parenting, cognitive, and inferential feedback styles of the parents of individuals at high and low cognitive risk for depression. Cognitive Therapy and Research, 25, 397-423.
    Anderson, J. C., & & McGee, R. (1994). Comorbidity of depression in children and adolescents. In W. M. Reynolds & H. F. Johnson (Eds.), Handbook of depression in children and adolescents (pp. 581-601). New York: Plenum.
    Birmaher, B., Ryan, N. D., Williamson, D. E., Brent, D. A., & Kaufman, J. (1996a). Childhood and adolescent depression: A review of the past 10 years. Part II. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 35, 1575-1583.
    Birmaher, B., Ryan, N. D., Williamson, D. E., Brent, D. A., Kaufman, J., Dahl, R. E., Perel, J., & Nelson, B. (1996b). Childhood and adolescent depression: A review of the past 10 years. Part I. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 35, 1427-1439.
    Brosse, A. L., Sheets, E. S., Lett, H. S., & Blumenthal, J. A. (2002). Exercise and the treatment of clinical depression in adults: Recent findings and future directions. Sports Medicine 32 (12),741-760.
    Garber, A., & Flynn, C. A. (2001).Predictors of depressive cognitions in young adolescents. Cognitive Therapy and Research, 25, 353-376.
    Guetzloe, E. C. (1991). Depression and suicide: Special education students at risk. Reston, VA: Council for Exceptional Children.
    Guetzloe, E. C. (1989). Youth suicide: What the educator should know. Reston, VA: The Council for Exceptional Children.
    Kaslow, N. J., & Thompson, M. P. (1998). Applying the criteria for empirically supported treatments to studies of psychosocial interventions for child and adolescent depression. Journal of Clinical Child Psychology, 27, 146-155.
    Kendler, K. S. (1995). Genetic epidemiology in psychiatry. Taking both genes and environment seriously. A rchives of General Psychiatry, 52, 895-899.
    U. S. Department of Health and Human Services (USDHHS). (2000). Mental health: A report of the Surgeon General. Rockville, MD: U. S. Department of Health and Human Services, Substance Abuse and Mental Health Services Administraion, Center for Mental Health Services, National Institutes of Health, National Institute of Mental Health.
    U. S. Department of Health and Human Services (2003). Mood disorders. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human Services, Substance Abuse and Mental Health Services Administraion, The Center for Mental Health Services, National Institutes of Health, National Institute of Mental.http://www.mentalhealth.org/publications/allpubs/ken98-0049/default.asp
    Depression & Bipolar Support Alliance (DBSA)
    www.DBSAlliance.org
    National Alliance for the Mentally Ill (NAMI)
    http://www.nami.org
    National Foundation for Depressive Illness, Inc.
    http://www.depression.org
    National Institute of Mental Health
    http://www.nimh.nih.gov
    National Mental Health Association (NMHA)
    http://www.nmha.org